Mohon tunggu...
Hendi Setiyanto
Hendi Setiyanto Mohon Tunggu... Freelancer -

Menulis itu mencerahkan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Melihat Sisa Proyek Irigasi Bandjar Tjahjana Werken

6 November 2017   18:35 Diperbarui: 6 November 2017   18:57 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada masanya, Poerwaredja dan Klampoek merupakan dua daerah yang hidup dari manisnya tetesan tebu dari pabrik gula (suikerfabriek) yang ada di dalamnya. Kedua daerah ini sebelum bergabung menjadi sebuah kecamatan pada saat sekarang ini, dulunya merupakan lokasi konsentrasi para penjajah dari negeri Belanda yang membentuk komunitas mulai dari perumahan, gereja, sekolah, kantor pemerintahan dan yang menjadi bahan bakar utama kemajuan pembangunan saat itu adalah keberadaan suikerfabriek atau pabrik gula.

Ketertarikan saya akan sejarah kolonial di Indonesia, khususnya di sekitar kota kelahiran, Banjarnegara mendapat titik terang melalui komunitas pecinta sejarah yang tergabung dalam Banjoemas History Heritage Community (BHHC)dan ROEMAH TUA, saya mendapatkan info jika pada tanggal 13-15 Juli 2017 akan mengadakan kegiatan bertajuk JELAJAH BANJOEMAS, mrapat. Adapun agendanya adalah jelajah selama 3 hari, 4 kaboepaten dan 12 toedjoan. Lebih spesifiknya akan mengunjungi:

  • 4 bekas pabrik gula suikerfabriek yaitu : sf. Klampoek, sf.Kali Klawing, sf.Bodjong dan sf.Kalibagor.
  • 4 kerkhof atau kuburan belanda yaitu: Klampok, Purbalingga, Kalibagor dan Cilacap.
  • Susur rel SDS (Serajoedal Stoomtram Maatschappij) yaitu: Stasioen Klampok, Jembatan Serayu, Jembatan Kali Klawing dan Stasioen Bandjarsari.

Ekpektasi awal saya adalah, kegiatan semacam ini biasanya sepi peminat namun dugaan tadi ternyata salah karena saat hari pertama, peserta yang mengikuti kegiatan ini mencapai lebih dari dua puluh orang yang datang dari latar belakang yang berbeda mulai dari guru sejarah, pecinta alam, mahasiswa, karyawan, wirausahawan maupun pelajar.

Pesertanya pun ada yang berasal dari Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, dan Jogjakarta. Kami semuanya belum mengenal satu sama lainnya, hanya satu yang membuat kami cepat akrab yaitu ketertarikan akan jejak masa lalu, sejarah, kolonial dan hal-hal jadul lainnya.

Dari rangkaian kegiatan selama tiga hari tadi, saya hanya bisa mengikutinya pada hari pertama saja, sementara untuk hari kedua dan ketiga, saya absen.

Kamis pagi yang dingin dan berkabut tak menyurutkan semangat saya berkendara mulai dari Pukul 06.00 pagi menuju Lapangan Desa Majasari, Bukateja-Purbalingga yang dijadikan titik kumpul para peserta. Setelah berkendara selama kurang lebih 42 menit dan sempat tersasar sekali, saya pun sampai juga di lokasi yang telah disepakati tadi. Adalah sosok mas Jatmiko Wicaksono, salah satu penggagas, pecinta sejarah dan menjadi pemandu kami selama tiga hari ke depan.

Setelah semua peserta berkumpul dan mendapatkan selembar peta jadul sebagian daerah Poerwaredja Klampok (Banjarnegara) dan Purbalingga, kami pun langsung beranjak menuju lokasi pertama menuju saluran air yang bernama Bandjar Tjahjana Werken (BTW) yang menghubungkan  aliran air dari Banjarnegara menuju Distrik TJahjana (zaman dahulu) atau saat ini Daerah Bukateja (Purbalingga) .

Sejumlah sepeda motor milik peserta Jelajah Banjoemas yang berjumlah sekitar dua puluh orang ini terparkir di sebuah lapangan yang pada pinggirannya mengalir saluran air yang penuh sejarah.

Pada saluran air ini juga terdapat terowongan bekas perlintasan lori-lori dan kereta yang mengangkut tebu-tebu dari perkebunan di daerah  Bodjong Purbalingga menuju Klampok. Nama perusahaan kereta uap pada masanya sudah ada dengan nama Kereta Uap Lembah Sungai Serayu atau Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS).

saluran air kini di daerah klampok banjarnegara
saluran air kini di daerah klampok banjarnegara
Menurut Prof. Purnawan Basundono yang asli orang Karangsari, Punggelan, Banjarnegara, sistem irigasi untuk mendukung kegiatan pertanian di wilayah Banyumas Raya telah ada sejak tahun 1884. Saat itu pemerintah Kolonial Hindia-Belanda membangun saluran irigasi yang berada di sebelah selatan Sungai Serayu dari Banjarnegara sebelah timur sampai dengan perbatasan dengan Kabupaten Purbalingga, di Purwareja-Klampok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun