Memangnya masyarakat Surabaya tidak boleh kuatir kalau Risma diberangkatkan ke Jakarta? Memang e-government sudah diterapkan di banyak lini. Banyak kemudahan dan transparansi demi menghindari calo dan korupsi. Pembangunan fisik terus diupayakan. Partisipasi warga kota terhadap kemajuan Kota Surabaya juga cukup tinggi.
Memang bukan Risma an sich yang melakukannya, seorang diri. Tetapi gebrakan yang dilakukannya memicu pada hal-hal lainnya. Para lansia ter-openi (dilayani, diperhatikan) dengan baik, anak-anak mendapat sentuhan yang lebih lagi, pendidikan dan kesehatan juga mendapat jaminan. Kesejahteraan warga kota begitu dipedulikan.
“Surabaya sudah cukup dewasa bila memang akan ditinggal Risma.” Betul, dan kapan pun akan siap. Tapi bukan sekarang, di saat politik masih diwarnai adu kepentingan massa/kelompok yang semu atas nama rakyat (padahal ya...). Bukan di saat yang tepat ketika orientasi pelayanan publik hanya sekadar wacana penarik suara pemilih.
Ahok, si pemimpin Ibu Kota, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, orang yang jujur dan cerdas tentu bisa menilai dan merasakan hasil kerjanya selama ini. Warga Jakarta yang punya gawe ini tak perlu terpengaruh aksi strategi kotor para politisi dan kelompoknya, yang justru bisa merugikannya sendiri.
Nama Risma sudah cukup mendunia secara internasional. Dan itu berawal dari Surabaya, kota yang terus membuatnya bekerja. Kepemimpinan yang lahir dari lokalitas jauh lebih indah dan terasa manfaatnya.
Biarlah’ jantung’ negeri ini terus berdetak, tapi jangan membuat yang lain jadi ikutan ‘sesak’...
-end-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H