Sebagian besar masyarakat Desa Timbazia masih menggunakan lo'i hanya sebagai pakan ternak. Hal ini disebabkan oleh persepsi yang salah bahwa mengonsumsi lo'i dianggap sebagai tanda kemiskinan dan kelaparan.Â
Padahal, lo'i memiliki keunggulan yang dapat menjadikannya alternatif pangan yang lebih murah, lebih sehat, dan lebih berkelanjutan dibandingkan dengan beras.
Untuk memaksimalkan potensi lo'i, perubahan pola pikir dan pendekatan baru dalam pengelolaan pangan lokal perlu dilakukan. Sosialisasi dan edukasi mengenai manfaat lo'i sebagai sumber pangan sehat dan bernilai ekonomi tinggi harus menjadi bagian dari upaya diversifikasi pangan di desa-desa seperti Timbazia.Â
Selain itu, pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal menjadi sangat penting untuk mendukung inovasi produk berbasis lo'i yang memiliki daya tarik di pasar.
Program Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu inisiatif yang sudah dilakukan dalam rangka mempromosikan pangan lokal adalah melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang dilakukan oleh STPM Santa Ursula, bekerja sama dengan Kelompok Tani Utu Ana di Desa Timbazia.Â
Program ini berfokus pada pelatihan pengolahan lo'i menjadi berbagai produk pangan olahan bernilai jual tinggi. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal yang didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2024.
Melalui program ini, masyarakat Desa Timbazia diajarkan berbagai teknik pengolahan lo'i, seperti pembuatan keripik, stik, dan tepung lo'i. Selain itu, peserta pelatihan juga mendapatkan pengetahuan mengenai strategi pengemasan dan pemasaran produk agar dapat bersaing di pasar.Â
Program ini tidak hanya berupaya meningkatkan keterampilan masyarakat, tetapi juga berusaha mengubah persepsi mereka terhadap pangan lokal. Dengan pengelolaan yang tepat, lo'i dapat menjadi sumber pendapatan yang membantu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Mengatasi Persepsi Negatif terhadap Pangan Lokal
Salah satu tantangan terbesar dalam mempromosikan pangan lokal seperti lo'i adalah mengubah persepsi masyarakat. Di banyak wilayah pedesaan, termasuk di NTT, mengonsumsi pangan lokal sering kali dikaitkan dengan kemiskinan.Â