Samarinda terkenal dengan sarung tenunnya yang terbuat dari sutra dan berharga konon sampai jutaan rupiah. Hari Minggu 10 Juni yang lalu saya dan rombongan sempat mampir ke Kelompok Pengrajin Sarung Tenun Samarinda "Berdikari" di Jalan Bung Tomo Samarinda Seberang Saya hanya lihat-lihat sarung sutra serat nenas yang ditawarkan, karena ragu untuk membelinya mengingat kaum laki-laki Islam dalam sebuah hadis Rasulullah saw dilarang memakai perhiasan emas dan kain sutra.  Belakangan saat kendaraan kami sudah berjalan menuju Balikpapan saya diberi tahu bahwa yang disebut sutra serat nanas terbuat dari benang serat nanas dan tidak ada sutranya, begitu kata seorang teman yang membeli sepotong sarung seharga Rp 300 ribu. [caption id="attachment_195616" align="aligncenter" width="300" caption="Pengrajin Sarung Tenun Berdikari - Samarinda Seberang (Dok. HendiS)"][/caption] Bagaimanapun keberadaan kerajinan tenun sutra asal muasalnya tak lepas dari pengaruh orang Bugis, yang di kampung halamannya di Sulawesi Selatan memang terkenal dengan tenun sutranya yang disebut sabe. Tahun 1989 saya pernah ingin beli kain sabe, tapi mundur teratur ternyata saat itu tak terjangkau kantung yang pas-pasan. Di bawah ini adalah sarung Samarinda yang disebut sutra serat nanas, ditawarkan dengan harga antara Rp 250 - 350 ribu. Di toko sarung 'Berdikari' dijual juga macam-macam bentuk manik-manik, seperti kalung dan ikat pinggang. Ikat pinggang stoknya terbatas karena membuat ikat pinggang dari anyaman manik-manik tidak mudah, membutuhkan kesabaran. Ikat pinggang unik tersebut cocok untuk remaja putri, dijual seharga Rp 35000 - 75000/buah, tergantung besar kecilnya ikat pinggang.
[caption id="attachment_195819" align="aligncenter" width="300" caption="Sarung sutera serat nanas (Dok. HendiS)"]
[/caption] [caption id="attachment_195816" align="aligncenter" width="300" caption="Manik-manik dalam pelbagai bentuk (Dok. HendiS)"]
[/caption] Di Balikpapan ada Pasar Inpres Kebun Sayur -saya kunjungi 11 Juni yang lalu- bila ingin mendapatkan sarung Samarinda dan oleh-oleh khas Kalimantan Timur lainnya, seperti batu cincin, minyak Bulus, minyak Burung Bubut, obat tradisional, manik-manik, lampit, kain motif Kaltim untuk bahan baju panjang wanita dewasa.   Selayaknya di pasar tradisional harga yang ditawarkan dapat ditawar, jangan langsung membeli sebelum menawar. Untuk oleh-oleh saya membeli empat lembar sarung Samarinda yang dijual seharga antara Rp 75 - 100 ribu.  Kualitas sarung seharga itu cukup halus dan enak dipakai shalat, sejuk di kulit. [caption id="attachment_195623" align="aligncenter" width="300" caption="Pasar Inpres Kebun Sayur Balikpapan (Dok. HendiS)"]
[/caption] [caption id="attachment_195801" align="aligncenter" width="300" caption="Sarung Samarinda - katun (Dok. HendiS)"]
[/caption] Untuk ibu-ibu muda maupun setengah baya saya lihat ada beberapa gulung kain halus dan terasa sejuk dikulit, bermotif khas Kaltim. Apakah kain ini dibuat di Balikpapan atau Samarinda? Ternyata hanya desainnya yang asli Kaltim, sedangkan produksinya dilakukan di Jawa.  Sepotong kain bahan untuk baju panjang Muslimah rata-rata dihargai Rp 100 ribu, mungkin bisa lebih murah jika pandai menawar. Ada lagi semacam kain songket terdiri dari sarung dan selendang untuk wanita. Kain yang saya sebut songket ini beraneka warna ada yang kalem ada yang kerlip-kerlip. Sepasang songket ditawarkan Rp 125 ribu dan lagi-lagi bisa lebih murah kalau kita pandai menawar. [caption id="attachment_195626" align="aligncenter" width="300" caption="Bahan baju wanita motif Kaltim (Dok. HendiS)"]
[/caption] Buah tangan biasanya ditunggu oleh keluarga di rumah bila bepergian ke kota lain. Bila suatu saat Kompasianer berkunjung ke Balikpapan dan Samarinda, jangan lupa kunjungi sentra kerajinan sarung tenun di Samarinda Seberang dan di Balikpapan ada 'toserba' oleh-oleh khas Kalimantan Timur termasuk sarung Samarinda dan pernik-pernik benda budaya Dayak, termasuk patung bermotif Dayak dan mandaupun tersedia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya