Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jancuk

5 Februari 2019   12:32 Diperbarui: 5 Februari 2019   13:00 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Satu hari pada tahun 1974 sekumpulan mahasiswa sedang duduk di warung Mahatani, ada yang makan, ngopi, atau cuma ngobrol ngalor ngidul.
Tahun itu pertama kali saya bergaul dengan teman-teman yang asli dari luar Pasundan. Jikapun waktu SD, SMP, SMA di Bogor punya teman orang Jawa, Batak, Minang, Banjar dll, mereka umumnya sudah berakulturasi dengan budaya Sunda, bicaranya bahasa Sunda atau Indonesia. Mereka tak pernah bicara dengan bahasa ibunya di sekolah, jadi kata-kata bahasa Jawa termasuk asing saat itu di kuping saya.

Kembali ke warung Mahatani, sekelompok mahasiswa asal Jawa Timur ngobrol pakai bahasa Jawa Timuran, medok sekali, ramai sekali, mereka terlihat akrab. Tiba-tiba satu orang diantara mereka, mas Arief, teriak lantang "jancuk" sambil tertawa terbahak-bahak.

Walaupun saat itu belum mengerti bahasa Jawa, saya nebak arti kata 'jancuk' itu bahasa Betawinya 'sialan' atau semacam umpatan akrab.
Namanya dapat 'ilmu baru', umpatan akrab 'jancuk' saya pakai juga sebagai kata sehari-hari. Misalnya ketika teman saya ujiannya dapat nilai bagus, saya bilang "jancuk pintar lu!".

Sampai satu hari ada teman yang Jawa asli nanya saya, "Kamu tahu ngga arti jancuk yang sebenarnya?". Kata 'jancuk' itu sebenarnya arti awalnya agak jorok, bahkan jorok, hanya di kalangan masyarakat Surabaya jadi umpatan akrab diantara sesama teman sebaya.

"Awas lu jangan ngeluarin kata 'jancuk' di depan ibu gua", tambahnya. Hehehe. Iyalah, ngga sopan ya, saya pakai kalau sedang kongkow dgn mahasiswa asal Jawa Timur saja, biar aman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun