Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Solidaritas dan Respons Bencana Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur

6 November 2024   04:45 Diperbarui: 6 November 2024   13:52 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: PEMULET PAUL/Kompas.id, 5 November 2024

Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, mengalami erupsi pada dini hari tanggal 4 November 2024, mengakibatkan dampak yang signifikan bagi masyarakat sekitarnya. Kejadian ini menambah daftar panjang bencana vulkanik yang sering terjadi di Indonesia, negara dengan jumlah gunung berapi aktif terbesar di dunia. 

Dalam bencana ini, tercatat sepuluh orang meninggal dunia, sementara sembilan jasad telah berhasil dievakuasi, dan satu korban lainnya masih dalam proses pencarian oleh tim SAR. Erupsi ini tidak hanya mengakibatkan korban jiwa, tetapi juga meluluhlantakkan sejumlah bangunan dan berdampak luas terhadap masyarakat di tujuh desa yang tersebar di Kecamatan Wulanggitang dan Ile Bura.

Setelah terjadinya erupsi, Pemerintah Kabupaten Flores Timur segera menetapkan status tanggap darurat dari tanggal 4 November hingga 31 Desember 2024 sebagai respons terhadap situasi darurat yang terjadi. 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turut menindaklanjuti keadaan ini dengan meningkatkan status aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi dari level III (Siaga) menjadi level IV (Awas), setelah terdeteksi peningkatan aktivitas vulkanik pada 3 November 2024. Keputusan ini diambil untuk memastikan langkah mitigasi dan penanganan bencana dapat dilakukan dengan cepat dan terkoordinasi.

Dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki terasa luas, terutama bagi sekitar 2.734 kepala keluarga atau sekitar 10.295 jiwa yang tinggal di kawasan terdampak. Hujan batu dan suara dentuman yang keras telah mengakibatkan kerusakan serius pada bangunan dan infrastruktur di desa-desa sekitar. 

Selain itu, aktivitas penerbangan di Pulau Flores turut terganggu, dengan empat bandara terpaksa ditutup sementara demi menjaga keselamatan penerbangan dari risiko debu vulkanik yang berpotensi mengancam keamanan pesawat.

Sebagai langkah awal penanggulangan, pemerintah daerah bersama BNPB, serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), mengambil berbagai upaya strategis. Pendirian posko bantuan menjadi salah satu langkah penting yang dilakukan guna mendukung kebutuhan dasar para pengungsi. 

Di posko bantuan tersebut, pemerintah menyediakan tenda penampungan, dapur umum, serta pos kesehatan yang mampu memberikan pelayanan kesehatan bagi warga terdampak. Distribusi bantuan darurat, termasuk obat-obatan, makanan, dan pakaian, juga dilakukan dengan koordinasi bersama berbagai lembaga kemanusiaan guna memastikan setiap kebutuhan dasar korban bencana dapat terpenuhi. Dalam kondisi ini, koordinasi dan sinergi antar lembaga menjadi sangat penting untuk meminimalisir risiko keterlambatan distribusi bantuan.

Aksi Solidaritas Kampus STPM Santa Ursula Ende

Selain peran pemerintah, aksi solidaritas dari berbagai kelompok masyarakat juga muncul sebagai respons cepat terhadap krisis yang sedang berlangsung. Salah satu aksi solidaritas yang mencolok adalah yang dilakukan oleh civitas akademika STPM Santa Ursula, sebuah lembaga pendidikan tinggi di Flores yang memiliki kepedulian terhadap pemberdayaan masyarakat. 

Pada tanggal 5 November 2024, kampus ini mulai menggerakkan aksi kemanusiaan bagi korban erupsi. Aksi solidaritas ini menggambarkan bahwa rasa kepedulian terhadap bencana alam tidak terbatas pada masyarakat yang terdampak langsung, namun juga melibatkan mereka yang berada di luar wilayah bencana, termasuk lembaga pendidikan dan komunitas mahasiswa.

Mahasiswa STPM Santa Ursula Ende saat aksi pennggalangan dana bagi korban bencana erupsi gunung api Lewotobi laki-laki Flores Timur (Dok: RRI Ende)
Mahasiswa STPM Santa Ursula Ende saat aksi pennggalangan dana bagi korban bencana erupsi gunung api Lewotobi laki-laki Flores Timur (Dok: RRI Ende)

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STPM Santa Ursula, sebagai perwakilan dari civitas akademika, mengambil peran aktif dalam menginisiasi penggalangan dana. Para mahasiswa secara sukarela mengorganisir kegiatan ini sebagai bentuk dukungan finansial untuk para korban bencana. 

Dana yang berhasil terkumpul dari penggalangan dana ini nantinya akan disalurkan untuk memenuhi kebutuhan dasar para korban erupsi. Aksi penggalangan dana ini tidak hanya memberikan dampak material, tetapi juga secara simbolis mencerminkan bahwa kepedulian terhadap sesama tidak mengenal batasan geografis. Mahasiswa, sebagai agen perubahan, turut menampilkan peran penting dalam membantu meringankan beban yang dialami masyarakat terdampak.

Keterlibatan masyarakat di luar wilayah bencana seperti yang dilakukan oleh STPM Santa Ursula menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial dalam penanganan bencana adalah milik bersama. 

Aksi solidaritas ini, selain memberikan bantuan konkret bagi korban, juga membangun rasa kebersamaan dan kekompakan antar masyarakat dalam menghadapi krisis. Lebih jauh, inisiatif ini memupuk semangat kemanusiaan dan rasa empati yang penting untuk keberlangsungan masyarakat yang tangguh dan siap menghadapi berbagai tantangan.

Partisipasi masyarakat yang luas dalam aksi solidaritas untuk korban erupsi Gunung Lewotobi juga mencerminkan kearifan lokal dan nilai gotong royong yang menjadi salah satu fondasi budaya Indonesia. 

Semangat gotong royong yang menjadi nilai budaya bangsa ini terlihat dalam aksi-aksi penggalangan dana, distribusi bantuan, serta berbagai bentuk dukungan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki solidaritas yang tinggi dan kesadaran akan pentingnya peran aktif mereka dalam mendukung upaya mitigasi dan penanganan dampak bencana.

Kesimpulan

Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki tidak hanya menjadi ujian bagi ketangguhan masyarakat Flores Timur dalam menghadapi bencana alam, tetapi juga memperlihatkan bagaimana pemerintah dan masyarakat bersama-sama berjuang untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan. 

Langkah-langkah pemerintah dalam mempercepat penanganan, serta peran masyarakat luas dalam memberikan dukungan, menjadi bukti bahwa solidaritas dan sinergi antarlembaga dan masyarakat adalah kunci dalam menghadapi situasi krisis.

Aksi solidaritas ini menegaskan pentingnya peran semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat sipil, dalam menangani dampak bencana alam secara komprehensif. 

Upaya ini diharapkan dapat meringankan beban para korban serta memastikan bahwa kebutuhan dasar mereka terpenuhi hingga situasi kembali normal. Selain itu, dukungan dari masyarakat di luar wilayah terdampak membuktikan bahwa rasa kepedulian dan semangat saling membantu masih kuat di tengah masyarakat Indonesia.

Pada akhirnya, bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki mengajarkan kita akan pentingnya kesiapsiagaan, sinergi, dan solidaritas dalam menghadapi krisis. Melalui kerja sama yang solid antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan masyarakat Flores Timur mampu bangkit dari bencana ini dengan lebih kuat dan tangguh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun