Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lakukan Kaizen - Continuous Small Improvement

4 Desember 2014   23:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:02 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ditunjang dengan sisa pengetahuan membaca saat usia SD, saya ikuti tutorial dari pak guru sampai akhirnya pada hari kedua ditest membaca Surat Muhammad. Ternyata saya bisa membaca surat Muhammad tanpa hambatan. Pak Guru bilang selanjutnya usahakan membaca surat-surat lain secara rutin.

Di rumah saya mulai membaca Al Quran dari Surat Al Fatihah, terus Al Baqoroh dan terus baca rutin setiap pagi dan malam, akhirnya khatam dalam waktu 3 bulan. Lama ya? Memang sangat lama bagi yang sudah biasa mengkhatamkan Al Quran. Namun buah belajar lagi itu ternyata mampu memecahkan hambatan psikologi bahwa saya tak lancar baca Al Quran.

Presentasi Dalam Bahasa Inggris di Hadapan Orang Asing

Pekerjaan saya ketika muda dulu berhubungan dengan orang asing, baik surat menyurat maupun bertemu muka langsung. Delapan tahun pertama tak ada masalah karena mitra kerja saya di Tokyo adalah orang Jepang yang bahasa Inggrisnya kurang lebih selevel he he he .....

Sampai suatu saat ada perubahan organisasi dari grup mitra perusahaan di luar negeri, mereka mengakuisisi perusahaan sejenis di Malaysia, Singapura, Australia, Selandia Baru dan Hongkong, yang semua staff-nya fasih bahasa Inggris beneran.  He he he belum-belum sudah minder sih.

Suatu hari tahun 1995 saya diundang rapat antar perusahaan se Asia Pasifik di Singapura. Membaca teks berbahasa Inggris tak problem bagi saya, komunikasi via fax atau e-mail dengan mereka juga selama ini lancar. Bagaimana kalau presentasi resmi dan tentu harus ada tanya jawab. Mampukah?

Terus terang gentar juga presentasi pertama kali di depan para native speakers, mereka mengerti tidak ya kalimat yang saya ucapkan, dan banyak kekhawatiran lainnya. Padahal TOEFL saya waktu itu skornya 450, lumayanlah kalau untuk ngobrol dengan sopir taksi di Singapura sih lancar he he he.

Bagaimana mengatasi kelemahan saya berbahasa Inggris? Modal saya adalah menguasai teknis  pekerjaan saya sebagai manajer inventory spare part. Bahasa Inggris juga tidak jelek-jelek amat, cuma tidak percaya diri. Akhirnya jalan keluar yang saya siapkan adalah :

Materi presentasi disiapkan secara tertulis selengkap-lengkapnya pada transparancy sheet (ditayangkan ke layar dengan over head projector). Bahkan saya memprediksi pertanyaan yang kemungkinan ditanyakan peserta rapat, jawabannya juga saya siapkan secara tertulis pada transparancy sheet. Ternyata teknik presentasi seperti ini manjur, saya lancar presentasi dan tanya jawab. Yang mengesankan pimpinan rapat seorang Inggris menyemangati "Presentasi saja, jangan takut salah berbahasa Inggris". Lalu dia tambahkan "Para peserta rapat dari negara-negara berbahasa Inggris agar bicara pelan karena tak semua peserta native speakers".

Ketika software powerpoint terbit dan telah saya kuasai penggunaannya, setiap presentasi di hadapan native speakers saya menggunakan teknik presentasi yang sama. Penggunaan power point makin memudahkan peserta rapat mengerti apa yang saya presentasikan.

Bila pernah melihat Presiden Jokowi melakukan presentasi di konferensi APEC, menayangkan materi presentasi di layar dengan powerpoint, teknik seperti itulah yang saya lakukan hampir 20 tahun silam untuk mengatasi kelemahan saya berbahasa Inggris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun