Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Diseret ke Pilgub DKI?

25 Maret 2016   10:51 Diperbarui: 25 Maret 2016   23:37 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa peristiwa yang menyangkut keamanan dan kenyamanan masyarakat yang dalam keadaan normal merupakan peristiwa yang berdiri sendiri, sebulan terakhir saya perhatikan selalu diseret ke aktivitas kampanye bakal calon Gubernur DKI  Jakarta.

Begitu panasnya situasi dan begitu fanatiknya pendukung salah satu bakal calon Gubernur DKI?

Sabotase Menyumbat Gorong-Gorong

Ketika ditemukan bertruk-truk sampah kulit kabel di dalam gorong-gorong di sekitar Jalan Medan Merdeka Selatan, serta merta para pendukung fanatik seorang bakal calon Gubernur menebar status di WA, FB, "sabotase terbukti" kata mereka.Maksudnya sabotase untuk mencemarkan nama baik Gubernur Jakarta yang sedang memerintah, karena area sekitar Istana Negara banjir.

Polda Metro Jaya untungnya profesional menyelidiki kasus got mampet yang bikin Istana Negara kebanjiran ini. Kapolda Irjen Pol Tito Karnavian (sebelum dipromosi jadi Kepala BNPT) mengumumkan kulit kabel yang menyumbat got itu sampah yang ditinggalkan pencuri logam kabel listrik PLN yang tak terpakai lagi. Beberapa tersangka ditangkap Polisi.

Kapolda Metro Jaya yakin itu bukan sabotase, pencurian dan menumpukny sampah kulit kabel bukan kejadian yang baru saja terjadi.

Lebih jauh ketika Pemda  minta bantuan Pasukan Katak TNI AL memeriksa gorong-gorong sekitar Istana, ditemukan sumbatan lumpur yang mengeras, mungkin bertahun-tahun gorong-gorong tidak dikontrol dengan baik oleh Pemda DKI. Sumbatan ini jelas sedimentasi yang pasti bukan sabotase, tapi kelalaian Pemda DKI Jakarta selama bertahun-tahun sampai terbongkarnya tumpukan kulit kabel di dalam gorong-gorong.

Bupati Ogan Ilir Ditangkap BNN

Ketika Bupati Ogan Ilir ditangkap BNN karena tertangkap tangan mengkonsumsi narkoba, kejadian yang tak ada hubungannya dengan hiruk pikuk kampanye bakal calon Gubernur Jakarta, ternyata masih dikaitkan juga, tujuannya kelihatannya menghantam pemilih yang ketika memilih seorang calon Kepala Daerah bersandar pada kesamaan agama.

Gara-gara tertangkapnya Bupati Ogan Ilir ketika sedang nyabu, kecaman datang dari mana-mana. Banyak kecaman adalah wajar, yang tak wajar ketika ada yang menghubungkannya dengan agama Islam yang dianut sang Bupati. Lebih tidak nalar lagi ketika tuduhan yang tertuang dalam sebuah surat terbuka yang disebar di media sosial itu menghujat yang maknanya kira-kira "usung calon Bupati karena seiman?". Berikut ini kutipan sebagian surat terbuka tersebut:

  • GOLKAR, PPP, PKS jgn pura2 ga tau ya.. ini Bupati ngaco yg katanya kalian usung juga lho, Btw PPP & PKS koq tenang2 aja... apa krn seiman ya... jadi ga usah diributin, ancur juga ga apa2 yg penting seiman.., Ahok bongkar kalijodo koq malah mau disidang sama DPR, dicari2 salahnya, inilah.. itulah.. lha kalau Bupati yg kaya gini gimana coba??.
  • FPI.. koq jadi pada imut semua sich??  Ga perlu di demo tuh Bupati?? Atau masih mau nyerang Ahok terus?? Hadeuh... tobat deh.

Tuduhan ini saya sebut tidak masuk akal sehat, terutama karena diantara calon Bupati Ogan Ilir semuanya Muslim. Jikapun mau menyalahkan, salahkanlah partai partai yang mengusungnya, pertanyakanlah kenapa orang ini bisa lolos kriteria bebas narkoba? Apa maksudnya bawa-bawa iman segala.   

Sandiaga Uno Disikat Juga

Siapa Sandiaga Uno? Namanya akhir-akhir ini sering dimuat media sebagai salah satu bakal calon Gubernur Jakarta.

Pria muda berdarah Gorontalo, Jawa dan Sunda yang juga pengusaha ini, harus terima nasib namanya dikaitkan dengan demo anarkis supir taksi pada Selasa, 22 Maret 2016.

Di media sosial muncul tulisan yang kelihatannya mengutip opini Ruhut Sitompul, bahwa bang Ruhut berhasil membongkar para supir berdemo atas perintah pimpinan mereka. Lalu seperti disengaja pendapat Ruhut oleh penulis berita "disambung" dengan Informasi 51% Saham Taksi Express milik Sandiaga Uno.

Bakal calon gubernur pesaing Ahok tersebut tersirat diseret ke peristiwa demo anarkis yang dilakukan supir taksi dan angkutan darat lainnya. Habis bakal calon Gubernur DKI sih hehehe.

Perusahaan taksi bernama besar seperti BB dan Express apa boleh buat memang harus menanggung ekses demo supir taksi, dibully netizen. Padahal kalau mau memperhatikan sedikit para netizen bisa juga menggali info siapa pemodal di belakang taksi online Grab dan Uber. Jangan sampai pengusaha besar bertarung, para supir taksi konvensional dan supir taksi online yang jadi korban. 

Berikut kutipan sebagian tulisan yang beredar di medsos:

Terungkap ! Ruhut Bongkar Supir Taxi Dipaksa Demo, 51% Saham Taksi Expres Milik Sandiaga.

Jakarta, Lensaberita.Net - Ruhut Sitompul rupanya mengetahui siapa dalang di balik demo akbar sopir taksi konvensional, Selasa (22/3). Menurut Ruhut, pimpinan merekalah yang menyuruh mereka turun ke jalan menggelar orasi.

Politikus Partai Demokrat ini tak asal bicara. Sebelum demo dimulai, Ruhut sudah mengetahui lebih dulu informasi itu, siapa dalang yang mengerahkan massa.

Itu diketahuinya saat harus menuju ke Bandara Soekarno Hatta pagi buta. Dari situ Ruhut tahu bahwa bos mereka sendiri yang meminta agar turun ke jalan.

"Aku jam 4 subuh harus ke bandara. Pesanlah taksi aku, si sopir ngasih tahu kalau akan ada demo. Dia bilang, mereka dipaksa untuk berdemo," ujar Ruhut saat menjadi bintang tamu di Indonesia Lawyers Club (ILK), Selasa malam.

Mendengar curhat si sopir itu, Ruhut menyarankan agar dia tidak ikut demo itu, yang dinilainya tidak bermanfaat. "Kalau nggak mau nanti mereka dipecat. Mereka ini dipaksa untuk berdemo. Dapat uang Rp 100 ribu satu orang. Udah jangan pada bohong, ngaku sekarang kalian (sopir) kalau disuruh (turun ke jalan). Jadi bohong itu yang bilang dia nggak mengerahkan," tepis Ruhut. (jpnn)

Taxi Expres 51% Milik Sandiaga

Perusahaan investasi Indonesia milik konglomerat Sandiaga Uno, Saratoga Investama Sedaya, mengambil alih 51 persen saham operator taksi PT Express Transindo Utama Tbk dari Grup Rajawali Corpora dengan nilai kesepakatan mencapai US$ 98,2 juta atau setara dengan Rp 1,26 triliun.

Express adalah operator taksi terbesar kedua di Indonesia, dengan armada lebih dari 10 ribu taksi dan tenaga supir lebih dari 18 ribu secara nasional. Perusahaan ini juga menawarkan layanan transportasi lainnya, termasuk penyewaan bus dan layanan limusin.

Express melaporkan penurunan 11 persen laba kuartal pertama, menjadi Rp 118 miliar, dari Rp 133 miliar pada periode yang sama tahun lalu, karena biaya yang meningkat.

Setelah akuisisi selesai, Express akan bergabung dengan perusahaan Saratoga lainnya, seperti Adaro Energy dan operator menara seluler Tower Bersama. (CNN Indonesia 2015).

Catatan: sebagian tulisan diedit karena tampilan tulisan tidak bagus, tulisan menumpuk tidak nyaman dibaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun