Mohon tunggu...
Hendi Eka Hidayat
Hendi Eka Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Guru

.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sejarah Akan Membebaskanku

12 Juli 2023   20:06 Diperbarui: 12 Juli 2023   20:11 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku

Aku ini patriot yang membusuk

Terpuruk di tengah era merdeka

Perjuanganku hanya dianggap sampah

Padahal dulu, asa dan cita membakarku

Untuk membela harga diri bangsa

Negeri yang sekarang kubenci

Dulu harapku hanya ia merdeka

Namun aku mati, dibunuh olehnya

Saat ia telah merdeka

Telah kubakar nyawa untuk perjuangan

Berkobar api penyulut kemerdekaan

Aku yang hanya musang

Telah berjuang bersama para singa

Dengan tubuh hina bersimbah darah

Menopang bambu mengobar asa dan cita

Hingga jaya mendatanginya, merdeka

Namun baru kutahu semua sia-sia

Saat asa dan cita menjadi fana

Namun asa hanyalah asa

Merdeka bukanlah penghilang haus

Bagi singa-singa licik

Aku yang musang hanyalah sampah

Parasit bagi patriot-patriot berpangkat

Merekalah musuh anak bangsa

Yang rakus harta, nama dan tahta

Berebut kursi padahal mereka telah duduk

Menutup pintu bagiku yang pejuang sampah

Musang hina yang membusuk

Cita juga hanyalah cita

Bagaimana bisa ia ke nirwana?

Saat sayap-sayapnya telah dipatahkan

Terbelenggu akar-akar busuk

Yang menjulur dari pohon pengkhianatan

Mengkhianati negeri yang merdeka

Yang mereka bersumpah padanya, namun diingkari

Saat ia menghinaku, membuangku

Musang hina, patriot sampah

Hati dan jiwaku gelap

Ingin kurenggut nyawa mereka

Menarik picu senapan perjuanganku

Namun hatiku bimbang

Kubertanya pada burung gagakku

" Haruskah sepicik itu aku? "

Haruskah kubuang janji setiaku?

Haruskah kumenjadi seperti mereka, sampah sejati?

Burung gagakku seakan berkata

" Ya, apalagi yang kau tunggu?

Singa-singa itu sudah lemas kekenyangan

Memakan makananmu yang dicuri

Kaulah musang, pejuang sejati "

Hatiku remang

Tertutup gelap sebuah perhinaan

Hina atas sebuah perjuangan

Tanganku hancur

Menghantam terjal batu pengkhianatan

Khianat yang menusuk hatiku

Kakiku busuk

Menerjang tajam duri kesombongan

Yang meracuni asa dan citaku

Namun kuyakin

Sejarah akan membebaskanku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun