Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bencana Kok Dibuat Becandaan? Malah Ngurusi Agama Lain

20 Januari 2021   17:15 Diperbarui: 20 Januari 2021   17:23 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang terimbas kalau sudah terjadi bencana itu? Tetap saja kembali pada masyarakat yang tinggal di bawah aliran air tersebut. Sisa-sisa kayu tua yang lapuk, tanaman-tanaman pangan yang perakarannya lunak, pun tanah dan bebatuan yang tersisa. Semua itu gampang tergerus air. Makin lama tetesan air itu membesar, dan jadilah banjir bandang. Longsornya tanah, jelas menjadi barang ikutan. Jelas bisa diprediksi, dikalkulasikan simulasi kebencanaan ini.

Nah, siapapun sekarang yang mencoba bermain di air keruh dengan membawa ayat-ayat suci, menafsir seenak udel-nya sendiri, lalu men-share ke media sosial, jelas ini juga biang bencana kemanusiaan. Bukannya mengajak orang berempati, atau mininal untuk refleksi iman, malah hendak mengail di air keruh.

Maksud dan tujuannya apa? Mengajak follower untuk tambah pinter atau justru malah keblinger? Bukannya membantu mencerdaskan tapi malah menjerumuskan.

Lha kalau follower-nya lagi-lagi membagikan postingan tersebut, ditambah lagi dengan kata-katanya sendiri biar tambah suippp, berapa banyak lagi yang ikutan terjerumus dalam lembah sesat?

Memberi Efek Jera

Beruntung sebelum tambah marak, takut untuk dilaporkan pada pihak berwajib, atau ada alasan lain, postingan bermasalah tersebut akhirnya  dihapus. Tapi jejak digitalnya masih tersimpan di warganet lain.

Jadi sudah aman? Ya, bisa jadi sementara waktu. Tapi buat yang lain-lain yang melakukan secara jelas bercanda dalam bencana, apalagi membawa nama agama, tiada ampun lagi. Biar ada efek jera buat yang lain. Ini situasi berduka massal, tak elok melakukan dark jokes (bercanda atas nama derita).

Lain soal tentang memaafkan yang salah atas sebuah perbuatan, itu baik. Tapi meminjam  pemahaman atau istilah "rekonsiliasi, mengampuni, tapi tidak berarti membiarkan kesalahan terjadi", itu jauh lebih baik. Artinya biarpun pe-maaf-an terjadi tapi proses hukum tetap berjalan. Selain memberi efek jera, keadilan sosial  ditegakkan.

Kolase tangkapan layar. Bercanda boleh tapi jangan melukai. Daripada kena proses hukum (sumber tercantum)
Kolase tangkapan layar. Bercanda boleh tapi jangan melukai. Daripada kena proses hukum (sumber tercantum)
Hendra Setiawan

20-01-2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun