Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Tutut Rebus dari Bogor

19 Maret 2012   17:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:45 4183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tutut rebus adalah makanan tradisional Sunda, sudah dikonsumsi masyarakat Sunda mungkin sejak ratusan tahun lalu, bila dikatakan sejak puluhan tahun lalu lebih pasti lagi.  Tutut  yang disebut orang Sunda itu adalah keong sawah yang hidupnya di air sawah yang berlumpur, ukuran tutut kira-kira sebesar jempol tangan sampai jempol kaki tapi banyak juga yang lebih kecil.

[caption id="attachment_177265" align="aligncenter" width="545" caption="Kedai Tutut Cap Jempol (Dok. HendiS)                                                "][/caption] Zaman dulu biasanya tutut dimasak satu keluarga untuk dikonsumsi sendiri, belum marak seperti saat ini penjual tutut rebus berderet sampai belasan di sepanjang Jalan KH Abdullah Bin Nuh yang dikenal sebagai kawasan Taman Yasmin.  Menurut salah seorang pedagang maraknya bisnis tutut rebus baru sekitar empat bulanan, tampaknya bisnis yang menguntungkan, dari analisis sepintas membandingkan harga tutut mentah sekitar Rp 2000/kg dibanding harga jual tutut rebus Rp 3000/porsi, dimana berat tutut per porsi saya taksir sekitar 3 ons. Tutut direbus dalam kuah yang menyegarkan antara lain bumbunya salam, sereh, lengkuas, kunyit, bawang merah, bawang putih dan umumnya dilengkapi sambal.    Soal kuah bervariasi tergantung selera, ada juga kuah bersantan.  Gurihnya tutut bukan hanya untuk memanjakan lidah, penduduk Jawa Barat percaya bahwa tutut dapat menyembuhkan sakit kuning dan sakit tukak lambung, ada bukti empiris tapi bukti penelitian ilmiah mugkin belum terdata. [caption id="attachment_177273" align="aligncenter" width="576" caption="Tutut rebus, siap disantap (Dok. HendiS)"]

13321785061650958307
13321785061650958307
[/caption] Tutut dimakan dengan terlebih dahulu membuang penutup bagian bawah tutut, lalu daging tutut dicungkil dengan tusuk gigi atau disedot dengan mulut.  Yang terakhir ini cara makan tutut paling umum dilakukan penikmat tutut. Bahan baku utama tutut hidup menurut seorang pedagang berasal dari Cianjur, penghasil beras pulen terkenal di Jawa Barat.  Padahal saya tahu persis antara Taman Yasmin sampai perumahan Cimanggu Permai dahulu merupakan sawah irigasi kelas satu yang sangat subur, disanalah dulu tutut banyak diburu petani sebagai hasil sampingan. [caption id="attachment_177269" align="aligncenter" width="594" caption="Kijang Untuk Berdagang Tutut Rebus (Dok. Hendis)"]
13321774711042736396
13321774711042736396
[/caption] Selain di sekitar Taman Yasmin, tutut rebus dijajakan juga di Air Mancur, Jalan Soleh Iskandar di kota Bogor dan di Jalan Pemda Cibinong Kabupaten Bogor dan beberapa tempat lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun