[caption id="attachment_168685" align="alignleft" width="210" caption="Sepiring doclang"][/caption] Doclang, satu nama makanan yang unik, salah satu makanan khas Bogor. Bila anda berkunjung ke Bogor cobalah doclang di depan Toko Terang Jembatan Merah atau bila kebetulan sedang berkunjung ke Kampus IPB Darmaga, di depan Pintu 2 Kampus IPB Darmaga, di tepi jalan raya Bogor - Leuwiliang, silakan kunjungi pikulan doclang pa Acim. Dahulu makanan ini biasanya dimakan untuk sarapan pagi, sebelum anak-anak berangkat ke sekolah atau orangtua pergi ke tempat pekerjaannya.  Tahun 1960-an di kampung-kampung masih banyak penjual doclang di rumah penduduk, yang hanya berjualan sejak sekitar pukul 5.30 sampai pukul 7.30. Ada juga pedagang doclang keliling dengan menggunakan pikulan. Entah sejak kapan doclang di kampung-kampung mulai hilang, mungkin tersaing makanan instan sebagai menu sarapan pagi. [caption id="attachment_168705" align="alignright" width="210" caption="Pa Acim sedang memotong pesor, Darmaga - Bogor"]
[/caption]
Doclang itu makanan seperti apa ? Bila belum tahu persis, makanan ini dapat dikatakan mirip
kupat tahu atau ketupat tahu dan lontong sayur. Â
Doclang adalah makanan yang terdiri dari campuran
pesor, irisan tahu goreng, irisan kentang rebus goreng, telur rebus, bumbu kacang cair, kecap dan kerupuk atau emping tangkil. Diantara bahan-bahan pembuat
doclang hanya
pesor yang mungkin belum diketahui banyak orang. Bahan pembuat
doclang lainnya sudah tak asing yaitu tahu goreng, kentang rebus yang digoreng, telur rebus, bumbu kacang cair, kecap, kerupuk dan emping tangkil. Beberapa penjual
doclang masih ada yang fanatik menggunakan kecap cap Zebra
made in Bogor, walaupun tentu saja dapat menggunakan kecap asin atau kecap manis merk lain.
Pesor [caption id="attachment_168702" align="alignleft" width="122" caption="Kecap cap Zebra, made in Bogor"]
[/caption]
Pesor itu semacam ketupat tapi dibungkus daun
patat, bentuknya empat persegi panjang ukurannya kira-kira sebesar dua buah
blackberry bold digabung menjadi satu. Bagaimana cara membuatnya ? Pa Acim (62 tahun), yang mangkal di depan Pintu 2 Kampus IPB Darmaga, menceritakan secara garis besar cara membuat pesor, sebagai berikut : bahan baku utama adalah beras putih, dicuci dan ditiriskan, lalu dibungkus daun patat, selanjutnya direbus selama empat jam. Pedagang kecil seperti pa Acim tidak menggunakan kompor gas untuk merebus pesor. Ia menggunakan
hawu atau tungku sederhana tradisional, dengan bahan bakar batok kelapa.  Pa Acim juga menceritakan bila menggunakan kompor minyak tanah perlu waktu delapan jam, sedangkan bila menggunakan kompor gas butuh waktu tiga jam dan menghabiskan dua tabung 'ijo'. Penggunaan batok kelapa sebagai bahan bakar, selain ekonomis hasil sampingannya berupa arang batok kelapa dapat dijual sebagai hasil sampingan. [caption id="attachment_168688" align="alignright" width="144" caption="Pesor dibungkus daun patat"]
[/caption] Daun patat pembungkus
pesor, diperoleh pa Acim dengan mencari sendiri di tepi hutan di kaki Gunung Salak, di kampung Karacak, Leuwiliang. Tumbuhan ini tumbuh liar di bukit-bukit kaki Gunung Salak. Penggunaan daun patat sebagai pembungkus
pesor dikatakan sebagai kebiasaan dan untuk mempertahankan kekhasan
pesor sebagai bahan utama
doclang, karena sesungguhnya dapat juga digunakan daun pisang untuk pembungkus
pesor, terutama daun pisang batu dan daun pisang kepok.
Murah dan Mengenyangkan Doclang Pa Acim dijual seharga Rp 5000/piring dan saya perhatikan pada
doclang pa Acim tidak ada kentang dan telur rebus. Berbeda dengan
doclang Jembatan Merah yang dilengkapi irisan kentang dan telur rebus, tapi harganyapun mencapai Rp 7500/piring, bila anda berbicara tidak menggunakan bahasa Sunda dengan penjualnya, mungkin akan dikenakan tarif lebih mahal. Kejadian demikian umum di Jawa Barat, mungkin sebagai bentuk penghargaan pedagang pada bahasa Sunda. Siapa tahu ada waktu berjalan-jalan di kota Bogor atau suatu saat 'tersesat' ke Kampus IPB Darmaga, cobalah
doclang, makanan murah, enak dan mengenyangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Foodie Selengkapnya