Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Semarak Tulungagung Culture Carnival 2016 (Esai Foto Part 1)

31 Agustus 2016   20:30 Diperbarui: 31 Agustus 2016   20:38 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barangkali seri tulisan ini hanya kebetulan semata. Waktunya amat berdekatan dengan artikel sebelum ini tayang. Setelah menulis Si Putri yang Makin Ayu (Si Putri yang Makin Ayu), kembali kita akan melihat yang ‘ayu-ayu’ di seputaran kegiatan pawai atau karnaval. Bahasan yang ringan-ringan saja saja :). Buat penyegaran, refreshing atas kejenuhan hehe...

Duta seni, orang-orang pilihan
Duta seni, orang-orang pilihan
Ya, karnaval, pawai, festival, atau istilah lainnya dalam bahasa asing seperti carnival, fest,adalah sebuah peristiwa yang jamak terjadi di belahan dunia dan di Indonesia sendiri. Momen ini bisa bersifat internasional, nasional, regional (propinsi), daerah (kota/kabupaten), dan lokal (kecamatan, kelurahan, desa, kampung).
Reyog Kendang, kesenian khas Tulungagung
Reyog Kendang, kesenian khas Tulungagung
Karnaval bisa menjadi ajang perekat kebersamaan. Sebab, di antara para peserta bisa saling bergotong-royong membuat tampilan khasnya masing-masing. Berdasarkan tema yang hendak diusung. Termasuk juga dalam penyajian gerak, lagu, yel, dan sejumlah bentuk tampilan lainnya.

Nelayan. Tema yang dibawakan salah satu peserta.
Nelayan. Tema yang dibawakan salah satu peserta.
Karnaval juga bisa menjadi ajang unjuk talenta bagi mereka yang punya kemampuan khusus di bidangnya masing-masing. Misalnya: desain pakaian (fashoin), perancang bunga (florist), tari (dance), olah raga, seni peran (acting), musik dan nyanyi.
Gemulai. Atraksi seni di jalanan.
Gemulai. Atraksi seni di jalanan.
Karnaval dalam bentuk apapun, senantiasa ditunggu kehadirannya dan untuk dinikmati kemeriahannya oleh khalayak. Karnaval bisa menjadi ajang berbagi keceriaan.

Sebab, tak jarang, selalu ada saja di antara peserta karnaval yang berdandan unik atau menyuguhkan atraksi lucu. Bisa dalam bentuk skenario (sudah dirancang) atau aksi yang terjadi karena spontanitas.

Berpakaian orang utan. Promosi kesadaran lingkungan (satwa langka).
Berpakaian orang utan. Promosi kesadaran lingkungan (satwa langka).
Simak saja, dalam setiap karnaval. Wajah-wajah yang sumringah (berseri gembira) selalu hadir mewarnai. Komentar yang diberikan lebih didominasi sisi positif. “Senang lihat karnaval seperti itu. Bagus. Nonton meskipun rumahnya jauh. Sabar saja walau menunggunya agak lama.” Kata-kata kunci yang selalu tergambar saat jurnalis (media mainstream) memberikan hasil laporan (liputan)-nya.
Aneka rupa tampilan
Aneka rupa tampilan
Kalaupun ada kekurangan, biasanya seputar ketertiban penonton. Biasalah, jamak terjadi. Inginnya bisa melihat dari dekat, di deretan terdepan. Tetapi memang ada kalanya mereka ini susah untuk mau diatur (hanya sebentar manut (nurut) petugas). Penginnya selalu melihat lebih dekat ke peserta karnaval.

Padahal, jalan di belakang kerumunan massa, malah terlihat sangat longgar. Soal sampah pasca karnaval, itu bisa diatasi dengan aksi gerak cepat pasukan kebersihan. Salut untuk mereka, sehingga adipura bisa diraih (tapi jangan terlalu berharap begitu ya, ikutlah jaga kebersiahan kota kita)...

Sebagian sisa sampah plastik. Bisa didaur-ulang kembali.
Sebagian sisa sampah plastik. Bisa didaur-ulang kembali.
Di sisi lain, karnaval juga membuka peluang dadakan meningkatkan perekonomian masyarakat. PKL penyedia makanan-minuman ringan, penjual mainan anak-anak, usaha parkir, adalah sebagian sukacaita masyarakat ekomomi menengah bawah.

Di sisi lain, karnaval juga menaikkan sumber perekonomian jasa tailor, petani bunga, persewaan baju atau toko busana, hingga rental mobil hias.

Karnaval jalan, yang jualan juga tetap berdagang.
Karnaval jalan, yang jualan juga tetap berdagang.
Karnaval Agustusan

Bulan Agustus adalah bulan yang paling berbahagia bagi masyarakat Indonesia. Dan itu berarti berbagai keceriaan warga bangsa terjadi. Mulai tingkat RT yang mengadakan berbagai lomba.

Paling umum adalah seperti balap karung, makan kerupuk, membawa kelereng yang ditaruh di sendok dan dibawa dengan digigit, bakiak beregu, estafet air. Ada juga ambil koin di pepaya yang dilumuri oli atau bubuk arang, menangkap belut, gebug guling, dan panjat pinang. Di samping itu, kadang juga ada yang bersifat serius semacam olah raga ringan (pingpong, catur), atau lomba karaoke.

Peragaan Tari Saman di atas mobil berjalan
Peragaan Tari Saman di atas mobil berjalan
Namun di antara kemeriahan-kemeriahan itu, adanya momentum karnaval selalu menjadi sentral perhatian. Dan, tentu saja di era teknologi zaman sekarang, minimal kalau punya hape berkamera/video, bisa menjadi pewarta foto atau video otodidak.

Baik itu untuk dinikmati sendiri ataupun dibagikan ke publik melalui media sosial yang ada (youtube, instagram, twitter, facebook, blog, dan lain-lain).

Difoto dulu sama adik-adik
Difoto dulu sama adik-adik
Rasanya ada kepuasan tersendiri ketika bisa mengabadikan momen yang kehadirannya tidak tentu itu. Bisa menjadi alat bantu cerita kepada mereka yang tidak berkesempatan hadir secara langsung.
Atraktif sejak di belakang garis start
Atraktif sejak di belakang garis start
Ya, karnaval bisa menjadi ajang berbagi keceriaan. Terlepas dari insiden-insiden yang terkadang juga bisa membuat sakit hati. Mungkin (kebanyakan di event berskala besar), terselip kisah tentang copet yang berkeliaran, maling kendaraan yang beroperasi.

Soal kelelahan mengikuti prosesi karnaval, itu menjadi bonus cerita. Artinya, rasa capek, kepanasan, kehujanan, terbayarkan dengan aksi karnaval yang berlangsung.

Ogoh-ogoh Retog Kendang
Ogoh-ogoh Retog Kendang
Bersambung....

Berikutnya... part 2: “Karnaval, Pestanya Rakyat”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun