Pemilu dalam konteks 2019 ini memang menjadi semacam "perang Baratayudha". Ada kekuatiran, kecemasan, Â ketakutan yang sangat amat logis. Indonesia diyakini kini sedang berada dalam fase buruk, dan terburuk terhadap semangat cinta tanah air yang satu nan majemuk ini.
Secara nyata terlihat adanya "pertarungan ideologi" yang jelas: Pancasila yang mewadahi semua unsur kebhinnekaan bangsa. Lawannya adalah ideologi anti Pancasila. Ideologi para KFIR (kelompok-kelompok fundamentalisme, intoleransi, dan radikalisme) yang berkumpul dalam wadah yang sama. Hal yang sangat berbahaya dan mendasar.
Maka, dalam kaitan ini, wacana atau tindakan golput adalah sebuah kebodohan besar. Atau secara religi, orang yang melakukannya, pantas disematkan sebagai penganut "dosa egoisme". Sebab mereka hanya asyik terhadap kesenangannya sendiri. Tidak mau memikirkan kondisi bangsa dan tanah air mereka.
Satu itu Sangat Berarti
Jangan merasa, ah... cuma 1 (satu) suara yang hilang dan dikorbankan, maka tak berarti apa-apa. Tidak!!! Justru karena itulah, jika ada 1 juta orang bepikiran sama, maka akan ada satu juta suara yang hilang.
Jika terdapat 10 juta atau lebih (menurut survei CSIS Maret 2019, diperkirakan mencapai angka 13 juta)? Bukan main, ini angka yang tidak main-main. Sangat besar!
Siapa yang diuntungkan dengan keadaan seperti ini? Jelas, kelompok dan pendukung parpol yang "diam-diam" atau "terang-terangan" anti pada kebhinnekaan. Mereka yang senantiasa mengandalkan berbagai macam cara demi meraih kekuasaan.
***
Satu suara memang mungkin tak berarti apa-apa. Tetapi jika digabungkan dengan suara-suara yang lain, itu menjadi sangat-sangat berarti.
Ingat, bukan cuma satu suara an sich. Paling tidak, akan ada 5 kertas suara pilihan. Buat presiden, DPR Pusat, DPRD Propinsi, DPRD Kota/Kabupaten, dan DPD.
Kalau sudah merasa mapan, nyaman dengan kondisi sekarang. Maka, tetaplah datang ke TPS pada hari pemungutan suara. Pilihlah orang-orang baik, jika dirimu juga termasuk orang baik.