Menurut Sumber Wikipedia Bahasa Indonesia, Sejarah lengkap hari pasaran dimulai oleh orang jawa sebelum mengenal agama Islam atau Pra Islam.
Orang Jawa pada masa pra Islam mengenal pekan yang lamanya tidak hanya 7 hari saja, namun dari 2 sampai 10 hari. Pekan-pekan ini disebut dengan nama-nama dwiwara, triwara, caturwara, pañcawara (pancawara), sadwara, saptawara, astawara dan sangawara. Jaman sekarang hanya pekan yang terdiri atas 5 hari dan 7 hari saja yang dipakai, namun di pulau Bali dan di Tengger, pekan-pekan yang lain ini masih dipakai.
- Radite • Minggu, melambangkan meneng (diam)
- Soma• Senen, melambangkan maju
- Hanggara • Selasa, melambangkan mundur
- Budha • Rabu, melambangkan mangiwa (bergerak ke kiri)
- Respati• Kamis, melambangkan manengen (bergerak ke kanan)
- Sukra• Jumat, melambangkan munggah (naik ke atas)
- Tumpak • Sabtu, melambangkan temurun (bergerak turun)
Pekan yang terdiri atas 5 hari ini disebut sebagai pasar oleh orang Jawa dan terdiri dari hari-hari:
Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon.
Hari-hari pasaran merupakan posisi sikap (patrap) dari bulan sebagai berikut :
- Kliwon • Asih, melambangkan jumeneng (berdiri)
- Legi • Manis, melambangkan mungkur (berbalik arah ke belakang)
- Pahing • Pahit, melambangkan madep (menghadap)
- Pon • Petak, melambangkan sare (tidur)
- Wage • Cemeng, melambangkan lenggah (duduk)
Tak heran jika orang Jawa pada jaman dahulu sering menjadikan nama pasaran Jawa tadi sebagai weweton atau pengingat kelahiran seorang anak manusia di bumi atau istilah zaman sekarang adalah pemberian nama bagi bayi. Di kampung saya, Banjarnegara, masih banyak orang-orang yang lahir sebelum generasi pra Islam-saat Islam masuk-hingga sebelum kemerdekaan yang masih menggunakan singkatan hari dan pasaran jawa untuk menamai anak mereka. Sebut saja nama Sapon yang merupakan singkatan dari Selasa Pon, ada juga Sanis yang merupakan singkatan nama lahir untuk Selasa Manis.
Banyak juga orang Jawa yang masih percaya jika weton lahir pantang untuk melakukan aktivitas bepergian jauh. Misal ketika orang lahir Sabtu Pahing atau weton lahirnya, biasanya dia dilarang pergi jauh atau minimal ditunda keberangkatannya jangan ngepasi hari lahirnya tersebut.
Jadi ketika pemerintah sedang gencarnya serta urgensi untuk menetapkan Hari Pasar Rakyat Nasional sebagai hari resmi nasional, sesungguhnya orang-orang kita pada zaman dahulu (khususnya orang Jawa kuno) telah terlebih dahulu menetapkan hari pasaran yang berlangsung 5 hari sekali tadi walaupun tanpa aturan tertulis tetapi disepakati secara tidak langsung, contoh nyata adalah hari pasaran di daerah Punggelan-Banjarnegara tempat saya tinggal saat ini yang menggelar hari pasaran Manis (Legi), Pon dan Wage yang masing-masing berlangsung tiap 5 hari sekali.
Pasar tradisional selalu punya cerita sendiri dan juga memilik suatu yang khas dan juga unik dibanding mal ataupun pasar modern. Hari pasaran pun seandainya tidak dijadikan hari pasar tradisional nasional sejatinya sudah eksis hingga di jaman modern seperti ini. Tergantung Anda mau memilih mau belanja di pasar tradisional atau di pasar modern atau mal? Semua terserah pribadi anda masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H