Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Insinyur Jokowi Mampukah Menyehatkan Hutan Indonesia?

17 Oktober 2014   15:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:41 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_367020" align="aligncenter" width="539" caption="Hutan Riau yang dilihat Harrison Ford (YouTube)"][/caption]

Beberapa bulan lalu lupa tepatnya, saya menonton TV nasional yang menyiarkan rekaman pertemuan antara Harrison Ford -bintang film Amerika- dengan Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan, di Manggala Wana Bakti, kantor Pak Menteri Kehutanan. Sekalipun video itu ditayangkan tahun 2014, ternyata pertemuan aktor Amerika dengan Pak Menhut terjadi pertengahan tahun 2013. Harrison Ford berkunjung ke kawasan hutan Indonesia saat itu dalam rangka membuat film dokumenter Years of Living Dangerously.

Siaran ulang yang tak terlalu lama durasinya itu antara lain memperlihatkan Harrison Ford ngomel-ngomel di helikopter yang terbang di atas hutan Tesso Nilo, Riau. Ford ngomel tentu ada sebabnya, ia tampaknya geram melihat hutan rusak berat di bawah helikopter yang ditumpanginya. Gua eh saya ngga sabar mau ketemu Menteri Kehutanan, gumam Ford tampak kesal.

Tayangan berlanjut, kali ini kelihatannya berlokasi di ruang kerja Zulkifli Hasan, yang sekarang menjabat Ketua MPR RI. Harrison Ford yang wajahnya lumayan tak asing bagi saya, tampak tegang, ia protes kenapa hutan rusak. Zulkifli berulang-ulang mengatakan ini akibat demokrasi yang baru berkembang di Indonesia, mungkin maksudnya orang jadi berani berbuat anarkis, pejabat daerah berani melanggar peraturan.

Menteri juga sudah berbuat sesuatu, kekuasaan Pemerintah Pusat tidak sekuat kekuasaan saat Presiden Suharto memerintah, lebih khusus lagi pengaturan pengelolaan hutan tidak seratus persen dikendalikan Kementerian Kehutanan lagi, pihak Pemerintah Daerah, Gubernur, dan Bupati berkuasa juga untuk menentukan nasib hutan di wilayahnya, mau dibabat diambil kayunya, dialihfungsi jadi perkebunan, pertambangan batu bara dan seterusnya.

Harrison Ford tampak tak terima alasan yang dikemukakan Zulkifli Hasan, maka ketika ia mengatakan telah melihat Tesso Nilo dan Zulkifli menanggapinya didahului dengan tertawa kecil dan tersenyum, Ford naik pitam sambil berkata, "It's not funny," tidak ada yang lucu.  Saya menilai di sini Harrison Ford yang kabarnya aktor ternama di Amerika tidak memahami budaya timur khususnya Indonesia, tertawa dan tersenyum itu sudah built in dengan sikap kebanyakan orang Indonesia. Senyum dan tertawa kecil Zulkifli Hasan saat itu bukan menertawakan sesuatu yang lucu, tapi ungkapan yang tak terucap yang artinya, "Oh bagus sekali Anda sudah melihat Tesso Nilo." Ora mudheng si Harrison, tak mengerti bahasa tubuh orang Asia.

Sindrom merasa lebih hebat sebagai orang kulit putih yang merasa berasal dari negara termaju di dunia tampaknya menghinggapi Harrison Ford, dengan sangat percaya diri ia mengungkapkan kemarahannya pada Menteri Kehutanan RI, sesuatu hal yang kecil kemungkinan dilakukan oleh aktivis lingkungan dari Jepang misalnya, yang bila dalam posisi sama dengan Harrison Ford pasti akan mengungkapkannya dengan cara yang lebih sopan menurut tata krama Asia.

Kondisi hutan Indonesia memang sangat mengkhawatirkan, sangat kritis, sudah harus masuk UGD. Seharusnya penebangan sudah lama distop seratus persen, alih fungsi hutan dipertimbangkan sangat matang dan sisa hutan di Papua harus benar-benar dijaga kelestariannya, boleh ditebang untuk diambil kayunya tapi sedikiiiit dan sangat terkendali.

Coba perhatikan bila kebetulan terbang di atas Riau, kondisi hutan Riau dari atas pesawat terbangterlihat gundul pacul pating pendegul, jauh berbeda dengan pemandangan hutan Riau tahun 1978, yang masih hijau royo-royo.  Dua tahun lalu saya melalui kawasan hutan antara Balikpapan - Samarinda - Tenggarong, kawasan hutannya sudah bukan hutan belantara lagi, pohon-pohon kayu komersial sepanjang jalan sudah pasti hanya tersisa satu dua pohon saja, entah apakah sekian puluh kilometer dari jalan raya hutan Kalimantan Timur masih lebat. Di beberapa tempat juga terlihat kubangan-kubangan bekas galian batubara, sekali lagi mudah-mudahan sesuai dengan peraturan yang berlaku sebelum pengusaha batubara meninggalkan bekas tambangnya, ia mau menghutankan kembali area bekas tambang batubara tersebut. Pihak Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertambangan dan Pemerintah Daerah Kaltim dan  Kabupaten setempat harus mengejar pengusaha tambang batu bara yang lalai merehabilitasi area bekas tambangnya.

Jokowi dulu kuliah di Fakultas Kehutanan UGM, sebagai Sarjana Kehutanan dan sebagai Presiden RI seharusnya punya program rehabilitasi dan pemeliharaan hutan yang lebih baik dibanding Presiden-Presiden RI sebelumnya. Jokowi harus menunjuk Menteri Kehutanan yang benar-benar mengerti hutan dan kehutanan, tegas dan punya niat besar mempertahankan hutan Indonesia supaya tidak hancur. Bukankah kehancuran hutan Indonesia akan menjadi malapetaka bagi Indonesia dan sekitarnya, bahkan bagi seluruh dunia? Kebakaran hutan di Amerika yang dulu menjadi tontonan di TVRI, sekarang menjadi kejadian rutin di Sumatera dan Kalimantan, bisa tidak dihentikan?

Harrison Ford sekalipun menurut saya bersikap congkak, benar juga sebagian pendapatnya, kecuali ketika ia menegur, "Tidak ada yang lucu," saat Zulkifli Hasan yang tertawa kecil menanggapi Ford pernah berkunjung ke Tesso Nilo, ia kurang pengetahuan tentang budaya Indonesia. Teguran seorang asing terhadap kondisi hutan Indonesia seharusnya sangat memalukan bagi para "penjaga" hutan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun