Mohon tunggu...
Mochamad Rizky Hendiperdana
Mochamad Rizky Hendiperdana Mohon Tunggu... Dokter - Residen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Universitas Indonesia

twitter dan IG : @Hendiperdana Email : mhendiperdana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspadai Tanda Awal Penyebab Utama Kebutaan, Glaukoma

21 Maret 2012   18:23 Diperbarui: 4 April 2017   17:01 12409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata adalah salah satu karunia yang diberikan Tuhan pada umat manusia. Tanpa kehadiran mata dalam kehidupan kita,  membaca tulisan ini pun menjadi hal yang mustahil. Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat mengancam keberlangsungan fungsi penglihatan kita. salah satunya trauma benda tajam, tumpul, trauma zat kimia (asam, basa dan iritatif). Hal-hal yang mengancam fungsi penglihatan seperti yang disebutkan tadi merupakan ancaman-ancaman yang terlihat dan kita sadari dengan cepat. sehingga penanganan yang dilakukan pun akan lebih cepat, sehingga terancamnya fungsi penglihatan dapat diminimalisir. Namun, ada beberapa hal yang terkait dalam kondisi kelainan pada mata yang bersifat laten dan kronis yang terkadang jarang kita sadari dan akhirnya berbuntut sebuah efek buruk pada penglihatan. Yang ingin disorot kali ini adalah glaukoma. Apa itu Glaukoma ? Glaukoma didefinisikan sebagai suatu kelainan pada mata yang disebabkan oleh rusaknya jaringan saraf optik yang berakibat pada hilangnya lapang pandang dan biasanya disertai peningkatan tekanan intraokular            ( tekanan di dalam bola mata). Kenapa bisa terjadi Glaukoma ? Di dalam bola mata manusia terdapat suatu sistem sirkulasi cairan mata yang disebut aqueos humor. cairan ini berfungsi untuk memberikan nutrisi pada beberapa struktur mata kita seperti kornea dan lensa. cairan ini bersirkulasi di dalam bola mata manusia dan diserap di sebuah struktur yang disebut trabekula. struktur trabekula inilah yang berfungsi menyerap aqueous humor yang diproduksi tersebut sehingga tekanannya selalu normal di dalam bola mata. Tekanan di dalam bola mata ini disebut juga tekanan intraokular yang mana kisaran normalnya sampai 21 mmHg. Pada penyakit glaukoma terjadi ketidakseimbangan sirkulasi aqueous humor tersebut, sehingga terjadi penumpukan cairan di dalam bola mata yang berakhir pada peningkatan tekanan intaokular. Hal inilah yang menjadi ancaman besar terhadap fungsi penglihatan kita, karena tekanan intraokular yang tinggi ini secara progresif akan menggerus lapisan saraf retina yang berfungsi untuk menangkap sensor penglihatan. glaukoma dapat terjadi pada orang di atas 40 tahun, pada orang yang memiliki riwayat keluarga penderita glaukoma dan juga pada pasien dengan keluhan penyakit mata lain. [caption id="attachment_177646" align="alignleft" width="300" caption="sumber http://www.glaucoma-eye-info.com/images/Aqueous-humor-circulation-sofia2.jpg"]

13323539131194902861
13323539131194902861
[/caption] Apa bahayanya? Penyakit ini memiliki 2 klasifikasi umum. yang pertama glaukoma sudut-tertutup, yang merupakan keadaan glaukoma dimana akses aqueous humor menuju trabekula terhalang oleh berbagai hal. sehingga aqueous humor tersebut tidak dapat diserap dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokular secara masif (dapat mencapai 55 mmHg) dan mendadak yang merupakan salah satu keadaan kegawatdaruratan oftalmologi. gejalanya menunjukkan suatu penurunan penglihatan yang mendadak atau penglihatan kabur secara mendadak, disertai mata merah dan sakit bola mata yang menyebar sampai menjadi sakit kepala. kadang disertai rasa mual dan muntah. Gejala glaukoma sudut-tertutup ini biasanya memunculkan kekhawatiran penderita dan keluarga penderita. oleh karena itu deteksinya dapat segera dilakukan karena pasien akan langsung mencari pertolongan medis. namun ada beberapa keadaan dimana glaukoma sudut-tertutup ini berkembang secara progresif sehingga tidak memperlihatkan gejala yang mencolok. Klasifikasi kedua adalah glaukoma sudut-terbuka. glaukoma jenis ini tidak menyebabkan peningkatan tekanan intraokular yang masif dan mendadak. tekanan intraokularnya sekitar 25-30 mmHg. Gejala yang ditimbulkan pun tidak sehebat glaukoma sudut-tertutup. sehingga penderita kurang aware terhadap keadaan ini. Hal ini lah yang membuat banyak pasien yang "kecolongan", maksudnya banyak pasien yang mengetahui keadaan glaukomanya tetapi sudah ditambah juga dengan komplikasi yang mengikutinya. karena walaupun gejalanya tidak masif dan berat, glaukoma jenis ini pun secara progresif terus menggerus lapisan saraf retina pada mata yang berfungsi menangkap sensor penglihatan. Proses yang berjalan berbulan-bulan bahkan sampai tahunan ini tanpa disadari secara perlahan telah "mencuri" jaringan saraf optik yang jika dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan kebutaan total karena jaringan saraf optiknya hilang secara progresif. Kapan harus waspada ? Orang yang memiliki riwayat keluarga penderita glaukoma memiliki kecenderungan kuat untuk mengalami penyakit itu juga, selain itu pada penderita radang uveal ( uveitis) kronis yang tidak terkontrol juga dapat berkembang menjadi glaukoma.  Orang yang berusia di atas 40 tahun juga memiliki kerentanan terhadap glaukoma. Apa yang harus dilakukan ? Jika terdapat tanda-tanda utama penyakit glaukoma seperti : - Penglihatan kabur  secara mendadak dan disertai mata merah - Kehilangan lapang pandang ( ada bagian yang gelap pada penglihatan) baik mendadak atau progresif - nyeri pada mata yang menjalar ke kepala disertai mual dan muntah Segera lakukan kontrol ke dokter spesialis mata. Untuk diperiksa tekanan intraokular, keadaan lapang pandang, dan keadaan jaringan saraf optik. Apakah semuanya masih dalam keadaan  baik dan apakah semuanya masih terkontrol. Keterlambatan dalam penanganan glaukoma dapat merugikan pasien karena dapat mengurangi kualitas lapang pandang bahkan dapat berakhir pada kebutaan total.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun