Siapakah dia yang fotonya terpampang dalam potongan gambar di atas?!
Maju mundur cantik a la princess saat akan mencoba menayangkan tulisan ini. Dikiranya tidak peka dengan situasi'darurat' saat ini. Kok ya mau buat main-main. Lucu-lucuan...
Tapi kalau tidak diteruskan, ini ada ide bagus. Senyampang masih hangat. Bisa jadi bahan pelajaran kelak.
Seperti halnya potret, video, maka tulisan saat inipun akan jadi rekaman sejarah di kemudian hari, bukan?!
Hmmm.... tarik nafas panjang dulu.... sebelum berlanjut.... Keluarkan juga ya,selanjutnya, hehe...
***
Baik, ceritanya begini. Lagi booming-nya berita penyebaran virus corona, tetiba ada yang membagikan capture berita di atas. Khususnya yang di sebelah kiri. Sebelah kanan adalah tambahan sendiri sebagai pembanding.
Nah... sepintas melihat, tak usah pake bohong segala, apa yang menjadi fokus perhatian dengan tampilan utuh seperti itu. Pada judul berita atau foto ilustrasinya?!Â
Haha... Jujur sajalah. Pandangan mata akan segera meluncur pada tampilan visual, bukan deretan huruf-huruf. Betul, kan...?!
Ini gejala psikologis yang alami saja bagi yang "normal". Maka, yang muncul di benak kali pertama, bukanlah nada miris bak pepatah air susu yang terbalaskan air tuba. Empati atas penghargaan kepada perawat pasien covid-19 yang terusir, menjadi hal yang nomor berikutnya.
Justru paling awal, dalam alam bawah sadar yang muncul adalah kata 'cantik' dan sejenisnya (pandangan secara fisically) ketika memandang ilustrasi foto berita yang dimaksud.
Sengaja?
Kaum wanita memang kerap menjadi daya tarik ilustrasi pemberitaan dan advetorial (iklan). Coba ingat, berapa kali media memakai terminologi kata 'cantik' sebagai bumbu headline-nya. Entah itu bernada positif ataupun negatif.
Misalnya pengusaha cantik yang berhati mulia, karena mempekerjakan difabel untuk mendukung perusahaannya. Sebaliknya, ada wanita cantik terlibat sindikat penipuan, jadi kurir narkoba dan sebagainya.
Iklan permen, mobil, rumah, dan sebagainya. Perempuan kerap menjadi bintang utama.
Seksisme dalam bermedia hampir pasti ada dalam setiap masa. Tafsir itu tentunya bisa jadi bahan diskusi yang panjang. Tapi tulisan ini tidak mengarah ke sana. Ini hanya untuk melatih kesadaran bermedia. Kritis dan aktif.
***
Tentu ilustrasi yang ditampilkan di atas tidak salah sepenuhnya. Ada kata perawat. Jadi yang dicari sang ilustrator adalah foto perawat.
[Duh, enaknya awak kerja media non konvensional, online zaman now.... Tinggal klak-klik, beres perkara....]
Baiklah, akan kita bedah saja (ah, kayak dokter saja, hehe...) gambar yang membikin orang jadi terngiang-ngiang ini a la Detektif Foto :P
Artinya, sumber pertama dari mana foto itu berasal, menjadi kabur. Tidak jelas lagi. Karena sudah sampai pada tangan ke sekian. Dan, cukuplah bagi yang terkemudian menuliskan sumber asalnya tadi. Tak salah mutlak secara aturan untuk menulis sumbernya, kan? Tidak ada klaim kepemilikan dari yang terakhir.
Ah, masa begitu, juga, ya... Seakan menggampangkan.
Keterkaitan Judul Tulisan dan Pemasangan Foto Ilustrasi
Bagi yang terbiasa bekerja dengan komputer, analisa "digital forensik", selain terkadang melelahkan, tapi bisa juga menyenangkan. Lelah karena harus kroscek satu-satu data yang berseliweran di dunia maya. Memilih dan memilah lagi (menyortir), mana yang lebih bisa dianggap benar. Kredibel dan layak dipercaya.
Senang, jikalau akhirnya bisa menemukan sumber-sumber terkait. Membuat kronologisnya alias susun ulang peristiwanya. Hingga akhirnya muncul sebuah kesimpulan yang sahih.
Pada hal seperti inilah yang akhirnya pada tahun-tahun belakangan ini, kasus ujaran kebencian, hoaks bisa diungkap. Masih ingat kasus paling anyar pada Bu Risma, walikota Surabaya. Penghapusan akun media sosial ternyata masih meninggalkan jejak digital.
Kembali pada capture di atas. Pertanyaan pertama yang muncul adalah, "Benar itu orangnya?" Tentunya jika foto ini tanpa ada keterangan apa-apa. Hanya tertulis caption pendek, "Ilustrasi". Kemudian pada bagian lain terdapat [keterangan foto]: IST, Istimewa.
[Hadaww... maksudnya apa ya. Belum ngeh sampai sekarang.... Biar nggak dianggap melanggar hak cipta, kali ya?]
Pertanyaan yang sangat wajar. Kalau iya, tega sekali pemilik kos-nya... Kenapa tak lagi suka dengan si Mbak yang wajahnya cantik itu? Kok tidak punya rasa empati...
Sumber Asal Ilustrasi Foto
Main-main a la Detektif Foto, paling gampang langkah termudah adalah lewat bantuan oom gugel. Cari, searching melalui penelusuran gambar alias foto. Maka trata;;;; hasilnya adalah....
Ada apa di sana? Eeaaa... Banyak sekali ternyata yang sudah memakai foto yang sama. Situs berita mainstream, media sosial, blog dan sejenisnya. Saling memnjam berita dan foto-foto.Seperti daur ulang pemberitaan.
Beruntung kali ini, agak mudah dalam pencarian. Ambil acak pada halaman teratas. Oo.... haha... tenyata sudah viral sejak Oktober 2018 silam. Sekarang, April 2020. Jadi sudah ketinggalan info bagi yang baru tahu adanya foto wanita cantik ini. Waduh kasihan, haha.... Sudah 18 purnama! Satu setengah tahun lalu sudah beredar.
Sementara tautan di atas dan di bawahnya sama-sama berangka tahun 2018 di bulan Oktober. Inti beritanya sama. Ada seorang perawat yang fotonya beredar lewat media sosialnya. Lantas dibagikan oleh banyak orang dan akhirnya menjadi booming di jagad maya.
Nah, temuan barunya adalah ternyata pemilik foto ini (setidaknya gambar diri orang dalam foto tersebut) justru bukanlah WNI. Namun ia -ah, untungnya sama profesi, bukan model- seorang perawat yang berasal dari rumpun Asia Tenggara. Buat clue, asal tenaga kesehatan aktig ini konon berasal dari negara Gajah Putih. Panggilannya May.  Lengkapnya, ... bisa Maybe YES or Maybe NO. Hahaha...Nah, lho... :P
***
Apa soal? Ya, kalau sama-sama dari Indonesia bisa jadi persoalan baru. Pemakaian ilustrasi tanpa ijin itu juga berarti pelanggaran hukum. Selain pelanggaran hak cipta, HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual), juga adalah soal privasi.
Berhubung dalam hal ini, yang bersangkutan lintas negara, maka jadi berpikir berkali-kali kalau mau bersengketa soal pelanggaran atas karya foto dirinya.Â
Sekali lagi, soal privasi. Ada hal yang perlu disadari oleh para awak media yang ingin berada di jalur yang benar. Meskipun kadang tidak ada pelajarannya soal teori, minimal pakailah naluri.
Jangan semata demi mendapat citra positiif. Karyanya bisa dilihat banyak orang, yang tentu juga bisa berpengaruh dengan nominal. Lantas mengabaikan aturan dan empati.
Bayangkan sendiri jika foto pribadi kita dipakai sebagai bahan ilustrasi tanpa seijin diri. Kalau baik dan dapat royalti, mungkin tak jadi soal. Tapi jika sebaliknya?!
Perlu diketahui bersama soal pemahaman dasar dari UU Hak Cipta. Di sana, salah satunya mengatur bahwa potret diri seseorang tidak diperkenankan untuk disebarluaskan. Apabila jika itu untuk kepentingan komersial.
Tapi bukan pula berarti potret diri seseorang untuk kepentingan non komersial dan dilakukan di ruang publik, dapat dilakukan serta merta begitu saja. Secara etis, biasakan meminta ijin, ya....
Pesan buat para pembaca sekalian, jadilah cerdas juga dalam bermedia. Terlepas dari berita apapun, apalagi lewat jalur tertutup semacam WA. Cek dan ricek lagi. Kalau ragu, cukup berhenti di diri sendiri. Jangan ikut menyebar ulang.
Penutup
Pemberitaan pandemi Covid-19Â yang memenuhi linimasa media. Entah kapan akan berakhir.... Rasanya juga akan membuat kita semakin jenuh dan bisa terpapar efek negatif. Rasa cemas, takut, pesimis, dapat terus menghantui pikiran.
Setelah aksi 14 hari #StayAtHome, #DiRumahSaja usai, saatnya kembalikan energi positf. Riang, cerita, produktif, semangat, optimis, harus hadir kembali pada diri kita.
Tetap tanggap, tetap waspada dan kalahkan si virus yang membandel itu. Perkuat antivirus tubuh kita. Karena jika kita kuat, kita akan mampu mengatasi setiap persoalan yang datang.
© Hendra Setiawan
28.03.2020
*) Tulisan sejenis ini sebelumnya pernah ditulis di https://www.kompasiana.com/hendra.setiawan/58a2f9acc623bdd908c3edaf/asyiknya-jadi-detektif-foto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H