Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Depok Tiap Selasa Dilarang Makan Nasi

16 Februari 2012   08:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:34 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada juga warga yang sudah mengurangi makan nasi saat makan siang.  Saya sering melihat di sebuah kawasan industri di Jakarta dan Bogor, menu makan siang buruh pabrik rata-rata seporsi mie bakso.   Mereka rutin makan siang dengan menu demikian karena terpaksa.

Kerjasama Dengan Instansi Non Pemkot

Bila percobaan di lingkungan Pemkot Depok berhasil, baru mengajak instansi lain baik negeri maupun swasta di kota Depok.  Ajak mereka menerapkan one day no rice di lingkungan karyawan instansi masing-masing.

Jangan lupa Pemkot Depok perlu juga kampanye program one day no rice dengan bahasa yang mudah ditangkap oleh rakyat kebanyakan.  Bila peraturannya berupa paksaan sulit untuk berhasil, mengingat rakyat Depok kebanyakan hidup mandiri, tak tergantung penghasilannya pada Pemkot Depok.

Stop Impor Beras

Dilihat dari sisi kepentingan nasional, benar bahwa rakyat Indonesia sudah saatnya mengurangi ketergantungan pangan terhadap beras.  Bila serentak seluruh rakyat Indonesia tiap Selasa tidak makan nasi dan menggantinya dengan makanan lain, berapa ton beras tak perlu diimpor dan tentu saja menghemat devisa negara, disamping menggerakan perdagangan bahan makanan non beras, terutama yang produksi Indonesia seperti singkong, ubi jalar, sagu, talas, kacang tanah, jagung, kacang hijau, kentang, pisang dan lain-lain.  Tapi jangan diganti mie instant dan bihun sebagai pengganti nasi, sami mawon, mie kandungan impornya tinggi, sedangkan bihun terbuat dari beras juga.

Berapa jumlah impor dapat dikurangi bila 220 juta rakyat indonesia mengurangi makan nasi setara 200 gram beras tiap hari Selasa?  Artinya konsumsi akan berkurang  sekitar 44 juta Kg /minggu atau setara 44000 ton/minggu atau 2,3 juta ton per tahun.   Padahal sampai November 2011 Indonesia tercatat mengimpor 2,5 juta ton beras atau sekitar 2,8 juta ton/tahun.

Kalau rakyat Indonesia mau dan kompak dengan mudahnya Indonesia menghentikan impor beras atau paling tidak mengurangi 80% impor beras.  Bila direncanakan lebih cermat tidak mustahil Indonesia akan menghentikan impor beras sama sekali, kebutuhan beras cukup dipenuhi produksi dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun