Sebagaimana diketahui, bumi berputar mengelilingi matahari dengan posisi yang sedikit miring. Kemiringannya sekitar 23,5 terhadap bidang lintasannya, yang dikenal sebagai bidang ekliptika. Akibatnya, sinar matahari tidak selalu tepat berada di bagian tengah bumi atau garis khatulistiwa.
Selama setengah tahun, matahari berada di atas belahan utara khatulistiwa. Setengah tahun berikutnya, matahari berada di atas belahan selatan khatulistiwa. Inilah yang menyebabkan perbedaan musim di daerah empat musim belahan utara dan selatan. Saat bumi belahan utara mengalami musim panas, belahan selatan mengalami musim dingin. Demikian terjadi sebaliknya, bumi belahan utara mengalami musim dingin, belahan selatan mengalami musim panas.
Lalu kapan matahari berada tepat di atas khatulistiwa? Ini hanya terjadi dua kali dalam setahun, yaitu saat terjadi persilangan matahari dari atas belahan utara menuju ke atas belahan selatan dan begitu pula sebaliknya. Peristiwa inilah yang dinamakan equinox.
Momen Spesial
Meskipun hanya merupakan peristiwa alam biasa yang rutin berlangsung 6 bulan sekali, yaitu 21 Maret dan 23 September, namun momen equinox juga senantiasa ditunggu kehadirannya. Sebab hal ini terkait dengan tradisi dan kepercayaan yang sudah berlangsung sejak ribuan tahun lalu.Â
Dari kedua tanggal tersebut, yang lebih terkenal adalah Ekuinoks Vernal (bahasa Inggris: Vernal Equinox) atau Titik Musim Semi Matahari. Titik ini tejadi tanggal 21 Maret di belahan bumi utara, dan 23 September di belahan bumi selatan.
Maka sebaliknya, yang disebut autumnal equinox atau Titik Musim Gugur Matahari untuk belahan bumi utara dan selatan merupakan kebalikannya dari titik Musim Semi Matahari masing-masing. Dengan kata lain, titik ini terjadi pada 23 September di belahan bumi utara dan 21 Maret di bumi belahan utara.
Dalam kajian astronomi, Equinox merupakan titik perpotongan antara lingkaran equatorial dengan lingkaran ekliptika. Pada saat ini, posisi matahari berada di titik yang sama antara bumi bagian utara dan selatan. Jadi, penduduk bumi akan merasakan lamanya siang dan malam yang sama, masing-masing 12 jam. Baik itu yang tinggal di wilayah bumi belahan utara dan belahan selatan.
Istilah equinox sendiri diambil dari bahasa Latin: aequus (sama) dan nox (malam). Jadi, Equinox bisa diartikan sebagai "malam yang sama panjang".
Istilah lain yang terkait dengan equinox adalah solstice. Sebuah peristiwa ketika matahari berada di titik paling utara dan paling selatan. Solstice menandai puncak musim panas atau musim dingin. Summer solstice terjadi pada 22 Juni dan winter solsticeterjadi pada 22 Desember.
Dampak dari perubahan posisi tampak Matahari di garis khatulistiwa nol derajat ini, menyebabkan perubahan musim di Bumi. Misalnya, empat musim di daerah subtropis dan juga musim kering-basah di wilayah Indonesia.
Nah, keberuntungan bagi penduduk yang tinggal di antara garis 23,4 LS (Lintang Selatan) dan 23,4 (Lintang Utara). Terutama lagi bagi daerah dilewati garis ekuator O0. Sebab pada hari itu, matahari akan berada di atas kepala saat tengah hari vernal equinox. Maka, yang terjadi adalah bayangan tampak sangat minir atau tanpa bayangan sama sekali.
Namun sebagai catatan, kondisi tersebut tak berlaku bagi pohon rindang. Ia tetap akan memiliki bayangan. Selain itu, hari tanpa bayangan ini terjadi tepat di siang hari, bukan sebelum dan setelah tengah hari.
Kejadian yang menghasilkan tidak adanya bayangan ini, dikenal sebagai hari nirbayangan atau hari tanpa bayangan (HTB).
Pada periode waktu ini (yang dimulai pkl. 23.15 WIB), matahari akan lebih terik dari biasanya. Pada 21 Maret 2018 hari ini, matahari akan mencapai titik puncak pada pukul 11.50 WIB. Setelahnya, Matahari akan turun perlahan hingga terbenam di titik barat sekitar enam jam kemudian.
Meskipun wilayah Indonesia berada di garis di antara garis 23,4 LS dan 23,4 LU, namun lokasi yang paling tepat mengalami fenomena HTB adalah yang tepat berada di lintasan nol derajat alias garis khatulistiwa (ekuator).
Di antaranya adalah Pontianak, Kalimantan Barat, yang menjadi lokasi favorit. Pemerintah daerah punya beragam event menyambut hari Kulminasi Matahari ini. Pada saat tengah hari, matahari tepat di atas kepala (titik zenith). Saat itu, tugu objek yang berdiri tegak di ekuator akan tampak hampir tidak memiliki bayangan.
Lokasi lainnya adalah di pulau yang sama ini, gelaran juga dilakukan di Tugu Equator Santan Ulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Selain tempat itu, beberapa daerah lain adalah Bonjol di Sumatera Barat, Kepulauan Batu di Nias Selatan Sumatera Utara, kepulauan Kayoa di Halmahera Selatan Maluku Utara, Pulau Waigeo di Raja Ampat Papua Barat, dan banyak lagi daerah lain yang tidak berupa kota yang dekat dengan pemukiman.
Sedangkan bagi daerah lain yang berada di sepanjang lintasan garis 23,4 LS dan 23,4 LU, juga bisa mengalami fenomena tersebut. Tetapi waktunya tergantung pada koordinat lintang wilayahnya dan posisi deklinasi matahari.
Dalam catatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), di Kota Denpasar terjadi pada 26 Februari dan 16 Oktober 2018. Fenomena ini juga bisa dinikmati warga Jakarta pada 4 Maret dan 8 Oktober. Sementara di Belitung, fenomena terjadi setiap 13 Maret dan 1 Oktober. Hal serupa juga terjadi di Kota Sabang pada 5 April dan 8 September dan Kota Solo setiap 1 Maret dan 18 Oktober.
Selain HTB, fenomena mengasyikkan dari vernal equinoxjuga ditandai dengan tegaknya telur.  Ia bisa berdiri tanpa alat bantuan. Seperti dalam gambar di atas. Sudah ada mencoba? Mengapa itu bisa dilakukan dan cuma sehari saja di tanggal 21 Maret? Karena saat itu, gravitasi sedang mengalami masa puncak alias sedang puncak-puncaknya. Jadi, ini bukan sulap, bukan sihir, tapi peristiwa alam fenomenal semata.
Oh ya, ada yang tahu atau mau menambahkan daftar untuk daerah lainnya? Atau berbagi kisah dengan adanya HTB ini, silakan.... dengan senang hati diterima... :).
-end-
*) diolah dari berbagai sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H