Tutut rebus adalah makanan tradisional Sunda, sudah dikonsumsi masyarakat Sunda mungkin sejak ratusan tahun lalu, bila dikatakan sejak puluhan tahun lalu lebih pasti lagi. Tutut yang disebut orang Sunda itu adalah keong sawah yang hidupnya di air sawah yang berlumpur, ukuran tutut kira-kira sebesar jempol tangan sampai jempol kaki tapi banyak juga yang lebih kecil.
[caption id="attachment_177265" align="aligncenter" width="545" caption="Kedai Tutut Cap Jempol (Dok. HendiS)                                               "][/caption] Zaman dulu biasanya tutut dimasak satu keluarga untuk dikonsumsi sendiri, belum marak seperti saat ini penjual tutut rebus berderet sampai belasan di sepanjang Jalan KH Abdullah Bin Nuh yang dikenal sebagai kawasan Taman Yasmin. Menurut salah seorang pedagang maraknya bisnis tutut rebus baru sekitar empat bulanan, tampaknya bisnis yang menguntungkan, dari analisis sepintas membandingkan harga tutut mentah sekitar Rp 2000/kg dibanding harga jual tutut rebus Rp 3000/porsi, dimana berat tutut per porsi saya taksir sekitar 3 ons. Tutut direbus dalam kuah yang menyegarkan antara lain bumbunya salam, sereh, lengkuas, kunyit, bawang merah, bawang putih dan umumnya dilengkapi sambal.   Soal kuah bervariasi tergantung selera, ada juga kuah bersantan. Gurihnya tutut bukan hanya untuk memanjakan lidah, penduduk Jawa Barat percaya bahwa tutut dapat menyembuhkan sakit kuning dan sakit tukak lambung, ada bukti empiris tapi bukti penelitian ilmiah mugkin belum terdata. [caption id="attachment_177273" align="aligncenter" width="576" caption="Tutut rebus, siap disantap (Dok. HendiS)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H