Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

PLN 123

14 November 2015   10:43 Diperbarui: 14 November 2015   10:50 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengenal PLN sejak mulai bisa baca tulis atau lebih setengah abad, saya dapat membandingkan perkembangan kualitas pelayanan perusahaan negara ini kepada pelanggannya.

Waktu usia remaja sering disuruh membayar listrik bulanan ke GEBEO, begitu ibu kami menyebut PLN, maklum beliau lahir dan tumbuh pada zaman Hindia Belanda. Datang ke kantor PLN, serahkan dokumen tagihan, tunggu sampai dipanggil kasir dan bayar tunai. Belum ada cara bayar transfer apalagi prabayar. Kalau ada problem listrik datang langsung ke bagian pengaduan, kebetulan kantor PLN tak jauh dari rumah dan kebetulan juga di rumah belum ada telepon. Zaman itu telepon rumah masih barang mewah.

Selasa, 10 November 2015 hujan deras turun di Depok bagian timur, malangnya hari sudah menjelang Maghrib ketika kabel listrik rumah mengepulkan asap dan terlihat letupan api dari kabel yang terbakar, akibat korslet karena kabel basah kena bocoran air hujan.

Saya hubungi PLN 123, seorang pria menanyakan nama saya dan masalah yang dihadapi. Saya sebut nama dan melapor listrik mati karena kabel korslet. Petugas tersebut bertanya lagi kabel yang korslet sebelum atau sesudah meteran? Saya jawab sesudah meteran listrik. Petugas memberitahu bahwa kalau problem sesudah meteran listrik bukan tanggungjawab PLN. Ia kemudian memberitahu dua nomor telepon AKLI (Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia), nanti akan diserahkan ke Instalatir listrik terdekat.

Saya coba hubungi dua nomor telepon AKLI tersebut, berkali-kali menelpon tak ada yang mengangkat. Panik juga karena pada saat listrik korslet sempat terlihat api kecil. Suasana malam dan hujan rintik-rintik tambah menekan perasaan.

Akhirnya kembali saya hubungi PLN 123. Diterima petugas wanita -dari suaranya-. Ia langsung mendahului menyebut nama saya -mungkin baca data laporan sebelumnya-, bertanya ada problem apa. Saya jawab sama seperti ketika ditanya petugas pria sebelumnya, termasuk memberitahu kabel korslet sesudah meteran dan listrik mati di rumah saya.

Petugas PLN 123 kali ini tak mengatakan "Itu bukan tanggungjawab PLN". Segera kami kirim petugas ke rumah bapak, demikian ujarnya, melegakan.

Kira-kira 20 menit dua teknisi PLN datang menggunakan mobil dinas PLN. Dengan cekatan memperbaiki kabel yang korslet, kabel 'dijauhkan' dari rembesan air. 

Untung saya memutuskan menelpon ulang ke PLN 123, seandainya patuh pada petugas yang pertama, menelpon AKLI saja, bisa-bisa akan gelap-gelapan sepanjang malam.

Untuk situasi darurat sebaiknya distandarkan saja PLN mengirim teknisinya. Baru setelah itu diarahkan ke Instalatir anggota AKLI. Khawatirnya korslet memicu kebakaran dan pelanggan PLN juga tidak tahu tarif standar perbaikan oleh Instalatir.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun