3. Sedikit terlambat, mulanya
pengin di seberang sana agar lebih dekat ke penampil acara. Suguhan dari
Proliman Dayak Rejotangan. Cuma membawa 35 dari 400 anggota. Keren, detil sekali olah busananya. Rentan untuk dielus-elus penonton.
4. Ahkhirnya malah dapat tempat dekat panggung.
Seperti blessing in disguished hehe.... Wah sayang 'perlengkapan perangnya' tersimpan di 'markas', jadi dengan perlengkapan seadanya saja. Tak bisa bereksperimen... :)
5. Katanya ini "musikalisasi puisi", tapi hasilnya berupa fragmen, drama budaya lokal. Ada suguhan musik tradisional, nyanyi, tari, juga sedikit dagelan.
6. Waduh,
error ternyata saudara-saudari... Rekaman videonya ternyata
gak muncul suara. Sayang... jadi tak bisa menikmati :(
7. Ternyata lakonnya adalah kisah Joko Budheg. Dalam pertapaannya (sebagai prasyarat mendapat cinta) sang kekasih, Rara Kembangsore, Joko Tawang seperti tidak mendengar ketika mendapat sapaan.
Budheg (tuli) seperti batu, dan akhirnya demikian yang terjadi.
8. Pentas budaya yang lain: Jaranan Reyog, Reyog Jaranan. Gabungan keduanya. Sayang, lagi-lagi gangguan pada alat. Pemberitahuan
full memory, padahal
storage-nya masih 60-70%.
Gagal maning dapat foto tampilan yang lebih kolosal dari ini.
Hadeww...9. Ini sebagian penontonnya. Lumayan
rame, tapi
gak keterlaluan juga seperti di tempat lain (kota yang agak besar penduduknya), yang untuk berjalan saja harus
nggremet (pelan sekali). Kalau foto yang paling atas tadi,
 mbak-mbak'e usai
perform di atas panggung.
 Gobyos rek, habis berjoget 4 (empat) lagu rancak berturut. Tapi masih 'segar' untuk dipandang
hehe.. Terima kasih ya, mau difoto :).
Suwer ini
nggak meminta,
lha wong jaraknya juga cukup jauh, bukan pakai kamera beneran lagi :-p
Demikian sekilas info. Sudah pkl 21.00 WIB. Waktunya untuk pulang kembali...
-end-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya