Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Diplomasi Nelongso Menghadapi Sidang MPR

6 Oktober 2014   15:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:12 1529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_364269" align="aligncenter" width="630" caption="Gedung MPR/DPR (Kompas.com)"][/caption]

Seorang salesman dan seorang politisi mempunyai cara atau strategi yang mirip untuk menggolkan 'barang dagangannya'. Yang namanya strategi tentu macam-macam, tergantung kekuatan yang dimiliki si salesman atau si politisi, tergantung siapa yang menjadi pesaing, tergantung siapa yang akan membeli.

Pada tahun 1980an (mungkin sampai sekarang) seorang salesman mesin fotokopi merk terkenal  berpenampilan rapih, berdasi, mendapat fasilitas kendaraan roda empat, pendidikannya pun sarjana dari pelbagai jurusan. Tujuan perusahaan menampilkan salesman yang keren untuk meyakinkan calon pelanggannya akan kebonafidan perusahaan dan produk yang dijualnya, termasuk jaminan after sales service yang OK banget.

Cerita yang berbeda saya dengar dari seorang sales manager produk yang sama di Tokyo. Ketika ia masih seorang salesman, ia tidak menampilkan diri dengan dandanan rapih bak seorang karyawan bank. Di Jepang kendaraan seorang salesman adalah kendaraan umum seperti kereta api dan subway, jarang-jarang menggunakan mobil pribadi seperti rekannya di Indonesia. Agar calon pembeli terkesan ia seorang pekerja keras, ia akan sedikit mengacak-acak rambutnya, bajunya, lalu baju lengan panjangnya digulung sampai siku, keringat di wajah dibiarkan tidak dilap sampai kering sama sekali. Menurut salesman-san calon pelanggan di sana lebih menyukai orang yang terkesan pekerja keras dibanding salesman berpenampilan dandy.

Bagaimana dengan gaya politisi meyakinkan pihak lain, baik mereka kawan sekubu (sekarang sedang populer istilah koalisi) maupun lawan-lawan politiknya atau pihak-pihak yang dianggap netral yang diharapkan berpihak pada dirinya. Contoh konkritnya saja kasus pemilihan pimpinan DPR pada 1 Oktober lalu, KMP karena merasa kuat di Parlemen, dengan percaya diri tak mau berkompromi dengan pihak manapun dalam mengajukan paket pimpinan DPR, Ketua dan empat Wakil Ketua DPR diajukan dari kubunya sendiri ditambah satu dari kubu Partai Demokrat yang sejauh ini tidak resmi bergabung dengan kubu manapun. Diplomasi ini ternyata berhasil, walaupun pihak yang kalah, Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang terdiri dari PDIP-Nasdem-PKB-Hanura, menunjukkan sikap keras juga dengan melakukan walk out, katanya tak mau bertanggungjawab atas pemilihan pimpinan DPR tersebut.

Bagaimana dengan strategi pihak KIH, dalam pemilihan pimpinan MPR hari ini, 6 Oktober 2014? Walaupun menjadi pemenang pemilu legislatif  (meraih suara kurang dari 20%), PDIP sebagai pimpinan KIH kali ini tidak melakukan strategi frontal seperti di DPR, karena kemungkinan besar tidak akan menang melawan KMP, sekalipun kali ini ada penyeimbang yang bernama Dewan Perwakilan Daerah (DPD) beranggota 132 senator yang mewakili daerah-daerah.

PDIP melalui putri mahkotanya Puan Maharani menyatakan pesimis akan mendapat tempat dalam paket pimpinan  MPR bila pemilihannya masih seperti di DPR, berikut ini apa kata Puan (Inilah.com) :


  • Kami tetap berjuang agar dimungkinkan PDIP dapat mengajukan satu paket di pimpinan MPR,kata Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani setelah rapat di Kantor DPP PDIP Jalan Lenteng Agung, Jumat (3/10/2014).
  • Menurutnya, niatan untuk mendapatkan posisi di MPR agar nantinya PDI Perjuangan bisa mengawal jalannya demokrasi di pemerintahan Jokowi-JK.
  • Namun Puan mengaku pesimis jika proses pemilihan MPR ini sama seperti proses pemilihan pimpinan DPR.


Apa yang dinyatakan Puan menunjukkan sikap pesimis, sikap yang tidak biasa diperlihatkan seorang salesman atau politisi bertipe salesman. Diplomasi nelongso model begini sulit untuk memenangkan pertarungan maupun untuk mencapai win-win solution bersama kubu di seberang. Mana mungkin berharap belas kasihan dari pihak lawan?

Lain Puan lain pula Surya Paloh dari kubu yang sama. Politisi bertipe salesman ini tampaknya lebih luwes bergaul dengan sesama politisi dari pihak manapun, lebih lebih MPR akan terdiri dari 560 anggota DPR ditambah 132 anggota DPD yang sekalipun sulit untuk dianggap satu suara, namun kabarnya DPD berkeinginan menjadi jembatan perdamaian antara KMP dan KIH. Surya Palohpun melontarkan pendapatnya, yang menunjukkan optimisme (Inilah.com) :


  • "Barang kali dari kita akan ada dua orang, dari sana (KMP) dua orang dan DPD satu orang," kata Surya seusai Rapat Petinggi Koalisi Indonesia Hebat, di Kediaman Megawati, Jl. Teuku Umar, Jakarta Pusat, Minggu (6/10/2014).


Apa yang terjadi di MPR hari ini, Senin 6 Oktober 2014? Apakah pimpinan MPR hanya akan terdiri dari wakil-wakil dari KMP dan DPD? Akan terdiri dari wakil wakil KMP, DPD dan KIH? Yang kelihatannya tidak mungkin adalah pimpinan MPR yang terdiri dari wakil wakil KIH dan DPD. Semua kemungkinan komposisi pimpinan MPR akan tergantung dari diplomasi para petinggi partai di KMP, KIH dan DPD.

Win win solution, diplomasi pertemanan untuk mencapai tujuan Indonesia yang lebih bersatu seharusnya dikedepankan daripada diplomasi pesimis yang nelongso atau diplomasi keras kepala yang frontal. Mungkin saja akhirnya KMP menempatkan tiga orang, DPD satu orang dan KIH satu orang. Sekali lagi win win solution akan tercapai bila pihak yang lebih lemah tidak nekat melawan frontal, pihak yang lebih kuat mau berempati dan pihak DPD kompak satu suara -apa mungkin ya?-.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun