Mentari pagi menyinari hamparan sawah pasca panen yang membentang sejauh mata memandang. Jerami keemasan berkilau di bawah sinar matahari, menciptakan pemandangan yang memukau sepanjang perjalanan menuju Desa Patih Muhur Baru, Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala. Di tengah panorama alam yang menakjubkan inilah, sebuah misi kemanusiaan dari dua institusi pendidikan tinggi farmasi tengah berlangsung.
Menembus Hamparan Sawah, Membawa Harapan
"Sawah pasca panen ini mengajarkan kita tentang kesabaran dan ketekunan. Seperti petani yang telaten merawat padinya hingga panen, kesehatan pun butuh perawatan konsisten," filosofi Apt. Hendera M.Farm.,Klin. membuka diskusi dengan warga. Pemikiran ini menjadi awal yang sempurna bagi kolaborasi Program Studi D3 Farmasi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin dan AKFAR Mitra Sehat Mandiri Sidoarjo dalam misi melawan stunting.
Membuka Pintu Pengetahuan: TOGA untuk Pencegahan Stunting
Suasana rumah warga menjadi hidup ketika Dr. Cikra Ikhda Nur HS., S.Farm., M.Si. memulai sesi penyuluhan dengan membawa berbagai sampel tanaman obat dan rimpang-rimpang yang akrab dengan keseharian warga. "Mungkin Ibu-ibu tidak menyangka, rimpang-rimpang yang setiap hari digunakan untuk memasak ini sebenarnya adalah harta karun kesehatan," ujarnya sambil menunjukkan kunyit, jahe, dan temulawak.
Dengan antusias, ia menjelaskan bagaimana kunyit mengandung kurkumin yang meningkatkan imunitas, jahe dan temulawak yang bisa meningkatkan nafsu makan anak, hingga manfaat sereh dan daun salam untuk pencernaan. "Tidak perlu jauh-jauh mencari suplemen mahal. Di pekarangan dan dapur kita sudah tersedia apotek hidup," jelasnya.
Tim Kesehatan yang Peduli
Sementara Dr. Cikra membagikan pengetahuan tentang TOGA, tim kesehatan lainnya bergerak aktif melayani masyarakat. Apt. Hasby As Siddiq dengan telaten memberikan konsultasi penggunaan obat dan suplemen gizi. "Lihat anak-anak ini, mereka seperti bibit padi yang baru ditanam. Butuh nutrisi tepat untuk tumbuh optimal," ujarnya sambil memeriksa catatan kesehatan seorang balita.
Di sisi lain ruangan, Erlina Fatmasari M.Farm. dengan hangat berinteraksi dengan para ibu, menjelaskan tentang pemanfaatan TOGA untuk Kesehatan anak. "Seperti padi yang tumbuh bertahap, anak-anak kita pun punya fase pertumbuhan yang harus kita pantau dengan teliti," jelasnya kepada seorang ibu muda.
Praktek Nyata: Dari Teori ke Dapur
Sesi menjadi semakin menarik ketika peserta diajak praktek langsung mengolah TOGA. Dr. Cikra memperagakan cara membuat wedang jahe dan kunyit asam, memberikan tips memilih rimpang berkualitas, hingga cara mengolah yang benar. "Untuk anak-anak yang sulit makan, bisa dicoba ramuan dari temulawak dan madu. Rasanya lebih enak dan anak-anak biasanya lebih mau meminumnya," tambahnya praktis.
Wisata Edukasi ke Pulau Curiak: Dari Sawah ke Sungai
Usai kegiatan di desa, rombongan melanjutkan perjalanan ke Pulau Curiak melalui jalur sungai. Pemandangan berubah drastis: dari keemasan jerami ke hijaunya hutan bakau. Di sini, bekantan berlompatan di antara dahan, elang brontok melayang di udara, sementara burung kuntul dan dara laut mencari makan di tepian sungai.
"Transisi ini mengajarkan kita tentang keseimbangan alam. Seperti halnya kesehatan, butuh keseimbangan antara pengobatan modern dan kearifan tradisional," refleksi Dr. Cikra Ikhda Nur HS., S.Farm., M.Si. Â sambil mengamati kekayaan alam Pulau Curiak.
Merajut Masa Depan yang Lebih Sehat
"Program ini tidak berhenti hari ini," tegas Apt. Raudhatul Patimah M.Farm., Kaprodi D3 Farmasi UM Banjarmasin. "Kami berkomitmen untuk terus mendampingi masyarakat dalam mengembangkan TOGA dan memantau pertumbuhan anak-anak. Karena mencegah stunting adalah investasi untuk masa depan yang lebih cerah."
Matahari mulai condong ke barat, awan pun mulai gelap menandakan akan turunnya air hujan ketika rombongan bersiap pulang, meninggalkan Desa Patih Muhur Baru dengan sejuta harapan. Jerami keemasan yang berkilau dalam cahaya senja seolah menjadi saksi bisu sebuah komitmen: bahwa di tengah hamparan sawah pasca panen ini, benih-benih kesehatan telah mulai disemai.
Perjalanan panjang menembus hamparan sawah pasca panen hari itu bukan sekadar rutinitas pengabdian. Ia adalah simbol bagaimana pendidikan tinggi bisa menjangkau hingga ke pelosok desa, membawa perubahan dan harapan, seperti musim tanam baru yang akan segera dimulai di hamparan sawah yang baru dipanen.
Penulis adalah pegiat kesehatan masyarakat dan aktif dalam program pengabdian masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H