Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menjajal Naik Suroboyo Bus, Demi Apa Coba? (Bagian 1/2)

11 April 2019   17:00 Diperbarui: 11 April 2019   17:38 3242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Mbaknya mau turun di mana?”

“Di halte seberang itu, Mas...”

Hahaha… Yaelah, kalau niatnya mau menyeberang jalan saja, yang panjangnya mungkin 20 meteran atau lebih, kok ya bisa-bisanya naik bus?! Berapa lama waktu yang diperlukan? Bisa 1 jam. Padahal kalau mau berjalan kaki,  tidak lama. Paling menunggu jalan agak sepi. Apalagi sudah ada alat bantu penyeberangan. Paling lama juga tak butuh waktu 5 menit sudah sampai tujuan.

Ya, begitulah salah satu kisah unik dari para penumpang yang ingin mencoba naik Suroboyo Bus. Bus ini rutenya bisa bolak-balik arahnya. Itu kalau melewati jalan yang sama dua arah. Jadi kita bisa naik pada halte yang sama dengan turunnya.

dokpri
dokpri
Suroboyo Bus yang digagas oleh Pemerintah Kota Surabaya, kali pertama diluncurkan pada 7 April 2018. Namun keinginan untuk mencobanya, baru terealisasi sekitar 2 bulan berikutnya (Juni akhir).

Kala itu, Suroboyo Bus masih melayani satu koridor, jalur selatan-utara. Mulai dari terminal Bungurasih sampai Jembatan Merah PP.

Supaya tidak terlalu panjang tulisan ini dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama ini adalah jalur selatan-utara tersebut. Selanjutnya adalah jalur yang baru, koridor timur-barat. Mulai dari jalan depan kampus ITS ke Unesa (Universitas Negeri Surabaya) PP.

Penuh tapi Tetap Nyaman
Kalau ingin tahu di mana Suroboyo Bus akan berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, cukup amati adanya stiker yang ditempel. Bisa pada tanda rambu atau bak sampah seperti ini. Itu kalau sedang tak menemukan bangunan halte.

dokpri
dokpri

Waktu mencoba kali pertama, di daerah Jembatan Merah, berbarengan dengan rombongan keluarga dan perorangan yang juga sama-sama ingin naik Suroboyo Bus. Saat menanti, seorang warga lansia bercerita. Rumahnya sebenarnya tidak terlalu jauh dari sini. Tetapi menuju ke tempat ini, justru dengan menggunakan mobil online. Wah,... jadi bila dihitung, lebih mahal ongkos mobil online-nya, ya, kalau begini. Naik bus-nya malah gratis. Tak apalah, demi kebersamaan bersama buah hati...

dokpri
dokpri
 

Sebenarnya sudah pada tahu, kalau hari Minggu atau hari libur, yang ingin naik Suroboyo Bus jauh lebih banyak. Apalagi bulan-bulan awal sejak peluncurannya. Minat masyarakat tinggi. Tetapi karena sudah diniati, mau tak mau, ya tanggung risikonya. Kalau tak bisa terangkut, terpaksa nunggu antrian berikutnya.

Untungnya –di sini istilah yang dipakai– helper atau crew-nya cukup baik. Kali ini, ia tidak serta menolak, meski jumlah rombongan banyak. Sebab, dari data elektronik yang tercatat, sudah ketahuan para penumpang turun di mana. Meskipun awalnya harus berdiri, pada halte-halte berikutnya banyak penumpang yang turun. Jadi masih diperbolehkan naik.

Setelah itu, bus tidak mengangkut banyak penumpang lagi karena sepertinya sudah kapasitas maksimum. Juga, kebanyakan di antaranya turun di halte terakhir, di terminal Purabaya alias Bungurasih.

High Technology
Setelah penumpang masuk ke dalam bus, yang pintunya ada di bagian depan dan tengah, tampak jelas akan terihat perbedaan yang menyolok. Di deretan depan yang posisinya rendah, bus dirancang khusus untuk lansia dan wanita serta penumpang prioritas (wanita hamil dan difabel). Sedangkan penumpang umum, berada di bagian belakang, yang posisinya lebih tinggi.

Buat penumpang yang tidak kebagian tempat duduk, jika berada di posisi tengah, dekat pintu, tetap harus berhati-hati. Apalagi ketika bus sedang menaikkan atau menurunkan penumpang. Sebab pintu busnya otomatis.

dokpri
dokpri
Bus ini teknologinya sudah modern. Selain tampak pada desain interiornya, juga termasuk penggunaan scanner khusus dan pencetakan e-ticketing. Jadi, penumpang akan tahu jadwal naik (tanggal, jam naik dan masa berlaku tiket), bus no berapa, mulai halte mana, hingga nama helper-nya.

dokpri
dokpri
Pada dekat pintu masuk keluarnya penumpang, jika melongok pada bagian atasnya, tersedia informasi rute dan halte naik turunnya penumpang. Selain juga tersedia beberapa CCTV. Jadi lumayan informatif dan dijamin aman.

Selain itu, kaca busnya juga bening, transparan dan lebar. Jadi bisa melihat pemandangan di luar dengan leluasa. Bisa pula memotret suasana di luar.

dokpri
dokpri
Seperti tempelan stiker kuning yang ada di atas, uang tidak berkuasa di sini. Jadi jangan coba-coba menawar ya…. Seperti kejadian agak ‘konyol’. Ada serombongan mahasiswa/i yang mencegat bus ini. Dengan pede-nya mereka naik. Saat crew sedang beraksi; menanyakan tujuan dan botol plastik yang dibawa, salah seorang bertanya, “Bayarnya berapa?”

Hahaha..., tentu sama: nol rupiah. Tidak berbayar alias gratis. Namun syaratnya, harus menukarkan gelas atau plastik bekas botol minum. Mudah dan murah saja. Gelas plastik, cukup 10 buah. Botol tanggung, 5 buah. Atau botol besar, 3 buah.

Untunglah, si Mas helper-nya berbaik hati. Mereka tidak perlu diturunkan karena tidak membawa alat pembayaran yang dimaksud. Buat yang kali pertama naik, masih di-“maaf”-kan. Selanjutnya, tidak bisa lagi demikian.

Ya, sebenarnya, kalau tak mau repot-repot bawa plastik seperti itu, calon penumpang bisa menukarkannya secara langsung dengan kartu khusus. Ada dua tempat, yaitu di terminal Bungurasih dan di halte Jalan Rajawali. Akan ada petugas khusus yang menangani. Plastik yang sudah terkumpul dari masyarakat ini, selanjutnya akan dikumpulkan lagi oleh petugas lapangan untuk dibawa ke gudang penyimpanan.

dokpri
dokpri
Seperti foto di atas contoh kartunya yang lebih baru. Jadi kalau mau naik Suroboyo Bus lagi, tidak usah membawa gelas atau botol plastik. Cukup tunjukkan kartunya. Petugas akan nge-plong atau melubangi stiker tersebut. Jika stiker sudah habis, bisa menukarkan lagi dengan yang baru. Jadi tidak bisa menimbun kartu, ya....

Titik Balik
Yup, setelah menukar dengan kartu setor sampah ini, perjalanan balik masuk ke dalam kota Surabaya akan dimulai kembali. Tetap harus mengantri. Kecuali diizinkan crew dan mau berdiri, silakan ngikut...

Tapi kalau punya waktu yang agak longgar, bisa menunggu lagi. Supaya bisa mendapat tempat duduk mulai awal. Tidak masalah. 

dokpri
dokpri
Keranjang sampah plastik yang sudah dikosongkan oleh petugas, akan kembali pada posisi semula. Sebagai wadah bagi para penumpang di jadwal perjalanan yang baru. Buat penumpang yang langsung membayar dengan botol atau gelas plastik.

Seperti pada foto di atas, terlihat stiker biru bergambar orang duduk di kursi roda. Artinya, bus ini juga ramah bagi para difabel. Busnya berjenis low deck. Jadi penumpang yang menggunakan kursi roda, tetap bisa masuk. Ia akan mendapatkan tempat khusus di dalam bus ini. Jadi jangan kuatir. Petugas akan membantu.

dokpri
dokpri
Pada tiap kesempatan halte pertama, sesaat bus akan berangkat, perangkat TV dan audio akan dinyalakan ulang. Memberikan ucapan selamat datang dan beberapa hal yang perlu diketahui oleh para penumpang.

Selama dalam perjalanan ini, televisi menyajikan beragam kegiatan dari pemerintah kota Surabaya. Sementara running text akan menunjukkan posisi bus saat itu. Jadi penumpang bisa bersiap-siap jika hendak turun.

Pengumuman audio-nya sendiri cukup unik. Sebab mempergunakan tiga bahasa: Inggris, Indonesia dan Jawa dialek Surabaya. “Next destination..... Mari ngene mandeg ndhek halte .... (sesaat lagi berhenti di halte....)”. Hehe... lucu dengarnya!

Suroboyo Bus ini bisa menampung sebanyak 67 penumpang. Penumpang berdiri disediakan untuk  26 orang. Penumpang duduk sebanyak 41 orang. Dari jumlah itu, 16 di antaranya khusus disediakan untuk wanita dan penumpang khusus (ibu hamil, dan warga lanjut usia (lansia). Juga untuk penyandang disabilitas. Sisanya, 25 tempat duduk lain, disediakan bagi penumpang umum (laki dan perempuan; termasuk anak-balita).

IG Suroboyo Bus
IG Suroboyo Bus
Kalau posisi tempat duduknya pas dekat jendela, bisa melihat beberapa ikon atau bangunan menarik di sepanjang jalan yang dilewati.

Misalnya ikon patung Sura dan Buaya di sebelah kiri jalan. Atau Tugu Pahlawan pada sisi sebelah kanan jalan. Atau taman-taman yang indah di median jalan.

dokpri
dokpri
Dan setelah sekitar satu jam perjalanan, akhirnya kita pun sampai pada tempat semula. Iya, tiket perjalanan pada pemberangkatan awal tadi, berlaku untuk dua jam perjalanan. Jadi, cukup dengan menggunakan tiket yang sama, kita bisa berangkat dan pulang pada halte awal ketika kita naik.

Oya, kalau masih punya tenaga ekstra, bisa meng-eksplore warisan kota lama Surabaya. Daerah sekitar tempat ini adalah tempat yang pas. Ya, Jembatan Merah adalah kawasan legendaris Kota Pahlawan.

Atau kalau sekadar melepas lelah setelah perjalanan panjang ini, bisa mampir ke Taman Sejarah. Disebut begitu, karena di sekitar lokasi inilah, Mallaby terbunuh oleh arek-arek Suroboyo, yang kelak menghasilkan peristiwa bersejarah 10 Nopember 1945. Tapi, sebenarnya, sejarahnya bukan itu saja. Ada sejarah lain jalan Pos warisan kolonial Belanda, dan legenda kepahlawanan lokal. Banyak cerita menarik yang tersimpan dari sini.

dokpri
dokpri
Next, kita akan menjajal Surabaya Bus koridor baru, dengan bus yang versi baru juga. See you….

 

dok. IDN Times
dok. IDN Times

©Hendra Setiawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun