Bumi akan menyayangimu, jika kamu menyayanginya
Bumi akan terluka, jika kamu melukainya
Bumi akan sedih, jika kamu terus menguras isinya
   tanpa pernah mau mengisinya kembali
Bumi kan bersorak gembira, ketika kamu memberikan nutrisi kembali padanya
Â
Ini cerita lain di Hari Bumi.
Panen adalah masa yang paling ditunggu oleh para petani. Ia akan begitu bersuka-cita menyambut masa-masa ini. Hasil kerja kerasnya selama ini akan dapat segera dinikmatinya.
Mungkin hasil dari tanaman yang dipanennya berasal dari benih yang ditaburnya. Ataupun ia memanen dari perawatan tumbuhan yang sudah ada sebelumnya.
Terlepas dari apapun itu, yang jelas masa panen adalah masa yang paling menggembirakan. Apalagi jika panen itu melimpah ruah hasilnya.
Memang tanaman dapat saja tumbuh secara liar tanpa campur tangan manusia. Ia bisa hidup sesuai dengan alam lingkungan sekitar tempatnya berada.
Kalau lokasinya mendukung, ia bisa tumbuh dengan subur. Tetapi jika ia berada dalam kondisi lingkungan yang tidak mendukung, ia bisa mati.
Artinya apa? Kita tidak bisa mengharapkan sesuatu bisa ada dengan baik, ketika kita tidak berbuat hal yang sama. Memperhatikan dan merawat tumbuhan atau tanaman adalah salah satu cara untuk menghargai bumi ciptaan-Nya.
Oh, ya, kalau soal tanaman lunak dalam wadah terbatas (pot, plastik, dan sejenisnya), barangkali  sudah cukup banyak yang membahas. Kali ini khusus bahasan mengenai tanaman keras yang berbuah, namun dalam tempat yang terbatas.Â
Katanya tetangga sih, di pasar harga 1 kilogram Rp. 35.000. Isinya hanya 5 buah. Nah, coba membandingkan dengan menimbang sendiri. Satu kg isinya 6 tapi memang buahnya agak bervariasi.Â
Jadi, perkiraan 5 itu, masih dalam ukuran yang standar saja. Kalau ukurannya jauh lebih besar lagi, mungkin hanya 3-4 buah per kilo. Jadi bisa cukup kaya sebenarnya ya, punya pohon buah-buahan seperti ini, hehehe...
Apalagi terkadang ada orang lewat, ada yang lagi ngidam... Waduh itu malah tidak terukur lagi. Malah bisa-bisa dapat imbal balik yang jumlahnya lebih tinggi dari pemberian tadi. Tidak setara. Sudah nolak-nolak, ya terpaksa diterima; daripada berebutan memberi dan menerima. Padahal lho, pemberiannya ikhlas. Ya sudahlah... :P
Mari kita tonton video pendek ini. Dibuat pada pekan awal bulan ini. Langitnya lagi mendung, sudah hitam rata dan mau hujan. Kalau sekarang sih beberapa buahnya sudah amblas. Dipetik dan dikonsumsi sendiri, dan sebagian dibagi-bagi. Berbagi berkat Tuhan...
Pohon ini dulunya sempat tidak terurus dan terawat. Beberapa kali hampir mati karena mengalami kekeringan. Maklumlah cuaca kota Surabaya memang cenderung panas. Jadi penguapan terjadi begitu cepat. Apalagi di pot yang kecil. Malah cepat kering.
Karena tumbuhan yang berasal dari biji ini sudah semakin membesar, maka sebenarnya waktu itu hanya dipindah sementara saja tempatnya. Pada lokasi yang ada media tanam lebih banyak.Â
Mau dipindahkan ke halaman yang masih ada sisa tanah, kok ya urung terus. Dan jadilah pada akhirnya ia bertumbuh setinggi ini. Mungkin sekitar 4 meteran plus. Sekalian saja buat percobaan dan bahan belajar, hehe....
Bersyukur, musim ini menjadi musim yang terbaik karena buahnya cukup lebat. Biasanya hanya satu dua. Kebanyakan bunganya jatuh mengering. Tak jadi bakal buah. Sekarang ini jumlahnya cukup banyak. Ada yang besar, ada yang tanggung, ada yang kecil.
Nyam-nyam.... Legaa... Maanisss lagi... Monggo lho, mari dinikmati, hehe...
Rawatlah bumi ini dengan kebaikan, maka niscaya bumi akan merawatmu juga dengan kebaikan. Have a nice day....
Surabaya, 16 April 2020
 Hendra Setiawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H