Dalam diskusi, Ibu Maria (perwakilan kelompok Utu Ana) menjelaskan bahwa potensi Lo'i sangat besar, baik dari segi rasa maupun kandungan gizinya. Beberapa anggota kelompok tani telah mencoba berbagai inovasi dalam mengolah Lo'i, seperti membuat keripik, stik, dan bahan campuran untuk berbagai masakan. Salah satu inovasi yang menarik adalah mengolah Lo'i menjadi produk yang lebih sehat dengan kadar gula yang lebih rendah dibandingkan kentang, serta teksturnya yang lebih renyah dan khas.
Seorang anggota kelompok tani, Mama Yulita menambahkan, meskipun Lo'i jarang diolah masyarakat, ternyata umbi ini memiliki potensi untuk dijadikan produk bernilai tinggi, seperti keripik balado dan stik Lo'i, yang telah dipasarkan dengan kemasan modern di beberapa daerah, termasuk di Nagekeo. Mereka menjual produk ini dalam kemasan kecil seharga Rp 5.000 hingga Rp 30.000.
Tidak hanya fokus pada aspek ekonomi, diskusi ini juga menyoroti bagaimana Lo'i dapat menjadi solusi dalam menghadapi perubahan iklim. Lo'i dikenal sebagai tanaman yang tahan terhadap kondisi cuaca ekstrem, seperti kekeringan, yang sering melanda wilayah Ende dan sekitarnya. Dengan menanam lebih banyak Lo'i, masyarakat tidak hanya akan mendapatkan manfaat ekonomi, tetapi juga berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim.
Meskipun potensi Lo'i sangat besar, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi kelompok tani. Salah satunya adalah minimnya alat pengolahan yang memadai serta kurangnya pengetahuan teknis tentang cara mengolah Lo'i agar dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas. Salah satu ide yang muncul dalam diskusi adalah memanfaatkan limbah kulit Lo'i dan mencampurnya dengan tepung ikan atau tepung lainnya untuk menghasilkan produk yang lebih bernilai, seperti pakan ternak.
Rencana Tindak Lanjut Pengolahan Lo'i
Untuk itu, Tim PKM dari STPM Santa Ursula menawarkan untuk memberikan pendampingan teknis dalam pengolahan Lo'i. TIM akan membantu menyediakan peralatan sederhana seperti alat pemotong stik, minyak goreng, dan tepung untuk mencoba berbagai olahan Lo'i. Selain itu, TIM juga berencana mengajarkan cara membuat keripik dan stik Lo'i dengan berbagai variasi bumbu, seperti balado, manis, asin, agar produk yang dihasilkan bisa lebih menarik dan variatif.
Diskusi juga membahas potensi pemasaran produk Lo'i. Dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap produk lokal yang sehat, produk makanan dari Lo'i dapat menjadi peluang usaha yang menjanjikan.
Dalam pertemuan tersebut, Tim PKM dan kelompok tani membahas kemungkinan untuk membuat kebijakan lokal yang mendorong setiap rumah tangga di Desa Timbazia menanam Lo'i. Hal ini dianggap penting untuk memastikan kelangsungan tanaman Lo'i, sekaligus mempromosikan pola hidup yang lebih sehat dan ramah lingkungan.
Tim PKM dan kelompok tani bersepakat untuk memulai kegiatan pelatihan pengolahan lo'i menjadi produk olahan seperti keripik, balado, stik Lo'i, perkedel dan pengolahan limbah lo'i menjadi pakan ternak. Kemudian Tim PKM dan kelompok tani mentukan tangal 14 Oktober 2024 untuk dilaksanakannya kegiatan pelatihan.
Akhir kata Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) STPM Santa Ursula menyampaikan terimakasih kepada mitra kelompok tani Utu Ana dan Pemerintah Desa Timbazia. Tim PKM juga mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, khususnya Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM), atas dukungan pendanaan yang diberikan melalui skim Pemberdayaan Masyarakat. Tak lupa, tim PKM juga mengucapkan terima kasih kepada LP2M dan STPM Santa Ursula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H