Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Enaknya Melayani Bangku Kosong?

19 April 2020   18:30 Diperbarui: 19 April 2020   18:48 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sedih saat melayani bangku kosong. Sumber: IG @jkt48sisca

Jangankan bagi yang terlibat langsung dalam pelayanan peribadahan. Lha jadi panitia acara khusus saja, kursi-kursinya banyak yang melompong, juga kepikiran kok. Eman... Sayang.... 

Lha, sekarang; dengan kondisi social distancing, jaga jarak. Jangan ditanya soal kesedihan. Itu pastilah...!

paskah-kosong-5e9c0385d541df1c30098352.jpg
paskah-kosong-5e9c0385d541df1c30098352.jpg
Memandang Terbalik

Berpikir negatif saja, tentu tak banyak berfaedah. Jadi dibalik saja. Ambil saja sisi positifnya. Bayangkan para lansia, para warga sepuh, orang tua kita, kakek-nenek, mereka yang terkendala karena masalah fisiknya tidak dapat berangkat ke rumah ibadah. Harus diam di rumah saja, padahal kerinduan untuk datang kepada-Nya itu ada. Bukankah dengan adanya tayangan secara visual, online akan membantu mereka juga?

Jadi, buat para pelayan; orang-orang yang terlibat di balik layar tayangan online, Anda semua juga berjasa. Tetap mewartakan Kabar Baik di tengah situasi dan kondisi yang tidak baik ini.

Perasaan sedih, semua mengalami juga. Justru, karena pada saat perayaan puncak imani ini, tidak dapat berjumpa dengan rekan-rekan, sahabat dan siapapun juga di gereja. Tidak bisa bersua dan berucap, “Selamat Paskah!” sembari saling berjabat tangan. Tak bisa lagi menjumpai wajah-wajah gembira yang mendapatkan telur Paskah.

Memang, Gereja yang bukan saja bermakna gedung, rumah ibadah, bangunan fisik yang mati. Tetapi Gereja juga bermakna sebagai eclesia. Gereja sebagai persekutuan. Gereja sebagai hubungan antar sesama. Bukan hanya hubungan kepada Sang Khalik an sich. Tapi pun hubungan yang dibangun selain secara vertikal, namun juga secara horisontal.

Paskah #DiRumahSaja di tahun 2020, kiranya menjadi sejarah dan kenangan. Bahwa pernah ada masa-masa sulit yang dirasakan dan dihadapi bersama. Tapi kehadiran Sang Kristus yang sudah bangkit, juga akan membangkitkan semangat kita untuk tetap mau mengikuti jalan-Nya. Setia dan taat mengikuti ajaran dan teladan-Nya.

Kita kembali kepada keluarga masing-masing. Pada tempat yang memang selayaknya kali pertama mendapat perhatian. Bersama dalam doa. Dalam puji dan puja bersama. Dalam duka dan kegembiraan. Di sanalah, kini, warta Kabar Baik itu dinyatakan.

Dimensi tempat, kini janganlah jadi penghalang. Dia Mahaada. Dia Mahahadir. Jangan sampai harapan itu luruh. Tetap semangat.

"Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun