Pengembangan Sorgum di NTT: Solusi Berkelanjutan bagi Ketahanan Pangan dan Energi
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), sebuah wilayah yang terkenal dengan iklim kering dan sering menghadapi kerentanan pangan, telah mendapatkan perhatian nasional dalam upaya pengembangan sorgum sebagai tanaman pangan alternatif.
Sejak tahun 2023, NTT ditunjuk pemerintah pusat untuk menyiapkan bibit sorgum bagi pengembangan 400.000 hektar lahan sorgum secara nasional (Kompas.id, 2022).Â
Dengan proyeksi luas lahan yang mencapai 25 ribu hektar pada tahun 2023, NTT diproyeksikan menjadi pusat pengembangan sorgum di Indonesia.
Hal inilah kemudian menjadikan NTT sebagai pusat pengembangan sorgum di masa depan, mengingat ketergantungan masyarakat Indonesia pada beras sebagai bahan pangan utama perlu diimbangi dengan alternatif yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim.
Sorgum memiliki keunggulan dalam menghadapi kondisi iklim yang tidak stabil, terutama di wilayah kering seperti NTT. Batang tanaman sorgum mampu menyimpan air lebih lama dan lapisan lilin pada daunnya berfungsi untuk mencegah penguapan, menjadikannya tanaman yang sangat adaptif terhadap perubahan iklim.Â
Selain itu, sorgum dapat dipanen hingga tiga kali dari batang yang sama tanpa perlu dicabut, sehingga lebih efisien dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya seperti padi dan jagung. Dalam situasi dimana padi dan jagung gagal panen karena musim yang tidak menentu, sorgum dapat diandalkan sebagai sumber pangan.
Berdasarkan laporan wawancara jurnalistik floresa.co dengan Maria Loretha, pendiri Perhimpunan Petani Sorgum untuk Kedaulatan Pangan Nusa Tenggara Timur [P2SKP-NTT] dan Sekolah Agro Sorgum Flores (12 September 2023), bahwa sorgum memiliki keunggulan dalam menghadapi musim yang tidak menentu dibandingkan tanaman pangan seperti padi dan jagung.Â
Selain mampu bertahan di berbagai kondisi cuaca, sorgum dapat dipanen hingga tiga kali dari batang yang sama tanpa perlu dicabut. Ini menjadikannya sebagai tanaman pangan yang andal saat padi dan jagung mengalami gagal panen. Demikian waktu panen sorgum bervariasi tergantung jenisnya, mulai dari 100 hingga 180 hari. Sorgum juga bisa ditanam bersama tanaman lain seperti kacang-kacangan, pepaya, atau kelor, melalui metode penanaman campur sari.
Sorgum sebagai Bahan Baku Industri Bioetanol
Selain sebagai bahan pangan, sorgum juga memiliki potensi besar sebagai bahan baku untuk produksi bioetanol. Bioetanol adalah bahan bakar rendah emisi yang semakin mendapatkan perhatian dalam upaya transisi energi berkelanjutan.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa sorgum memiliki karakteristik yang sangat ideal untuk produksi bioetanol. Varietas tertentu dari sorgum memiliki kandungan brix tinggi dan volume getah yang signifikan, yang merupakan kriteria utama dalam memilih varietas yang cocok untuk bioetanol.