Dalam rangka penerapan diversifikasi pangan di lingkungan karyawan pemerintah kota (Pemkot) Depok, kantin di lingkungan kantor Pemkot dilarang berjualan nasi setiap hari Selasa, akan tetapi bagi karyawan Pemkot Depok tak kurang akal, mereka membeli nasi bungkus di luar kantin kantor.
Bagi yang melanggar kebijakan ini belum ada sanksinya, tapi sudah dipatuhi pedagang di kantin Balaikota Depok, sebab surat edaran dari Pemkot menyebutkan larangan. Karyawan masih dimaklumi membeli nasi bungkus karena surat edaran ini bukan untuk memaksa warga tidak makan nasi.
Program one day no rice tidak lama lagi diharapkan berlaku untuk semua warga kota Depok, demikian tutur Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Depok, sebagaimana dikutip harian Kompas. 16 Februari 2012.
Alasan Melarang Makan Nasi
Pemkot Depok beralasan bahwa program one day no rice merupakan kebijakan pusat, disamping kota Depok sendiri bukan penghasil beras.
Alasan bahwa Depok bukan penghasil beras sehingga warga diminta tak makan nasi setiap Selasa, kurang tepat. Kalau alasannya demikian apa warga Depok harus makan belimbing yang dijadikan buah andalan Depok ?
Sebaiknya terapkan saja dulu program one day no rice tiap Selasa bagi karyawan di lingkungan Pemkot Depok. Program ini lebih mudah dikontrol dibanding bila menerapkan kebijakan pada seluruh warga Depok, minimal Pemkot dapat mengontrol makan siang karyawannya.
Untuk melaksanakan kebijakan ini, keluarkan peraturan semua karyawan Pemkot Depok harus makan siang dengan membeli makan yang tersedia di kantin Balaikota Depok atau kantin masing-masing unit kerja di luar Balaikota Depok.
Tiap hari Selasa para pedagang makanan di kantin-kantin di lingkungan Pemkot Depok menyediakan menu makan siang tanpa nasi. Misalnya baso + tahu + kuah tanpa mie atau bihun, ketela rebus, ubi rebus, talas rebus, kacang rebus, jagung bakar atau jagung rebus. Akan lebih baik bila Pemkot Depok melalui Dinas Kesehatan memberi contoh menu makanan tanpa nasi yang sehat sebagai pengganti makan siang tradisional yang biasanya ada nasi.
Pola Makan Sehat dan Pola Makan Terpaksa
Sebenarnya mengurangi makan nasi tak jadi soal, banyak orang yang sudah memulainya dengan mengatur pola makan demi kesehatan. Misalnya makan pagi dengan menu havermut dan minum susu kedelai. Makan siang nasi dan lauk-pauk normal. Makan malam hanya menyantap buah-buahan. Pola makan seperti ini banyak diterapkan oleh orang-orang yang ekonominya lumayan baik.
Ada juga warga yang sudah mengurangi makan nasi saat makan siang. Saya sering melihat di sebuah kawasan industri di Jakarta dan Bogor, menu makan siang buruh pabrik rata-rata seporsi mie bakso.  Mereka rutin makan siang dengan menu demikian karena terpaksa.
Kerjasama Dengan Instansi Non Pemkot
Bila percobaan di lingkungan Pemkot Depok berhasil, baru mengajak instansi lain baik negeri maupun swasta di kota Depok. Ajak mereka menerapkan one day no rice di lingkungan karyawan instansi masing-masing.
Jangan lupa Pemkot Depok perlu juga kampanye program one day no rice dengan bahasa yang mudah ditangkap oleh rakyat kebanyakan. Bila peraturannya berupa paksaan sulit untuk berhasil, mengingat rakyat Depok kebanyakan hidup mandiri, tak tergantung penghasilannya pada Pemkot Depok.
Stop Impor Beras
Dilihat dari sisi kepentingan nasional, benar bahwa rakyat Indonesia sudah saatnya mengurangi ketergantungan pangan terhadap beras. Bila serentak seluruh rakyat Indonesia tiap Selasa tidak makan nasi dan menggantinya dengan makanan lain, berapa ton beras tak perlu diimpor dan tentu saja menghemat devisa negara, disamping menggerakan perdagangan bahan makanan non beras, terutama yang produksi Indonesia seperti singkong, ubi jalar, sagu, talas, kacang tanah, jagung, kacang hijau, kentang, pisang dan lain-lain. Tapi jangan diganti mie instant dan bihun sebagai pengganti nasi, sami mawon, mie kandungan impornya tinggi, sedangkan bihun terbuat dari beras juga.
Berapa jumlah impor dapat dikurangi bila 220 juta rakyat indonesia mengurangi makan nasi setara 200 gram beras tiap hari Selasa? Artinya konsumsi akan berkurang sekitar 44 juta Kg /minggu atau setara 44000 ton/minggu atau 2,3 juta ton per tahun.  Padahal sampai November 2011 Indonesia tercatat mengimpor 2,5 juta ton beras atau sekitar 2,8 juta ton/tahun.
Kalau rakyat Indonesia mau dan kompak dengan mudahnya Indonesia menghentikan impor beras atau paling tidak mengurangi 80% impor beras. Bila direncanakan lebih cermat tidak mustahil Indonesia akan menghentikan impor beras sama sekali, kebutuhan beras cukup dipenuhi produksi dalam negeri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI