Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Satu yang Bermutu dalam Pemilu

16 April 2019   17:45 Diperbarui: 16 April 2019   18:14 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat antusiasme pemilu di luar negeri, bayang-bayang kekuatiran tingginya angka golput pada pemilu 2019 kali ini nampaknya sedikit mengobati kecemasan. Justru yang terjadi adalah keresahan susahnya mendapatkan giliran mencoblos.

Bahkan banyak yang mengalami kegagalan kala WNI ingin menyalurkan pilihan politik alias hak suara. Kendala yang semestinya bisa diantisipasi. Hanya karena alasan teknis,  panitia penyelenggara yang kurang bisa memprediksi antusiasme WNI di luar negeri.

Ya, perhelatan akbar lima tahunan di negeri ini, golput selakan menjadi ancaman rutin. Bahaya jika mereka mengabaikan hak pilihnya. Legitimasi pemilu yang baik akan berkurang. Imbasnya, ke depan akan muncul lagi orang-orang yang tidak baik, berkuasa kembali dengan leluasa.

Ya, golongan putih atau golput, nyatanya selalu ada dalam setiap penyelenggaraan pemilu. Angka ini termasuk cukup besar, karena berkisar antara 10-30 persen. Perhitungan itu berdasar data pemilu 1955 hingga pilpres 2014. Jumlah golput sangat tinggi, mencapai angka 30,42 persen.

Jadi, bayangkan kalau ada 10% saja dari misalnya 100 juta pemilih. Berarti jumlahnya sudah 10 juta orang. Kalau mencapai 30%, maka ada 30 juta suara yang terhilang. Angka yang tidak main-main. Besar! Tahun 2019 ini, ada 194 juta suara pemilih. Nah, coba hitung berapa jumlahnya.

Beda Konteks
Dalam penyelenggaraan pemilu 5 tahunan, ada konteks masa dan masalah yang berbeda ketika perilaku golput menggejala. Banyak hal yang mempengaruhi tindakan itu. Bisa karena kendala teknis ataupun non teknis. Tetapi lebih besar, fenomena golput marak terjadi karena faktor rasa dan logika.

Memilih itu hak. Tidak memilih pun, itu juga adalah hak. Sama-sama derajatnya. Mau memilih kalau ada calon yang jelas bisa dipilih. Pilihan itu ada. Kesempatan juga ada.

Namun, sebaliknya, manakala di antara pilihan yang ada, memang merasa tidak ada layak untuk dipilih. Lantas, mengapa harus memilih juga?

Bisa jadi ada persoalan moral, persoalan etika, persoalan hati nurani, persoalan naluri, persoalan akal budi. Jika memilih orang yang salah, yang "cacat", yang berbenturan dengan "nilai kebenaran" yang diyakini, akan membawa dampak penyesalan dan rasa bersalah berkepanjangan.

Oleh karenanya, lebih baik tidak memilih sekalian. Hal itu dirasa menjadi pilihan yang dianggap lebih tepat. Karena pilihan yang tersedia sama-sama buruknya.

***

Pemilu dalam konteks 2019 ini memang menjadi semacam "perang Baratayudha". Ada kekuatiran, kecemasan,  ketakutan yang sangat amat logis. Indonesia diyakini kini sedang berada dalam fase buruk, dan terburuk terhadap semangat cinta tanah air yang satu nan majemuk ini.

Secara nyata terlihat adanya "pertarungan ideologi" yang jelas: Pancasila yang mewadahi semua unsur kebhinnekaan bangsa. Lawannya adalah ideologi anti Pancasila. Ideologi para KFIR (kelompok-kelompok fundamentalisme, intoleransi, dan radikalisme) yang berkumpul dalam wadah yang sama. Hal yang sangat berbahaya dan mendasar.

Maka, dalam kaitan ini, wacana atau tindakan golput adalah sebuah kebodohan besar. Atau secara religi, orang yang melakukannya, pantas disematkan sebagai penganut "dosa egoisme". Sebab mereka hanya asyik terhadap kesenangannya sendiri. Tidak mau memikirkan kondisi bangsa dan tanah air mereka.

Satu itu Sangat Berarti
Jangan merasa, ah... cuma 1 (satu) suara yang hilang dan dikorbankan, maka tak berarti apa-apa. Tidak!!! Justru karena itulah, jika ada 1 juta orang bepikiran sama, maka akan ada satu juta suara yang hilang.

Jika terdapat 10 juta atau lebih (menurut survei CSIS Maret 2019, diperkirakan mencapai angka 13 juta)? Bukan main, ini angka yang tidak main-main. Sangat besar!

Siapa yang diuntungkan dengan keadaan seperti ini? Jelas, kelompok dan pendukung parpol yang "diam-diam" atau "terang-terangan" anti pada kebhinnekaan. Mereka yang senantiasa mengandalkan berbagai macam cara demi meraih kekuasaan.

***

Satu suara memang mungkin tak berarti apa-apa. Tetapi jika digabungkan dengan suara-suara yang lain, itu menjadi sangat-sangat berarti.

Ingat, bukan cuma satu suara an sich. Paling tidak, akan ada 5 kertas suara pilihan. Buat presiden, DPR Pusat, DPRD Propinsi, DPRD Kota/Kabupaten, dan DPD.

Capture Buku Pintar Pemilu 2019
Capture Buku Pintar Pemilu 2019
 

Kalau sudah merasa mapan, nyaman dengan kondisi sekarang. Maka, tetaplah datang ke TPS pada hari pemungutan suara. Pilihlah orang-orang baik, jika dirimu juga termasuk orang baik.

Beri mereka kesempatan lagi untuk melanjutkan pekerjaannya. Beri mereka waktu yang lebih lama untuk melanjutkan karya terbaik buat bangsa ini.

Dengan memilih mereka, maka kemungkinan terpilih lagi orang yang kinerjanya buruk untuk melanjutkan kuasanya, akan terhenti. Sebab pilihanmu akan memperlebar jarak perolehan suara dengannya.

Memperbesar peluang pilihan kepada orang-orang baik, secara tidak langsung akan memperkecil peluang orang-orang yang tidak jelas karakter kebaikannya, untuk gugur di fase awal.

***

Jika memang tak mengenal orangnya, pilih saja partai-partai yang baik. Partai pengusung dan pendukung orang baik. Partai yang jelas visi misinya. Partai yang memang karakteristiknya jelas-jelas cinta NKRI. Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar berbangsa dan bernegara.

Sebaliknya, ingat, partai yang selama ini membiarkan anggotanya terus beorasi nyinyir dan bernegasi terhadap kemajuan bangsa. Jangan sekali-sekali memberi kesempatan kepada partai tersebut lolos mendapat kursi parlemen. Cukup, tak ada kesempatan kedua buat mereka.

Lebih baik beri kesempatan kepada yang lain, yang lebih punya komitmen untuk berbenah diri. Jangan mengulang kesalahan. Jangan pernah berunding dan menurunkan idealisme. Guna menciptakan para calon pemimpin bangsa yang benar-benar berkualitas dan berintegritas tinggi.

 

Kompas, 12 Maret 2019
Kompas, 12 Maret 2019
  

Tetaplah Memilih walau Terasa Sulit
Sebaliknya, jika dalam masa pemerintahan kali ini justru merasa kecewa, tetaplah datang. Pakai hak suara. Jangan sampai terbuang sia-sia. Kertas suaramu yang polos, bisa diloloskan secara curang oleh oknum-oknum pengacau negeri.

Tidak ada hal yang sempurna. Kalau yang dipilih tidak ada yang sesuai harapan. Maka, pilihlah yang terkecil kemungkinan efek buruknya. Jangan beri kesempatan orang tidak baik, mengambil alih dalam memimpin negeri yang amat baik ini.

 

Capture Buku Pintar Pemilu 2019
Capture Buku Pintar Pemilu 2019
Pemerintahan yang baik, jatuhnya bukan dari langit. Jika menginginkan hal tersebut nyata terwujud, orang-orang baik, patut dan wajib pula terlibat di dalamnya. Tidak bisa harapan itu hadir dengan bekal simsalabim saja. 

Penyesalan tiada guna. Berkuasanya kembali orang-orang yang malas bekerja, suka mencuri uang rakyat, korupsi. Orang-orang yang bertopeng sok alim dan suci, gemar berdalih atas nama kepentingan rakyat (yang mana juga). Kaum penindas dan pemberangus kelompok lain yang punya keyakinan berbeda .... tak pantas mereka diberi tempat kembali. Mereka bukanlah "wakil" rakyat yang terhormat. Mereka itu penipu... Penyaru. Bak iblis berwajah malaikat. Mereka sesungguhnya pengkhianat amanat rakyat. 

***

Debat Pilpres edisi pamungkas 2019 telah berakhr pada hari Sabtu (13/04/2019) lalu. Tentu, para golputers diharapkan tidak lagi menempuh langkah mundur seperti ini.

Penilaian kedua pasangan calon (paslon) tentu tidak serta merta pada debat di televisi. Jauh teramat panjang, dari rangkaian yang sudah berjalan delapan bulan yang lalu.

Saatnya, esok, Rabu, 17 April 2019, jangan lagi ada yang apatis dengan melakukan golput. Orang baik, pasti punya pemikiran yang baik.Orang baik, tentu punya hati yang baik. Orang baik, mestinya juga mendukung pasangan calon yang baik.

Orang-orang baik... Ayo, ikut pemilu. No golput....! 

Pilih secara bijak, pilih dengan cerdas!

 Hendra Setiawan 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun