Mohon tunggu...
Azwar Abdullah
Azwar Abdullah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pegawai Negeri Sipil

Penulis, Konten Kreator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berbagi Kebahagiaan untuk Ilmu yang Bermanfaat

24 Desember 2020   20:39 Diperbarui: 24 Desember 2020   20:53 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahagia memiliki definisi masing-masing bagi setiap orang, ada yang bahagia ketika lulus jadi sarjana, ada yang bahagia karena memiliki motor baru dan beragam lainnya. Termasuk dengan memilih untuk berbagi kepada sesama, banyak orang yang senang berbagi dan itu menjadi kebahagiaan tersendiri dengan menyenangkan hati orang lain.

Menurut riset, orang suka berbagi dan murah hatinya lebih panjang umurnya dibanding perilaku sebaliknya karena kecenderungan kebahagiaan meningkat disaat kita memilih untuk berbagi.

Berbagi pun banyak macamnya, memberi dengan harta melalui sedekah atau yang lainnya, melalui tenaga seperti yang dilakukan pekerja sukarela saat bencana, bisa juga melalui ilmu/ide. Khusus untuk yang terakhir, berbagi ilmu merupakan hal yang spesial karena tak lekang sampai akhir zaman, akan terpakai secara terus menerus ke generasi berikutnya.

Kebahagiaanku yang pernah dirasakan cukup banyak, salah satu yang paling berarti saat berbagi ilmu secara sukarela dengan anak-anak yang merupakan keturunan eks-kusta yang tinggal di lorong kecil di kota Makassar.

Melihat apa yang mereka rasakan ketika berada di lingkungan yang sarat akan kekerasan, mereka juga memiliki intelegensi di bawah rata-rata anak seusia mereka dan jika pulang dari sekolah mereka tak jarang ikut orangtuanya jadi pemulung.

Karena keterbatasan dari sisi materiil yang saya miliki untuk menyantuni mereka, saya dan beberapa teman inisiatif untuk mengajar untuk menyalurkan ilmu agar mereka lebih percaya diri dihadapan teman-temannya yang lain saat mengikuti pembelajaran.

Matematika, bahasa inggris dan bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang kami ajarkan karena itu adalah pondasi ilmu lainnya. Tak lupa kami selipkan pelajaran akhlak untuk anak-anak dan sehabis magrib mereka belajar mengaji.

Kami melihat anak-anak belajar walaupun sedikit demi sedikit tapi mereka sangat bahagia dengan suasana belajar, kadang ada yang usil kepada temannya dan ada yang cukup serus belajar. Mereka menganggap kami bukan lagi sebagai pengajar namun sebagai orangtua yang mengajari sesuatu dengan lembut dan menegur tanpa kekerasan.

Orangtua mereka sendiri sesekali memandangi saat kami mengajar dan meminta kami untuk kembali lagi untuk mengajar anak-anaknya karena mereka cukup senang dengan gembiranya anak-anak mereka saat belajar.

Ada beberapa hal sebenarnya yang membuat saya menganggap mereka benar-benar tertinggal, pertama dari segi usia yang tidak sepadan dengan tingkat kelas mereka.

Contoh, ada yang berusia 10 tahun tahun masih kelas 3 SD, normalnya usia 10 tahun sudah menginjak kelas 5 SD, di antara mereka ada yang tinggal kelas dan memang tidak sekolah dalam kurun waktu tertentu, jelas persoalan biaya jadi masalahnya. 

Kedua, mereka kurang memahami materi dasar yang seharusnya dilewati seperti kosakata bahasa inggris dan perkalian. Harus kerja bersama orangtua mereka jadi faktor utama sehingga mereka tidak fokus menyerap materi selama bersekolah.

Saya sangat senang mendengar latar belakang yang mereka punya karena menjadi pengajar bagi orang yang pandai atau siswa yang normal itu biasa-biasa saja dan sering saya lakukan, menjadi pengajar bagi mereka adalah suatu tantangan agar mereka bisa setara dan mengejar ketertinggalan walaupun sedikit demi sedikit.

Sungguh momen-momen yang membahagiakan bersama mereka walaupun harus bersabar dengan kenakalan pada mereka. Apalagi saat mereka menyerap ilmu sederhana yang kami sampaikan, itu sungguh menyentuh qalbu untuk kembali mengajar mereka pada lain hari.

Saya berharap kelak mereka juga menemukan makna kebahagiaan dengan berbagi dan memberi apa yang mereka punya, apapun itu. Berbagi dengan memberi harta atau ilmu atau yang lainnya untuk memberi kebermanfaatan kepada orang lain karena sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Berbagi dengan tidak mengenal orang yang diberi, kepada siapapun, bukan karena dia temanmu, bukan karena dia segolonganmu, bukan karena dia seagamamu. Tapi berbagi dengan berharap dari ridha-Nya niscaya akan ada jembatan-jembatan penolong disaat kesulitanmu datang dan kebahagiaanmu akan mudah datang.

Semoga jadi inspirasi untuk merengkuh kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun