Oleh Henda Yani
Suara deras nya hujan terdengar keras diatas atap itu
Diatas atap gubuk kecil yang hampir roboh itu
Jika mereka tertawa riang ditengah turunnya air hujan
Apalah daya penghuni didalam gubuk yang hampir roboh itu
Tetesan demi tetesan jatuh membasahi lantai tanah itu
Tak ku pungkiri disertai dengan tangis si kecil itu
Riuhnya suara angin menambah ketegangan pada saat itu
Sambaran kilat menambah ketakutan yang mencekam
Apabila hujan turun
Bukan selimut yang ku tarik karena kedinginan
Melainkan ember hitam yang aku pegangi dideras nya air hujan
Kala itu hanya satu yang terpikir segeralah berlalu
Sungguh tubuh ini sudah menggigil kedinginan
Jika hujan mulai berlalu
Tampaklah pelangi yang menghiasi langit dengan begitu indah
Tapi itu tentang langit yang dihiasi oleh pelangi
Apalah dayaku dengan gubuk kecil ku
Jika senyum dibibir yang penuh bahagia terpancar bagi mereka
Yang baru bangun dari tidur dengan mimpi indahnya
Apalah daya kami yang terbangun sepanjang malam
Menguras air yang tergenang dilantai gubuk itu
Tuhan
Ini bukan ketidak bersyukurannya
Tapi ini adalah rintihannya
Rintihan yang selama ini telah mereka rasakan
Lantas bolehkah aku berteduh dengan damai
Dirumah yang memberi kenyamanan
Apabila hujan turun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H