Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gembira Bersama di Malang Flower Carnival 2016 (Esai Foto part 3)

7 September 2016   19:07 Diperbarui: 7 September 2016   19:33 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Singa, salah satu ikon kota Malang yang dipakai sebagai ornamen

Kegembiraan masih berlanjut.Bersama-sama merasakan keceriaan. Merayakan sukacita massa.

Hal itulah yang bisa tergambarkan ketika sebuah event bernama “karnaval” atau “pawai” sedang berlangsung. Entah, apapun bentuk dan tema yang diusung, dan siapapun yang menggelar aktivitas itu.

Melanjutkan perjalanan, merekam momentum Tulungagung Culture Carnival (silakan baca), kali ini kita akan menjelajah kota Malang, 90 km sebelah selatan Surabaya. Di sini ada yang namanya Malang Flower Carnival (MFC). Beda sedikit dengan Jember Fashion Carnival (JFC), meskipun konsep dasarnya sama: “desain kostum” yang dikompetisikan.

Singa, salah satu ikon kota Malang yang dipakai sebagai ornamen
Singa, salah satu ikon kota Malang yang dipakai sebagai ornamen
Perjalanan ini sebetulnya tanpa rencana alias dadakan.Pagi itu, di Surabaya, terlihat sebaran awan hitam berarak. “Surabaya yang panas saja sudah begini, apalagi di Malang yang agak dingin. Bisa turun hujan.” Tanpa banyak pertimbangan, diputuskan untuk ‘nekat’ berangkat...

Ya, sudahlah, kepalang tanggung. Minggu pagi (4/11), tanpa persiapan rapi, menujulah ke Malang dengan naik KA. Sudah lama tak menyambangi kota ini. Hampir sewindu semenjak tak menetap permanen. Taman di seberang depan stasiun Malang kotabaru sudah ditata lebih rapi dan bersih. Tak lagi terkesan kumuh dan tak terawat. Banyak pengunjung yang datang ke taman di sisi kiri dan kanan jalan yang membelah langsung dari depan stasiun ini. Pandangan mata tertuju pada tiga patung singa. Banyak yang berfoto ria di sini.

Fotonya mau di-landscape, cuma terlalu banyak yang foto-foto. Jadinya terpaksa diambil bentuk portrait.
Fotonya mau di-landscape, cuma terlalu banyak yang foto-foto. Jadinya terpaksa diambil bentuk portrait.
Singkat kisah, sembari menunggu ke lokasi acara dan setelah menunggu berjam-jam lamanya menanti pembukaan MFC, tak sengaja, bertemulah dengan sobat lawas beserta kawan-kawan baru arema yang ternyata dari komunitas fotografi.Bincang-bincang singkat, acara bertajuk MFC tahun 2016 ini sebenarnya sudah yang kali ketiga terselenggara. Dua tahun sebelumnya, selalu diguyur hujan lebat. Bikin kecewa, tak jadi jeprat-jepret. “Orangnya kehujanan tak masalah, kameranya yang kehujanan, ya alamat... Lebih mahal biaya alatnya. Mending yang sakit manusianya ketimbang kameranya.” Hehe bener juga, guyonan a la tukang foto.

Manusia robot a la film Transformer, si Bumblebee. Maju terus di bawah guyuran hujan.
Manusia robot a la film Transformer, si Bumblebee. Maju terus di bawah guyuran hujan.
Benar! Sama seperti penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya, kali ini hujan turun pas acara akan dimulai. Bubarlah sudah kepadatan penonton yang terlanjur berjajar menyemut di sepanjang kawasan jalan Ijen itu. Cuma sekarang agak bersyukur, intensitasnya lumayan berkurang. Sebelumnya sempat was-was juga, karena akan sia-sia menanti jika hujannya tak urung reda. “Pulangkan saja...”

Hujan, tetap semangat. Keceriaan dari dari adik-adik peserta
Hujan, tetap semangat. Keceriaan dari dari adik-adik peserta
Menjelang sore hari akhirnya ‘parade’ dimulai (pkl. 14.00; poster promo acara dimulai pkl. 12.00 WIB; kasihan yang menanti sejak setengah siang), namun hujan turun masih lumayan deras. Tetesan airnya masih jatuh beruntun.

Syukurlah, peristiwa itu hanya sampai di defile awal-awal ‘parade’. Karnaval selanjutnya bisa berlangsung dengan hati agak tenang. Kalau tidak, maka acara ini kembali menjadi Malang Flower Cluncum (baca: kluncum(bhs. Jawa) artinya basah kuyub karena kehujanan). Hahaha... bisa saja ulah kawan-kawan ini memberi plesetan singkatan mata acara.

Pembukaan oleh Kakang-Mbakyu... Biar hujan, acara harus tetap jalan
Pembukaan oleh Kakang-Mbakyu... Biar hujan, acara harus tetap jalan
Informasi lain dari hasil googling soal festival kostum yang bertema bunga ini, sebenarnya sudah teragendakan yang ketujuh di tahun ini. Itu berarti penyelenggaraan kali pertama, jika dihitung mundur adalah tahun 2010. “Wah, ternyata saya saja yang kurang update info hehe...”

Namun, sumber berbeda menyebut, event yang juga untuk memperingati HUT Kota Malang ini mulai digelar semenjak tahun 2012. Barangkali itulah gebyar momentum 'Glamourius Fashion Flower Night Carnival'. Karnaval dengan konsep berbeda; penyelenggaraan di waktu malam. Kegiatan yang semula untuk menyemarakkan 98 tahun HUT kota Malang yang jatuh pada tanggal 1 April. Konsep acara yang sebetulnya sama dengan dengan pelaksanaan tahun sebelum dan sesudahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun