Mohon tunggu...
Hendi Gunawan
Hendi Gunawan Mohon Tunggu... -

Wiraswasta menengah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Negara Kesejahteraan ala ARB

8 Mei 2014   04:28 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:44 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai capres dari Partai Golkar, Abu Rizal Bakrie dituntut untuk mempunyai visi dan misi yang dapat mengubah keadaan bangsa ini menjadi lebih baik. Visi dan misi yang mampu meyakinkan rakyat akan dirinya yang mampu memimpin bangsa ini selama 5 tahun mendatang. Dan visi misi itu harus disampaikan kepada khalayak supaya masyarakat tahu apa yang akan dilakukan presidennya untuk negeri tercinta ini. Sebagian kalangan menyebut bahwa sekarang sudah bukan jaman orasi dan baca pusisi sehingga visi dan misi tidak perlu di sebarkan kepada khalayak. Jika seorang capres diam tanpa visi dan misi, apa yang akan dia berikan kepada kita rakyatnya 5 tahun mendatang, kita tidak akan pernah tahu. Dan kita tidak bisa menagih janji-janji politik ketika nanti janji-janji itu tidak terpenuhi. Maka dalam berbagai kesempatan salah satunya adalah pada momentum Indonesia Green Infrastructure Summit 2014 yang diadakan beberapa waktu yang lalu.

ARB dengan gamblang mengatakan tentang Visi Negara Kesejahteraan 2045. Mengapa tahun 2045? Karena pembangunan fisik maupunnon fisik memerlukan waktu yang tidak sebentar sehingga pembangunan tersebut di dilakukan secara bertahap. Tahap pertama tahun2015-2025,tahap kedua tahun 2025-2035., dan tahap ketiga tahun 2035-2045. Ketiga tahap tersebut akan di jalankan dengan semangat pemerataan sehingga masyarakat di pedesaan dan pinggiran bahkan perbatasan pun dapat ikut menikmati hasil pembangunan tersebut. Sehingga negara kesejahteraan yang ala ARB tidak hanya untuk masyarakat kota dan pulau Jawa, akan tetapi seluruh Indonesia Raya.

Dalam Visi Negara kesejahteraan ini ARB ingin mengubah pola perekonomian yang terpusat di kota-kota besar terutama Pulau Jawa. Dia ingin menciptakan perekonomian yang dimulai dari pedesaan, sehingga perkembangan perekonomian pedesaan ini dapat meningkatkan perekonomian nasional. Agar visi ini tercapai harus ada dukungan dari pemerintah seperti akses permodalan, pemberian kredit, tersedianya pasar dan lain sebagainya. Tentunya semua ini tidak akan terlaksana tanpa adanya sumber daya manusia yang mumpuni untuk itu di Visi kesejahteraan ini ARB.

Ternyata visi ARB ini selaras dengan visi Prabowo, hal ini terungkap ketika terjadi pertemuan pertama, dimana Prabowo mengunjungi ARB. Prabowo mempunyai visi perekonomian yang berbasis rakyat serta perduli kepada petani. Hal ini dibuktikan dalam kiprahnya di HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia). Selain itu beliau juga terjun langsung ke daerah-daerah pertanian dan menampung aspirasi para petani, bahkan menyelesaikan permasalah yang bisa di selesaikan secara langsung. Seperti yang dilakukannya pada tahun 2009, pada saat itu Prabowo berencana melakukan pembelian TBS (tandan buah segar) dari petani yang dibeli dengan harga rendah.

Tak mau kalah dengan Prabowo, ARB pun mempunyai visi yang sangat pro rakyat. ARB sangat peduli dengan pendidikan dan entrepreneurship. Bahkan salah satu program kerjanya adalah dengan pendidikan gratis sampai SMA. Hal ini tentu saja bertujuan untuk mengurangi angka anak putus sekolah, dan juga untuk mencetak sumber daya manusia yang profesioanl untuk memajukan sektor ekonomi yang menyeluruh baik di kota maupun daerah. Selain itu juga ARB menitikberatkan kepada kewirausahaan, sehingga diharapkan kedepannya akan muncul banyak wirausaha-wirausaha muda yang profesional. Dengan demikian, angka pengangguran pun akan berkurang.

Dengan kesamaan dan selelarasan visi ini jika keduanya dipasangkan akan sangat serasi dan sejalan dalam memimpin bangsa ini. Tidak menjadi soal siapa yang menjadi nomor satu dan siapa yang menjadi nomor dua. Intinya adalah untuk kepentingan rakyat Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun