(Diterjemahkan dari majalah Nikkei Business 2013.04.22; Penulis asli: Ikeda Shintaro. Pasar mobil Jepang di Indonesia dilihat dari kacamata orang Jepang.)
Berdasarkan informasi dari Asosiasi Industri Mobil Indonesia, penjualan mobil di Indonesia pada tahun 2012 lalu untuk pertama kalinya mencatat penjualan sebesar 1,11 juta mobil, 25% lebih bergairah dibandingkan tahun 2011. Pada awalnya mobil-mobil buatan Jepang berekspansi ke Indonesia mulai tahun 1970-an dengan merebut share pasar mobil Indonesia lebih dari 90%, menjadikan Indonesia sebagai pasar tanpa perlawanan bagi mobil-mobil Jepang.
Share yang tinggi dikombinasikan dengan pertumbuhan yang menjanjikan, “1 juta mobil” sebagai titik balik perubahan industri permobilan.
Toyota yang meraih share pasar mobil 50% di Indonesia, bekerja sama dengan 6 perusahaan Toyota group, sebelum tahun 2012 telah mengumumkan akan menginvestasikan 13 trilyun Rupiah selama 5 tahun di Indonesia. Pembangunan pabrik telah dimulai pada 15 Maret 2013 di suburb ibukota Jakarta.
Nissan juga akan menginvestasikan 3.3 trilyun Rupiah sampai tahun 2014 untuk meningkatkan kapasitas produksinya sampai 250.000 unit, membangkitkan kembali merk Datsun di Indonesia. Mengikuti kesuksesannya, produsen mobil lain seperti Suzuki, Honda dan lain-lain juga sedang mempercepat rencana besar investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Yang menjadi perhatian, berdasarkan langkah percepatan peningkatan kapasitas produksi masing-masing produsen mobil ini, akan diikuti juga oleh perubahan struktur industri hulunya juga.
Sampai sekarang komponen mobil yang dirakit di Indonesia kebanyakan diimpor dari Thailand dan Jepang. Dengan cara yang masih seperti ini, meskipun ada pabrik perakitan mobil, namun sulit kiranya dinamakan sebagai “industri mobil”.
Bagaimanapun, dengan angka penjualan mobil yang melampaui “1 juta unit” tersebut , memunculkan kemungkinan terbentuknya apa yang dinamakan otonomi industri mobil di pasar tersebut. Dengan kata lain, berbekal informasi penjualan mobil “1 juta unit” tersebut, akan membuat produsen-produsen komponen mobil berpikir bahwa pasar ini dapat menghasilkan laba dengan membangun pabrik-pabrik baru.
Menurut Yoneda Shinji (direktur Pura Delta Lestari; perusahaan yang mengelola kawasan industri di pinggir Jakarta GIIC), perusahaan-perusahaan subkontrak tingkat 2 dan tingkat 3 yang menjajaki investasi di daerah ini semakin meningkat. Sedang terjadi saling panggil antar produsen-produsen komponen mobil.
Tidak sedikit perusahaan subkontrak tingkat 3 dari Jepang yang berekspansi pertama kali keluar negeri. Banyak juga pabrik-pabrik produsen komponen mobil yang sudah berjalan di Thailand melihat Indonesia sebagai Negara investasi berikutnya.
Supplier yang sedang berekspansi tidak melihat pasar yang sudah ada saja, namun juga merasakan adanya pasar baru yang memikat.
"Di luar negeri (Indonesia) pagarnya lebih rendah daripada di dalam negeri Jepang sendiri. Sering terdengar bahwa di dalam kawasan industri tersebut terjadi komunikasi yang berujung pada transaksi yang tidak terjadi di dalam negeri Jepang sendiri. Menurut Yano Kunio (presiden Maligi Permata Indutrial Estate; perusahaan yang mengelola kawasan industri KIIC), setelah perusahaan niaga Itochu berinvestasi, Toyota juga ikut memindahkan pabriknya.
Industri kendaraan roda 2 membukukan penjualan lebih dari 7 juta unit. Beberapa produsen komponen motor tsb, ada juga supplier kendaraan roda 2 yang memasok komponen untuk mobil. Dilihat dari kualitas dan biaya yang kompetitif, bisa dikatakan pasar di Indonesia ini adalah pasar yang luar biasa potensial.
Evolusi para produsen mobil dari hanya merakit mobil saja hingga membangun industri hulunya tidak lepas dari daya tarik kesuksesan pasar Indonesia yang permintaan mobilnya sedang meledak saja, namun juga posisi Indonesia bagi pasar mobil di ASEAN. Perdagangan di dalam ASEAN tidak dikenakan pajak, dapat bebas berdagang, sebuah tatanan ekonomi yang terintegrasi.
Bagi produsen mobil, permintaan dalam negeri, diiringi juga harapan dari permintaan luar negeri, selain itu share mobil Jepang yang tinggi di pasar dalam negeri Jepang sendiri (pro-Japan), sudah seharusnya tetap dipertahankan.
Opini: Semoga kita juga bisa ikut berperan serta aktif dalam menyemarakkan industri manufaktur dan otomotif di tanah air.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI