Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Denmark 'Seharusnya' Sudah Merebut Piala Thomas 52 Tahun Lalu

23 Mei 2016   13:12 Diperbarui: 23 Mei 2016   16:44 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saatnya Denmark. Sumber: sportskeeda.com

Sisa dua partai ganda kelihatannya akan mudah diambil oleh kampiun ganda putera Denmark. Namun terjadi keajaiban di partai kedelapan, ketika melalui pertandingan tiga set Unang/King Gwan justru mengalahkan Henning Borch/Erland Kops salah satu ganda putera top dunia saat itu. Skor 5-3 untuk Indonesia, Piala Thomas dipertahankan Indonesia.

Partai terakhir Ferry/Tutang versus Kobbero/Hansen dimenangi ganda Denmark, skor akhir 5-4 untuk Indonesia.

Kekecewaan Denmark dan Mobil Toyota untuk Pemain Indonesia 
Pada 1964 Denmark sebenarnya mempunyai kekuatan merata di sektor tunggal maupun ganda, yang mendominasi kejuaraan bulu tangkis All England tahun 1960 - 1964. Erland Kops, Knud Aage Nielsen, Finn Kobbero/Hammerguard Hansen saat itu seolah tak ada lawan di dunia. 

Itulah peluang terbesar Denmark untuk merebut Piala Thomas, yang akhirnya baru kesampaian 52 tahun kemudian di Tiongkok, juga berhadapan dengan Indonesia di final, yang kali ini dimenangi Denmark dengan skor 3-2.

Semangat nasionalis Ferry Sonneville-Tan Ju Hok dan kawan-kawan ketika secara heroik menjuarai Piala Thomas 1964 di Tokyo, disambung gegap gempita oleh rakyat Indonesia. Seluruh pemain mendapat hadiah sedan Toyota dari Presiden Sukarno. Ketika itu memiliki mobil pribadi masih sangat mewah bagi warga negara Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun