Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dikepung Pangan Beracun, Bernarkoba dan Daging Celeng

7 Juni 2015   02:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:19 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makanan Berbahaya dan Daging Celeng

Bertahun-tahun daging celeng, borax, formalin, pewarna tekstil mencemari makanan manusia Indonesia, terutama di Jabodetabek, Sukabumi, Bandung dan sekitarnya. Sudah rahasia umum sebagian (kecil?)  makanan yang dijajakan di warung-warung mie-baso, jajanan anak-anak sekolah dasar mengandung zat beracun dan berbahaya bagi kesehatan.

Razia demi razia dilakukan oleh BPOM, Pemerintah Daerah bersama Kepolisian. Beberapa razia berhasil menangkap basah dan menyita makanan mengandung borax dan formalin, seperti tahu, mie, siomai, baso bahkan ketupat dan tahu, seperti dilakukan BPOM di Jalan Sabang Jakarta, Jumat 22 Mei 2015.

[caption id="attachment_419439" align="aligncenter" width="300" caption="Lontong berformalin di Jalan Sabang (Sumber: TVOne 22Mei2015)"][/caption]

Tiba-tiba ramai pula di Bekasi telah ditemukan beras plastik yang dioplos dengan beras asli. Astaghfirullohaladzim, makin kalap saja manusia jahat yang ingin mengeduk laba dengan cara luar biasa jahat, karena bahan makanan dan makanan yang diberi borax, formalin, zat pewarna tekstil apalagi nasi yang berasal dari beras plastik bila dimakan akan menimbulkan penyakit bagi orang yang memakannya, jangka panjang disebutkan bisa menimbulkan kanker.

Sebulan terakhir ditemukan juga penjualan narkoba yang dioplos dalam kue kering atau kue basah, dipasarkan secara online dan laku. Inilah cara baru memasarkan narkoba dikamuflase sebagai penjualan kue. Untung BNN hidungnya tajam, tertangkaplah si penjual brownies isi ganja di Blok M, bonus informasi bagi masyarakat salah seorang pelaku bisnis kue bernarkoba ternyata penderita HIV. Luar biasa mengerikan.

[caption id="attachment_419441" align="aligncenter" width="300" caption="Ciri-ciri beras plastik - Saya terima via WA 20Mei2015."]

14323187411033608158
14323187411033608158
[/caption]

Bagaimana dengan daging celeng? memang daging celeng tidak beracun dan bukan narkoba, namun bagi umat Islam yang menjadi penduduk mayoritas Indonesia celeng alias babi hutan dagingnya haram dimakan. Berkali-kali polisi dan Balai Karantina (Hewan dan Tumbuh-Tumbuhan) di Bakauheni atau di daerah Lampung lainnya menangkap sopir angkutan yang membawa berton-ton daging celeng tanpa dokumen.

Daging celeng bila penjualannya ditujukan untuk masyarakat yang tidak mengharamkannya ya tak apa-apa, yang jadi masalah daging celeng  ini memang sengaja diselundupkan dari Sumatera ke Jawa untuk dijadikan campuran baso atau dijual sebagai daging sapi palsu dan pembelinya mayoritas Muslim.  Bayangkan baso sapi yang merupakan makanan rakyat dan tersebar di mana-mana basonya kemungkinan dicampur daging celeng. Peluang baso sapi dicampur daging celeng tidak kecil, salah seorang petugas yang menangkap kiriman daging celeng dari bagasi sebuah bis di Bakauheni menduga dari lima  kali  pengiriman daging celeng, kemungkinan empat kali tertangkap dan satu kali sukses lolos terdistribusi di Jabodetabek dan sekitarnya.

[caption id="attachment_419442" align="aligncenter" width="300" caption="Polisi dan Balai Karantina Bakauheni menyita Daging Celeng (Sumber: TVOne 22Mei2015))"]

1432319636301565525
1432319636301565525
[/caption]

Kepada Siapa Mengadu?

Ya kepada Pemerintah, wabil khusus kepada Kepolisian, mulai Bareskrim di Mabes Polri sampai Polisi-Polisi di Polsek-Polsek. Petugas keamanan inilah yang harus mengejar pelaku peracunan masyarakat melalui makanan.

Lembaga teknis seperti BPOM pusat sampai daerah, membantu polisi membuktikan bahwa bahan makanan atau makanan yang disita itu memang berbahaya bagi kesehatan manusia. Balai Karantina di setiap pelabuhan termasuk di Bakauheni, bersama Polisi harus rajin  memeriksa truk, pick up dan bagasi bis apakah membawa daging celeng atau hewan-hewan lain seperti trenggiling.

Masyarakat patut berterimakasih pada media massa yang telah mengekspos kasus makanan nyeleneh ini, membantu menyebarkan pengetahuan praktis, bagaimana mengetahui beras plastik, memberi peringatan agar hati-hati terhadap daging sapi palsu, kue bernarkoba. Wajib berterimakasih pada Polisi, BNN, Balai Karantina, BPOM, IPB, Kementerian Perdagangan, Pemerintah Daerah, Sucofindo, pelapor dan pihak lain yang saya tak hapal satu persatu, yang serius menelisik kasus-kasus aneh tapi jahat ini, sekalipun kasus makanan beracun dan penyelundupan daging celeng dari Sumatera ke Jawa tak pernah benar-benr bisa dihentikan paksa oleh pihak berwenang.

Rakyat seharusnya nyaman memakan baso tanpa dihantui kekhawatiran baso yang disantapnya  mengandung daging celeng, rakyat seharusnya nyaman makan nasi tanpa takut nasi terkontaminasi beras plastik. Bayangkan dampak ekonomi yang terjadi bila masyarakat berhenti belanja atau makan baso, makan tahu, beli ketoprak atau mengurangi makan nasi diganti singkong atau ubi jalar. Tukang mie baso bisa berkurang penghasilannya, tukang siomai, tukang tahu, penjual ketoprak tak laku dagangannya, bisa timbul guncangan ekonomi.

Tapi untuk konversi nasi ke singkong dan ubi kayaknya boleh juga, membantu swasembada beras, tak perlu impor beras lagi dari luar negeri apalagi dari Tiongkok. Hitung-hitung menjalankan pola diversifikasi makanan pokok, yang sudah lama dianjurkan Pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun