Melalui pendekatan ini, petani tidak hanya mendapatkan manfaat dari hasil panen yang lebih stabil, tetapi juga dari diversifikasi produk sorgum yang memiliki nilai tambah, seperti bioetanol, pakan ternak, hingga produk makanan olahan.
Menurut Maria Loretha (floresa.co, 2023) pengembangan sorgum juga harus melibatkan pendidikan dan pelatihan bagi para petani, sehingga mereka mampu memaksimalkan potensi tanaman ini.
Dengan dukungan teknis yang memadai, petani dapat menghasilkan produk yang bernilai tinggi dan membuka peluang untuk ekspor, sekaligus mengurangi ketergantungan mereka terhadap tanaman pangan lain yang lebih rentan terhadap perubahan iklim.
Dengan demikian, pengembangan sorgum di NTT memiliki potensi besar sebagai solusi atas permasalahan ketahanan pangan dan energi.
Dengan kemampuannya beradaptasi di lahan kering dan potensi sebagai bahan baku bioetanol, sorgum dapat menjadi kunci dalam pembangunan berkelanjutan di wilayah NTT.Â
Tugas ke depannya adalah bagaimana respons dan tindak lanjut pemerintah daerah provinsi dan kabupaten di NTT secara proaktif mengembangkan sorgum menjadi bernilai ekonomi, dan pendekatan berbasis masyarakat untuk mendorong peningkatan nilai ekonomi petani dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengurangan kemiskinan, stunting dan migrasi penduduk keluar negeri akibat kurangnya lapangan kerja di NTT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H