Mohon tunggu...
Mochamad Rizky Hendiperdana
Mochamad Rizky Hendiperdana Mohon Tunggu... Dokter - Residen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Universitas Indonesia

twitter dan IG : @Hendiperdana Email : mhendiperdana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Social Distancing dan Logika Covid-19

24 Maret 2020   07:13 Diperbarui: 24 Maret 2020   15:27 3264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, kondisi sudah berubah sama sekali, bukan riwayat perjalanan ke luar negeri yang menjadi riwayat kunci seseorang terjangkit covid-19 seperti yang berlaku beberapa minggu kemarin.

Saat tulisan ini dibuat, Jakarta sudah merupakan daerah penyebaran lokal. Sampai tulisan ini dibuat, kami petugas medis dan paramedis di RS Jantung Harapan Kita masih kekurangan APD yang memadai untuk digunakan dalam pelayanan. Bila ada donatur yang ingin memberi donasi APD, dapat menghubungi akun instagram @kelakarfkui

Keresahan terakhir yang saya rasakan di tengah pandemi ini adalah bagaimana cara untuk turut memberikan sumbangsih tenaga dan pikiran dalam proses isolasi ini. Di media sosial sudah penuh dengan orang-orang yang memberikan edukasi positif mengenai bagaimana sikap yang tepat menghadapi wabah ini. 

Menjadi pertanyaan kemudian, bagaimana dapat memberikan sumbangsih pemikiran di samping sumbangsih tenaga dan waktu yang akan dilakukan dalam waktu dekat ketika masa isolasi ini berakhir di tanggal 26 Maret.

Sebagai seorang klinisi yang tidak banyak bergelut di bidang kesehatan masyarakat, membuat pendapat ilmiah yang saya berikan akan sulit untuk mendapatkan kredibilitas. Namun, saya akan memberikan apa yang ada dalam pikiran dengan kapasitas sebagai general practitioner.

Tulisan ini bertujuan untuk semakin menguatkan anjuran yang dikeluarkan pemerintah dan organisasi kesehatan dunia (WHO) tentang social distancing sebagai cara paling ampuh dalam menyikapi wabah ini. Ini adalah sebuah pandemi global yang utamanya menyerang pada sistem pernapasan dan merupakan crowd disease yang akan semakin subur rantai penularannya di tengah keramaian manusia. 

Mengenai definisi dan teknis social distancing (belakangan sudah diubah menjadi physyical distancing) bukan menjadi fokus dalam tulisan ini, tetapi secara singkat mengambil jarak dan mengurangi interaksi seminimal mungkin dengan orang lain.

Metodei ini adalah suatu alat intervensi di bidang kesehatan masyarakat yang ampuh dalam memutus tali penularan dari virus yang tergolong crowd disease, meminjam istilah Jared Diamond dalam tulisannya berjudul "The Arrow of Disease" yang diterbitkan tahun 1992.

Rekayasa sosial berupa social distancing atau physyical distancing ini amat perlu diberlakukan di masyarakat, namun hingga saat ini, dari berita dan informasi yang beredar di media sosial, masih nampak segelintir orang atau mungkin mayoritas yang belum mengindahkan mengenai anjuran social distancing ini. Apa yang salah, apakah ada kekeliruan? 

Rasanya tidak kurang edukasi yang digencarkan tokoh, selebriti melalui beragam media, seperti musik, kelakar, bahkan vlog yang tersebar.

Menjadi pertanyaan dalam benak kemudian adalah apakah ini masalah pemahaman yang kurang atau memang suatu sikap ignorance dan acuh dari masyarakat. Perangkat rekayasa sosial jenis apa lagi yang perlu diberlakukan ketika sikap acuh yang menjadi penghalang dari solidaritas sosial ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun