November, bulan yang bersejarah dan punya arti lebih bagi arek-arek Suroboyo khususnya. Syahdan, Sekutu dikenal punya banyak jenderal perang. Kemenangan banyak terjadi di banyak negara. Tapi di kota perjuangan ini, mereka bak menelan ludah pahit. Ada jenderalnya yang tewas.
Ultimatum pun diumumkan, supaya para pejuang negeri menyerah. Tapi nonsense... Biar bersenjatakan bambu runcing, tak jadi soal. Surabaya jadi membara. Dan akhirnya... kelak Kota Surabaya ditahbiskan sebagai Kota Pahlawan. Sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan para pemberani yang pantang menyerah demi mempertahankan kedaulatan negara.
Ragam acara
Sebenarnya, ada beragam kegiatan dalam rangka menyambut Hari Pahlawan di Kota Surabaya. Tapi yang menonjol dan banyak diberitakan adalah Parade Surabaya Juang dan Teatrikal Surabaya Membara.
Ragam acara itu antara lain, pertama, Sekolah Kebangsaan (23 Oktober - 8 November). Sebuah program edukatif bagi pelajar di Surabaya. Berkunjung serta berdialong dengan wali kota, di tempat yang memiliki nilai sejarah di Surabaya. Kedua, Wisata "Heroic Track" (20 Oktober --7 November). Tur keliling ke berbagai tempat bersejarah yang mempunyai cerita pada saat pertempuran 10 November 1945.
Ketiga, parade "Surabaya Juang"(5/11). Menampilkan iring-iringan (juga atraksi) bertema sejarah pertempuran 10 November 1945, yang akan menempuh rute historis bersejarah. Keempat, teatrikal "Surabaya Membara". Acara ini menampilkan pertunjukan drama yang menggambarkan kehidupan masyarakat Surabaya di masa penjajahan hingga kisah perjuangan mengusir penjajah dari Kota Surabaya. Tema setiap tahunnya ini berbeda. Lokasi acara di sekitar Tugu Pahlawan, daerah Kantor Gubernur Jatim, Jalan Pahlawan.
Sedikit kisah, dua kegiatan akbar antara Surabaya Juang dan Surabaya Membara tersebut bertalian erat, meskipun komunitasnya sedikit berbeda. Pada kegiatan Parade Surabaya Juang, biasanya diselenggarakan setiap hari Minggu yang jatuh sebelum 10 Nopember 2017. Tahun ini memasuki penyelenggaraan tahun ke-9. Sedangkan teatrikal Surabaya Membara diselenggarakan setiap tanggal 9 November.Â
Namun penyelenggaraannya baru memasuki tahun ke-7 di 2017 ini. Nah, kalau di banyak tempat di kota ini, mural tulisan "Awas 9 Nopember, Surabaya Membara", begitu sarat, ya maksudnya penyelenggaraan kegiatan ini.
Tempat yang dijadikan atraksi rekonstruksi pertempuran, otomatis juga bertambah banyak. Di titik start di Tugu Pahlawan menampilkan aksi teatrikal Sumpah Pregolan.Lalu di kawasan Jalan Tunjungan, ada dua tempat bersejarah. Di Siola, menampilkan perang TKR laut. Di Hotel Majapahit, tempat perobekan bendera Belanda (warna biru jadi Merah Putih), dilakukan upacara dengan para veteran. Disusul dengan pembacaan puisi "Surabaya" karya KH Mustofa Bisri (Gus Mus) oleh Forpimda (Forum Pimpinan Daerah). Berlanjut lagi teatrikal perang 10 November di depan Gedung Negara Grahadi. Selanjutnya di Monumen/Tugu Bambu Runcing Jalan Panglima Sudirman dan area perempatan Jalan Polisi Istimewa-Santa Maria (dekat Monumen Perjuangan Polri).
Ya, berhubung tidak mengikuti dari start hingga finish, berikut ini foto-foto dari gelaran Parade Surabaya Juang hari Minggu lalu (5/11) lalu. Dari dua titik tengah di Jalan Tunjungan, Surabaya.
Selamat memperingati Hari Pahlwan2017....Merdeka...!!!
BABAK 1
Di bawah patung tersebut (bagian kaki) terdapat plakat yang isinya adalah demikian. "Serangan sekutu 10 November 1945 menggerakkan kekuatan militernya secara total. Tank sekutu yang datang dari utara ditahan oleh pejuang Indonesia di sekitaran. Dari atas gedung yang bernama Whiteaway Landlaw. Pertempuran berlangsung seru, akhirnya gedung terbakar habis dibumihanguskan oleh pemuda Indonesia".
BABAK 2
Bunyi ledakan sebagai tanda "peperangan" cukup menggelegar. Bisa bayangkan kalau ledakannya berkali-kali. Itu, pemain yang membuat "ledakan" sampai menutup telinga (foto kiri bawah).
Sedangkan yang foto tengah bawah, tank replikanya sempat ngadat sedikit. Syukurlah akhirnya bisa berjalan terus. Tapi ya sempat dilewati satu peserta barisan.
BABAK 3
Foto kanan bawah itu foto lama. Buat perbandingan dengan bapak veteran yang lagi melambaikan tangan itu (kiri bawah). Jadi teringat dengan foto lawas itu. Nyentrik dan gaul si Bapak, hehe.... Lihat yang dikenakan di jari tangan dan sepatu yang dipakai. Semoga sehat ya, Kung...
BABAK 4
Ah jadi mangkel (geram) juga,kalau beberapa waktu lalu ada yang pernah ngomong, perjuangan cuma nongol di ibu kota. Soalnya Belanda-nya gak keliatan di daerah. Dasaarrr.... Sudah, maklumin aja ya, Rek...! Ada kid zaman bahuela lagi seneng-senengnya dia, barusan dapat job baru... Waktu SD itu mungkin ia lagi kebelet. Keluar kelas. Jadi ilmunya kagak lengkap, maka tak paham betul. Jan...:(
Adegan selanjutnya. "Hahaha..." begitu di markas Walanda. Lalu, majulah para pejuang.... Perang pun terjadi secara sporadis.
Aksi yang ini sih agak ringan sifatnya. Tak pakai petasan dan alat-alat perang lain. Cukup dengan bambu runcing dan pakaian pendukung. Pistolnya juga tembak air. Hehehe, ah bisa saja ... tapi adegan sebetulnya tentu tidak seperti ini. Maafkan kalau terkesan "main-main", kurang serius dalam penjiwaan peran...Â
Sesuai urutan foto (kiri ke kanan) adalah para pendukung acara. "Menyebarkan virus cinta tanah air," salah satu tagline komunitas.
Kirab Kadipaten Surabaya, salah satu bagian dari tema sejarah Kota Surabaya, yang ikut serta dalam parade.
"Selamat makan ya, adik-adik... ". Terima kasih telah turut mengisi gelaran ini. Jadilah generasi yang cinta negeri, ya...
And the end...tak lengkap rasanya kalau tak mengabadikan kegiatan ini. Usul saja buat penyelenggara acara. Ke depan, berilah kesempatan di spot-spotkhusus bagi mereka yang ingin betul-betul mendokumentasikan acara, guna kepentingan publik.
Wis, sudah... begitu dulu. Hormat dan terima kasih untuk para pahlawan. Merdeka lagi...!!!
Bonus video
Ini ceritanya mau pulang. Eh, di sini ada yang ngamen. Asyik juga ternyata...
Info sekilas saja. Di belakang yang nyanyi ini tertera Mall Pelayanan Publik. Ya, gedung eks Siola ini menjadi yang pertama ada di Indonesia. Jadi semacam percontohan begitu. Diresmikan oleh MenPAN-RB pada tanggal 6/10/2017, meskipun sebenarnya sudah mulai beroperasi sejak Februari 2017. Dua tahun sebelumnya, pada 3 Mei 2015, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini meresmikan pembukaan Museum Surabaya yang berada di lantai dasar.
Gedung Siola Surabaya ini merupakan bangunan tua warisan dari jaman kolonial Belanda. Dibangun kali pertama pada 1877 dan ditempati toko Whiteaway Laidlaw & Co., milik pengusaha Inggris, Robert Laidlaw (1856-1935), yang menjual tekstil dan pakaian. Berjaya dan sempat berkembang menjadi toserba terbesar di wilayah Hindia Belanda.
Akibat perang, bangunan ini, dari atap hingga lantainya, hancur; hanya tersisa tembok luar. Baru pada tahun 1960-an, gedung ini digarap oleh para pebisnis yang kemudian mendirikan gedung ritel bernama SIOLA. Kependekan dari nama depan para pendiri tersebut, yaitu: Soemitro, Ing Wibisono, Ong, Liem, dan Ang. Konsep penjualan yang ditawarkan sama seperti konsep Mal sekarang (banyak toko di satu tempat). Laris lagi dia, sebelum kalah bersaing jelang milenial. Hingga akhirnya gedung Siola dibeli oleh Pemkot Surabaya pada 2015 dan menjadi seperti sekarang ini.
Dan berbahagialah buat kids jaman now,karena akan dibuka lagi "Koridor", Co-Working Space, 7 ruang kerja bagi anak-anak muda kreatif. Tetap free, di lantai 3. Kado spesial tepat di Hari Pahlawan 2017.
-end-
*) Data dikumpulkan dari beragam sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H