Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan akan informasi. Oleh sebab itu, media hadir untuk memenuhi kebutuhan ini. Mulai dari media cetak (majalah, koran, tabloid), media elektronik (TV, radio), sampai media online yang menggunakan internet. Semua media ini memiliki fungsi yang sama, yaitu memberikan informasi, pendidikan, hiburan, sarana promosi, sarana propaganda, dan media untuk mengawasi pemerintah (watch dog).
Perkembangan media begitu cepat. Awalnya kita dapat mengakses informasi dari media cetak yang menggunakan tulisan. Informasi selama sehari dikumpulkan, di layout, kemudian dicetak untuk disebar kepada pembaca. Namun untuk mengakses informasi dari media cetak, kita harus menunggu sampai sehari. Ketika suatu peristiwa terjadi, kita tidak bisa langsung mengetahuinya. Oleh sebab itu, muncullah kemudian media elektronik.
Media elektronik, antara lain TV dan radio melengkapi kekurangan yang dimiliki media cetak. Dengan karakteristik yang lebih menarik, misalnya TV yang menampilkan audiovisual dan radio yang menampilkan audio, media elektronik hadir dengan tujuan yang sama dengan media cetak. Informasi yang diperoleh masyarakat pun cenderung lebih cepat daripada media cetak. Selain itu, biaya yang dikeluarkan juga lebih murah. Audiens hanya mengeluarkan uang saat pertama kali membeli pesawat televisi ataupun radio. Berbeda dengan majalah dan koran yang harus dibeli setiap edisi. Namun, ada juga kelemahan media elektronik. Sifatnya yang sekali pandang dengar dan tidak bisa diulangi membuat media cetak tetap diminati masyarakat.
Teknologi kemudian berkembang dengan pesat. Begitu pula yang dialami media. Internet mulai muncul dan dikenal seluruh dunia sebagai new media. Dengan internet, kita seolah dapat melintasi berbagai tempat, ruang, dan waktu. Kita bisa mengetahui banyak hal dari berbagai situs di internet. Kemudahan mengakses informasi menjadikannya cepat populer di masyarakat. Apalagi dengan kehadiran jejaring sosial, seperti friendster, facebook, twitter, MSN, skype, dll. Baik tua maupun muda, semua seperti tak mau ketinggalan zaman dan memiliki akun di jejaring sosial tersebut. Alasan memiliki akun ini bermacam-macam, entah untuk bertemu teman lama, menambah relasi, demi keeksisan, mengetahui info-info terbaru, tempat curhat, chatting, bahkan digunakan sebagai sarana jualan atau promosi.
Media internet memang seperti telah meracuni kehidupan sebagian masyarakat. Ketika bangun pagi, yang pertama dilakukan adalah mengambil HP atau membuka laptop untuk sekedar meng-update status. Atau ketika ada bencana, kita malah bisa mengetahui pertama kali bukan dari media lain, tetapi justru dari jejaring sosial ini. Situs jejaring sosial tidak hanya digunakan untuk kepentingan diri sendiri, namun disadari atau tidak juga berguna bagi orang lain.
Dalam hal ini, terkadang jejaring sosial juga berperan sebagai media jurnalisme, yaitu menginformasikan kebenaran suatu peristiwa pada khalayak umum. Di facebook misalnya, ketika kita memiliki sampai 500 teman saja, paling tidak sebagian dari jumlah itu akan mengetahui apa yang kita update. Bahkan kebanyakan orang mengetahui sebuah informasi, seperti gempa atau berita duka orang penting bukan dari TV, radio, atau media cetak, melainkan dari status teman mereka di facebook. Misalnya ketika dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk menonton TV atau mendengarkan radio, seperti berada di kampus atau di tempat umum, kita masih bisa mengetahui informasi jika membuka situs jejaring sosial ini. Apalagi saat ini situs-situs internet tidak hanya bisa dibuka lewat komputer atau laptop, tapi dengan mudah dapat diakses lewat HP atau gadget (blakberry, iphone, android). Sehingga, ruang dan waktu tidak lagi menjadi hambatan bagi kita untuk memperoleh informasi.
Namun demikian, perlu diperhatikan juga bahwa informasi yang sering kita dapatkan di situs jejaring sosial sering bersifat HOAX atau tipuan. Tidak semuanya merupakan kebenaran yang layak dikonsumsi khalayak umum. Ketika itu pernah tersiar kabar di jejaring sosial bahwa artis luar negeri, Avril Lavigne meninggal dunia. Entah dari mana kabar itu berasal, tapi media lain (TV, radio, media cetak) tidak menyiarkan berita itu. Kebanyakan berita HOAX malah beredar di situs jejaring sosial. Mungkin karena itulah kehadirannya belum bisa diterima sebagai jurnalisme. Karena jurnalisme seharusnya memberikan fakta yang benar-benar terjadi tapi terkadang hal ini tidak dilakukan oleh pengguna facebook. Selain itu juga sifatnya yang sering berisi hal-hal pribadi yang bukan ditujukan untuk umum.
Jika kita memperhatikan trend yang ada saat ini, kebanyakan media cetak mulai menggunakan situs online untuk medianya. Misalnya mulai muncul kompas.com, Media Indonesia, seputar-indonesia.com, dll. Tidak hanya itu, media penyiaran juga mulai memanfaatkan situs internet, seperti liputan 6 sctv, metro tv news, tv one, dll. Hal ini membuktikan kesadaran media - media ini bahwa internet berkembang begitu pesat dan membawa pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat. Strategi yaang dilakukan untuk mempertahanakan audiens salah satunya adalah dengan menggunakan situs di internet.
Berbagai fasilitas ditawarkan dalam situs media online. Misalnya menyediakan audio dan video, live streaming, surat pembaca, berita dengan bermacam-macam kategori, dll. Semua ini diberikan agar memudahkan masyarakat untuk mengakses berita lewat internet. Bahkan, tidak sedikit dari media online ini yang memiliki situs jejaring sosial, twitter misalnya. Kita hanya tinggal mem-follow akun media online ini di twitter, maka kita akan terus mendapatkan update informasi dari mereka. Dengan demikian, membaca berita bukanlah menjadi sesuatu yang sulit, tapi menjadi sangat mudah dengan kehadirannya di internet dan jejaring sosial. Khususnya bagi anak muda yang saat ini sedang 'kecanduan' internet.
Situs media online yang berasal dari media cetak dan elektronik inilah yang disebut dengan jurnalisme online. Mereka mengabarkan informasi-informasi yang benar dan bersifat umum, sehingga berguna bagi seluruh masyarakat secara luas. Sebenarnya jurnalisme online di Indonesia dimulai dari detik.com yang sampai saat ini tidak memiliki media lain (termasuk media cetak) selain media online. Ia hadir sebagai yang pertama memberikan informasi lewat media internet, kemudian diikuti oleh media yang lain.
Kehadiran media online memang identik dengan kecepatannya dalam memberikan informasi. Setiap detik bahkan kita bisa melihat situs media online meng-update berita-beritanya. Bahkan dalam satu hari, headline bisa berubah-ubah. Memang baik jika kita bisa mendapatkan informasi dengan cepat. Respon dari masyarakatnya pun diharapkan bisa menjadi cepat, misalnya dalam hal bencana. Namun, selama ini yang perlu diperhatikan dalam media online adalah kebenarannya dalam menyampaikan informasi. Apakah tidak terlalu gegabah untuk menyiarkan suatu hal yang belum terjamin kebenarannya, mengingat dampak media massa yang sangat kuat di masyarakat. Untuk berita di media penyiaran seperti TV yang membutuhkan waktu lebih lama dari media online saja, masih sering salah dalam pemberitaannya apalagi dengan media online.
Kehadiran media online memang sangat membantu masyarakat dalam mengakses informasi. Namun perlu diingat bahwa yang paling utama dalam jurnalisme adalah kebenaran. Menjadi cepat memang baik, tapi bukankah lebih baik menjadi cepat dan tepat? Media online manapun tidak perlu merasa resah jika tertinggal dalam menyiarkan informasi dibandingkan media lain. Lebih baik dipercaya masyarakat menjadi yang paling akurat daripada paling cepat tapi tidak benar. Pengguna facebook dan twitter pun sebaiknya tidak ikut memberikan informasi HOAX yang belum terjamin kebenarannya. Sehingga, masyarakat tidak mendapatkan dampak negatif dari pemberitaan yang salah itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H