Entah mengapa, pencanangan program #dirumahsaja yang pada satu sisi sepertinya tidak mengenakkan. Namun pada sisi lain, ternyata juga bisa menjadikan produktivitas dalam menulis menjadi lebih banyak.
Padahal pada hari-hari biasa, sebenarnya kegiatan untuk menuangkan ide, gagasan, pendapat dalam bentuk tulisan juga bisa dilakukan. Mungkin ini ya, yang dinamakan blessing in disguise; berkah di balik musibah.
Saya tidak pernah membayangkan jika pada Paskah hari Minggu kemarin (12/4/2020), tulisan saya di Kompasiana pada akhirnya bisa genap berjumlah 100. Perlu dirayakan? Hahaha... Gak ah, disyukuri saja, hehe...
Capaian ini sebenarnya masih terlalu jauh bagi seorang yang mau disebut sebagai “Penulis”. Saya tidak berani dan merasa diri ini sebagai “penulis”. Bisa menggenapi angka keramat 100 ini saja, cuma kebetulan saja, haha...
Ya, karena ketika melihat-lihat profil diri, jauh di angan, saat tulisan masih berkisar di angka 70-80 ‘an. Masih jauh, dan kapan ya bisa sampai 100?
“Wis ra usah dipikir. Pikir keri...” kata lirik lagu. Tak usah dipikir....
Gegara Covid-19
Pandemi Covid-19, yang memunculkan aksi #stayathome, #dirumahsaja, jelas bisa membuat kebosanan jika tidak melakukan apa-apa kegiatan yang produktif. Betul, tidak?!
Maka... entah kenapa, justru pada hari-hari itu, kegiatan menulis sepertinya menjadi agak lancar. Saya tidak tahu pasti apa sebabnya.
Dan... tahu-tahu tergenapilah angka 100 itu.
Senang? Target di titik awal tercapai? Ya, mungkin bisa dibilang demikian. Padahal itu juga dibantu dengan beberapa pemuatan karya pendek (bentuk puisi?) yang pernah ngendon duluan di instagram dan 1-2, 3-4... karya lama, baik yang sudah pernah dipublikasikan ataupun belum.