Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bahasa Indonesia atau Civics?

15 April 2014   18:54 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa Indonesia apa Civics, pertanyaan yang timbul dalam benak saya setelah membaca soal Ujian Nasional bahasa Indonesia untuk SMA, lihat  gambar yang dikutip dari detiknews , yang bersumber dari pasangmata.com.

Beberapa catatan tentang kurangnya nuansa pelajaran bahasa Indonesia pada narasi di atas:

  • Dari sisi bahasa Indonesia kata blusukan walaupun tergolong kosa kata populer di media massa, apakah sudah resmi masuk sebagai kosa kata resmi bahasa Indonesia dan pantas menjadi salah satu soal ujian bahasa Indonesia? Demikian mudahnya sebuah kata diserap oleh bahasa Indonesia, seolah-olah tanpa filter lagi.
  • Kaitan antara kutipan biografi dengan pilihan pertanyaan kelihatannya bukan hanya  mengarah pada  pilihan jawaban yang mengandung kata blusukan, sebuah kata bahasa daerah yang tampaknya sedang diangkat menjadi kata serapan, tetapi juga pada si pelaku blusukan.
  • Soal ini lebih tepat untuk diujikan pada  soal ujian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau Pendidikan Kewargaan Negara, yang dahulu disebut Civics, karena menguji pengetahuan para siswa tentang  seorang pejabat daerah berpangkat Gubernur.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus mengevaluasi kompetensi pengetahuan bahasa Indonesia si pembuat soal dan para pejabat atau tim yang meloloskan soal tersebut menjadi soal ujian nasional. Dalam situasi politik yang lumayan panas seperti sekarang seharusnya soal-soal ujian yang dikaitkan dengan seorang peserta pemilihan Presiden dihindarkan saja, banyak pilihan biografi pahlawan nasional untuk diangkat menjadi soal ujian murid-murid yang sebagian besar sudah punya hak pilih itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun