Akhir-akhir ini banyak bertebaran di media sosial, media cetak, media online dan sarana informasi elektronik lainnya kata-kata black campaign dan negative campaign maupun kata-kata serupa dalam bahasa Indonesia kampanye hitam dan kampanye negatif. Dalam masa kampanye Pemilihan Umum tentu saja kampanye semacam ini lumrah terjadi walaupun terutama kampanye hitam atau kampanye kotor tidak dianjurkan malahan bisa dibui, sedangkan kampanye negatif adalah konsekuensi yang harus diterima politisi atau partai politik atas kinerjanya di masa lalu.
Kampanye hitam adalah kampanye yang dilakukan oleh suatu pihak untuk menyerang lawannya dengan meniup isu bohong, informasi yang sengaja diedarkan lebih banyak bohongnya daripada benarnya. Di Kompasiana pernah ditulis dalam artikel 'Black Campaign = Hukum Kekekalan momentum' : "Blackcampaign adalah suatu model atau perilaku atau cara berkampanye yang dilakukan dengan menghina, memfitnah, mengadu domba, menghasut atau menyebarkan berita bohong yang dilakukan oleh seorang calon atau sekelompok orang atau partai politik atau pendukung seorang calon terhadap lawan atau calon lainnya".
Sedangkan kampanye negatif adalah kampanye yang dilakukan suatu pihak untuk menyerang lawannya dengan mengemukakan aspek negtaif, hal-hal yang merugikan citra lawan, tapi mengandung kebenaran fakta. Pada Wikipedia ditemukan definisi "negative campaigning is trying to win an advantage by referring to negative aspects of an opponent or of a policy rather than emphasizing one's own positive attributes or preferred policies".
Belum lama ini Fahri Hamzah menyebar kicauan melalui twitter yang isinya bila ditelaah sindiran terhadap mantan Presiden Megawati Sukarnoputri. Warga masyarakat yang pada tahun 2002 (Juli) - 2004 (Oktober), saat Megawati menjadi Presiden RI, sudah dewasa dan melek informasi akan dapat menilai apakan kicauan Fahri Hamzah itu mengandung kebenaran atau banyak bohongnya.
Kicauan Fahri Hamzah itu diantaranya: 1. Dulu kau jual satelit negara kami ke Singapura melalui jualan Indosat dengan murah.#MelawanLupa. 3. Dulu kau jual kapal tanker VLCC milik Pertamina lalu Pertamina kau paksa sewa kapal VLCC dengan mahal. #MelawanLupa. 4. Dulu kau jual gas Tangguh dengan murah (banting harga) ke China (hanya $3 per mmbtu). #MelawanLupa. Kicauan Fahri Hamzah selengkapnyadapat dibaca pada tautan ini http://chirpstory.com/li/195360 . Hanta Yudha, pengamat politik yang hadir pada acara TVOne 'Apa Kabar Indonesia Malam', 28 Maret 2014 , berpendapat bahwa apa yang dilakukan Fahri Hamzah bukan kampanye hitam tapi kampanye negatif. Pada acara yang sama Efendi Simbolon, Ketua DPP PDIP, berkilah bahwa pihaknya tak cukup punya ‘waktu’ untuk memusingkan kicauan Fahri.
Pemerintahan SBY juga pernah diserang dengan hujatan "Berapa duit APBN yang digelontorkan untuk membayar korban Lapindo?". Pada saat kampanye seperti sekarang kalimat semacam ini terdengar juga, apakah mengandung kebenaran atau kebohongan? Bila memang ada dana APBN yang dikeluarkan maka kampanye jenis ini kategorinya kampanye negatif untuk menyerang Partai Demokrat dan Partai Golkar sekaligus. Contoh lain sebagian warga Jakarta berkampanye negatif terhadap Gubernur Jokowi sebagai Capres, karena saat berkampanye Pemilihan Gubernur Jakarta ia berjanji akan memimpin Jakarta sebagai Gubernur selama 5 tahun.
Pada saat kampanye pertarungan memperebutkan kursi Gubernur DKI Jakarta pada semester 2 2012, beredar gosip baik tertulis maupun dari mulut ke mulut bahwa "Jokowi Tidak Tahu Berwudhu". Bagi sebagian umat Islam informasi semacam ini umumnya dianggap tidak benar, masa seorang Muslim yang pernah naik haji tidak tahu berwudhu? Gosip ini adalah contoh kampanye hitam yang dilakukan untuk menjatuhkan Jokowi, karena kenyataannya Jokowi tahu berwudhu dengan tertib.
Sebuah contoh kampanye hitam berupa gambar membandingkan seolah-olah wajah Foke mirip Hitler dan Jokowi mirip Jenderal Sudirman. Saya yakin pembandingan ini merupakan kampanye hitam yang dilakukan pendukung Jokowi, karena menggiring imajinasi masyarakat bahwa Jokowi itu sehebat Jenderal Sudirman dan Foke sejahat Hitler! Siapa yang tak tahu karakter Jenderal Sudirman dan karakter Hitler?
Bagi para pihak yang sedang berkampanye, seandainya mendapat serangan kampanye hitam dan tidak terima dijelek-jelekkan tanpa fakta lebih baik melapor ke Panwaslu, bila perlu ke Polisi bila fitnah dianggap keterlaluan. Tapi bila ternyata hanya kampanye negatif, yah ditangkis saja dengan argumentasi yang jelas, serang kembali dengan kampanye negatif atau do nothing! Diamkan saja, nanti juga hilang sendiri, walaupun mungkin isi kampanye negatif itu akan diingat atau ditafsirkan masyarakat sebagai kebenaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H