Reproduksi elit ini dikhawatirkan akan memperkuat patronase politik dan menghambat munculnya kebijakan yang pro-rakyat, sebagai bagian dari sistem yang telah menyebabkan ketimpangan dan kemiskinan di NTT.
Inilah buah pahit pemilu oligarkis. Pemilu oligarkis menghasilkan buah pahit demokrasi (Egi Primayogha, 2023). Demokrasi yang seharusnya memberi kesempatan setara bagi setiap individu menjadi semakin sempit dan eksklusif, akibat distribusi kekuasaan secara tidak merata dalam masyarakat. Jeffrey Winters  (2011) telah menegaskan kesimpulan ini dengan menunjukkan bahwa konsentrasi kekuasaan ditangan segelintir orang menyebabkan demokrasi Indonesia sebagai demokrasi parsial bahkan semu.
Pemilu telah selesai, pertanyaanya kemudian adalah sejauh mana kehadiran politisi muda NTT di Senayan akan berdampak positif terhadap pembangunan dan pengentasan masalah kemiskinan di NTT? Mengingat NTT termasuk dalam tiga Provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi di Indonesia, dengan tingkat kemiskinan yang mencapai 19,48% pada tahun 2024.Â
Maka dari itu, apakah politisi muda NTT dapat membawa perubahan nyata  dan mengedepankan kepentingan rakyat rakyat NTT, atau kehadiran mereka hanya akan memperpanjang rantai oligarki dan memperlemah upaya mengatasi persoalan sosial-ekonomi yang menghantui NTT selama ini?
Semoga sejarah selalu berulang, bahwa politisi sering kali gagal untuk memprioritaskan kepentingan rakyat. Mereka cenderung lebih berorientasi pada stabilitas kekuasaan dan mempertahankan patronase politik yang memungkinkan mereka tetap berada dalam lingkaran kekuasaan. Semoga***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H