Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan featured

Tanggal Merah Itu Hari Jumat Agung, Bukan Paskah!

9 April 2020   17:00 Diperbarui: 2 April 2021   07:59 2292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun demi tahun berlalu. Tapi sudah dijelaskan berulang-kali, masih saja ada yang salah memahami. 

Tentu, media besar, jalur mainstream, punya andil yang cukup berarti. Termasuk juga organisasi resmi kenegaraan. Perlu sekali untuk mengingatkan, "Jumat Agung itu tidak sama dengan Paskah!"

Paskah itu hari Minggu. Itu adalah hari kebangkitan Yesus Kristus. Menurut keyakinan umat kristiani di manapun juga. Aliiran apapun itu, baik Ortodoks, Katolik, dan Protestan. 

Gereja arus utama. Gereja yang memiliki tradisi warisan apostolik. Warisan dari para rasul. Jadi, kesampingkan yang lain-lain dulu di luar 'pokok' ini.

Paskah pada hakikatnya adalah puncak perayaan iman kristiani. Kebangkitan-Nya memberikan pengharapan kekal. Penebusan dosa dan jaminan keselamatan abadi. 

Memberikan keabadian dalam kehidupan sorgawi kelak. Terkhusus, bagi yang mempercayai Sang Sabda yang sudah hadir ke bumi ini 2.000 tahun lalu. Ia, yang menyejarah (terlibat, namun tetap dalam kodratnya sendiri) dalam kefanaan manusia dan dunia.

Terserah kalau ada yang mau mengatakan ini hari Jumat Agung, kematian, wafat Yesus. Sebagaimana yang diyakini iman kristiani.

Ataukah ada yang mengatakan ini kematian, wafat Isa Almasih, terserah juga... Tapi penyebutan ini akan menimbulkan perdebatan panjang dan tak bisa terselesaikan dengan mudah.

Biarlah itu kembali pada keimanan masing-masing. Mau percaya yang mana...

Salah di Mana?

Senyampang masih ada waktu untuk esok hari dalam mempersiapkan ucapan yang tepat ini. Kembali kita belajar dari beberapa gambar yang sudah disortir tahun kemarin.

Gambar-gambar ini -kecuali disebutkan lain- dikumpulkan dari Instagram. Dan setelah melalui tahap pemilihan dan pemilahan, didapati 7 gambar yang bisa mewakili ulasan ini.

Slide 1

Sumber: Instagram joko widodo
Sumber: Instagram joko widodo
1. Ucapan "Selamat Merayakan Hari Jumat Agung" dari Presiden Joko Widodo ini bersifat lebih umum dan netral. Jadi tak ada masalah dengan pengalimatannya.

Slide 2

Sumber: Instagram portofolio.id
Sumber: Instagram portofolio.id
2. Ucapannya bisa juga ditambahkan kata lain untuk memberi penjelasan. "Selamat Memperingati Jumat Agung, Wafatnya Yesus Kristus". Lebih lengkap, biar lebih jelas.

Slide 3

Sumber: Instagram braga music
Sumber: Instagram braga music
3. Memilih salah satu istilah, juga tak salah. Berguna untuk efisiensi kata. Pelajaran dasar dalam berbahasa Indonesia.  "Selamat Memperingati Wafat Yesus Kristus" plus tanggalnya sekalian.

Slide 4

Sumber: Instagram health promotion
Sumber: Instagram health promotion
4. Penggunaan kata yang dibolak-balik, pun tak mengapa. Baik menyebutkan hari lalu peristiwa. Atau dari peristiwanya lalu harinya. "Selamat memperingati Jumat Agung, Wafat Isa Almasih".

Slide 5

Sumber: situs kominfo
Sumber: situs kominfo
5. Semestinya kalau mau konsisten, penyebutan hari libur di Indonesia mempergunakan kata atau istilah yang sama dalam satu agama atau keyakinan. Ya, ini juga kririk pada pembuat kebijakan.

Dengan pemberian judul yang berbeda, maka secara kronologis pemahaman dan pemaknaan juga akan berbeda. Tengoklah, mengapa hari raya Natal tak disebut dengan kelahiran Isa Almasih, tapi Yesus Kristus?!

Mengapa penyebutan "subjek" jadi berubah kala peringatan wafat dan kenaikan-Nya? So, mungkin hanya pembuatnya saja yang tahu... Ketidaktegasan ini tentu membuatnya jadi rancu.

Bermasalah? Jelas! Lha wong dalam pemahaman iman Kristen, keseluruhan peristiwa yang dialami Yesus itu kok yang menjadi titik tolak dalam penyusunan kalender gerejawi. Mulai dari Natal sebagai titik awal, hingga Paskah sebagai sentral perayaan.

Kacau kan, ini alurnya mengikuti siapa, yang mana?

Slide 6

Sumber: Instagram daruma.educatiom
Sumber: Instagram daruma.educatiom
6. Ini kesalahan yang cukup fatal diketemukan. Contoh pemahaman yang salah tadi. Tidak tepat dalam menyebut "Selamat Hari Paskah" tapi di tanggal merah yang jatuh pada hari Jumat.

Mestinya kalau mau aman ya tak usah dituliskan tanggal sekalian. Atau menempatkan ucapan ini di lini masa pada hari Minggunya.

Memang sih, kalender Indonesia cetakan umum di pasaran tidak menuliskan Paskah di hari Minggu setelah libur hari Jumat itu.

Padahal kalau ada keputusan pemerintah menambah hari libur keagamaan, juga tak menambah libur baru di hari kerja. Karena jatuhnya tetap sama di hari itu tiap tahunnya. Berbeda jika yang diputuskan tanggal. Jatuhnya hari tiap tahun dapat berubah-ubah.

Usul dong, pak Presiden... :)

Slide 7

Sumber: Instagram KPG
Sumber: Instagram KPG
7. Ini yang cukup ringkas. Tanpa tambahan kata "Selamat", masih bisa dimaklumi. Keterangan peristiwa dan tanggal ini sudah tepat.

Oke, kawan-kawan. Semoga penjelasan ringkas ini bisa lebih dipahami.

Selamat memasuki Pekan Suci buat saudara/i umat Kristiani yang merayakannya.

Salam damai untuk kita semua....

 Hendra Setiawan

03.04.2020

*) dikembangkan dari postingan 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun