Soal kesehatan bagi suami dan istri juga perlu diperhitungkan seiring makin tuanya usia, makin besar kemungkinan menderita penyakit degeneratif, seperti penyakit darah tinggi, kadar kolesterol tinggi dan penyakit jantung. Biaya perawatan penyakit degeneratif mahal bahkan sangat mahal. Tanpa perlindungan asuransi atau bantuan kantor bukan tak mungkin akan mengakibatkan ekonomi keluarga morat-marit. Beruntung sejak tahun 2014 sudah berlaku asuransi kesehatan BPJS-JKN yang preminya terjangkau oleh masyarakat.
Terencana dan Berhati-hati
Rencana di atas kertas mudah dibuat sama mudahnya dengan membuat janji ini itu saat kampanye politik. Kunci keberhasilan sebuah perencanaan keluarga adalah konsisten, hati-hati, mampu merevisi rencana ketika sebuah rencana meleset dan berikan pendidikan bermutu bagi anak-anak untuk bekal mereka menghadapi kehidupan saat mereka dewasa.
Jebakan yang dapat menggagalkan tercapainya rencana keluarga antara lain, ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran alias boros, malas menabung, menganggap sepele untuk ikut serta dalam asuransi kesehatan maupun pendidikan, memanjakan anak berlebihan.
Manusia boleh berencana namun Tuhan yang akan menentukan, artinya sebuah keluarga jangan mengabaikan kehidupan religi untuk mengisi batin anggota keluarga, untuk mendapatkan pegangan hidup agar tidak melenceng berbuat yang melanggar agama dan hukum negara.
Jika semua keluarga sejak muda merencanakan keluarganya dengan pandangan jauh 25 tahun ke depan, ditunjang dengan pemerintahan bersih dan amanah yang mampu menyediakan lapangan kerja cukup bagi warganya, menyediakan sarana pendidikan bermutu, negara aman dari gonjang-ganjing perseteruan politik yang kelewatan apalagi perseteruan bersenjata, pemerintah juga tidak berpikir hanya lima tahun saja, sebuah masyarakat terdidik dan relatif makmur bukan suatu hal mustahil untuk dicapai.
Kita dapat menengok makmurnya sebuah negara tak lepas dari perencanaan yang baik dari pemerintahnya dan warganya, tak usah jauh-jauh belajar ke Amerika, sisi baik keberhasilan Singapura dan Malaysia dapat kita contoh. Ingat dua puluh lima tahun itu bukan waktu yang terlalu lama, bila tak menyiapkan anak-anak sejak dini, kasihan jika ketika dewasa mereka tak mendapat bekal ilmu yang memadai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H