Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Penurunan Daya Beli dan Indeks Kebahagiaan Semu

9 Agustus 2024   07:26 Diperbarui: 9 Agustus 2024   07:35 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Sumber gambar: KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Selain itu, terdapat kesenjangan antara upah dan kenaikan harga. Ketika upah pekerja tidak meningkat sejalan dengan kenaikan harga barang dan jasa, daya beli masyarakat menurun. Kondisi ini diperparah dengan kenaikan harga energi, seperti listrik, bensin, dan gas, yang meningkatkan biaya hidup dan produksi. 

Biaya ini pada akhirnya dibebankan kepada konsumen, yang harus membayar lebih mahal untuk barang-barang yang mereka butuhkan sehari-hari. Ketidakmampuan untuk menyesuaikan pendapatan dengan biaya hidup yang meningkat membuat masyarakat merasa tertekan, yang mengurangi tingkat kebahagiaan mereka.

Kebijakan pemerintah juga memiliki peran penting dalam memengaruhi daya beli masyarakat. Kebijakan seperti peningkatan pajak atau pengurangan subsidi dapat berdampak langsung pada pendapatan yang dapat dibelanjakan oleh masyarakat. 

Misalnya, pengurangan subsidi bahan bakar yang mengakibatkan kenaikan harga energi, menyebabkan biaya hidup yang lebih tinggi dan pada akhirnya menurunkan daya beli. Dampak negatif dari kebijakan ini sangat dirasakan oleh kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, yang mengandalkan subsidi untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Krisis ekonomibaik di tingkat nasional maupun global, sering kali disertai dengan penurunan pendapatan, peningkatan pengangguran, dan penurunan kepercayaan konsumen. Semua ini berkontribusi terhadap penurunan daya beli dan tingkat kebahagiaan. 

Krisis ekonomi global, seperti yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, memperburuk situasi ini dengan mengganggu aktivitas ekonomi, meningkatkan pengangguran, dan mengurangi pendapatan masyarakat.

Selain faktor ekonomi, utang rumah tangga yang tinggi juga memengaruhi daya beli. Ketika sebagian besar pendapatan digunakan untuk membayar cicilan utang, jumlah uang yang tersedia untuk konsumsi akan berkurang, yang pada akhirnya menurunkan daya beli. Hal ini juga menciptakan tekanan psikologis bagi masyarakat, yang merasa terjebak dalam siklus utang yang tidak pernah berakhir, yang mengurangi kebahagiaan mereka.

Perubahan struktur demografi juga memiliki dampak signifikan terhadap daya beli dan kebahagiaan. Dengan populasi yang menua, pola konsumsi berubah, di mana kelompok usia yang lebih tua cenderung mengurangi pengeluaran, terutama jika mereka hidup dengan pendapatan tetap atau pensiun. Penurunan pengeluaran ini berkontribusi terhadap penurunan daya beli secara keseluruhan.

Terakhir, ketidakpastian ekonomi akibat krisis politik atau kebijakan yang tidak menentu membuat masyarakat cenderung menahan pengeluaran dan lebih banyak menabung, sehingga konsumsi menurun. Ketidakpastian ini sering kali menimbulkan kekhawatiran yang berdampak pada kesejahteraan emosional masyarakat, yang pada akhirnya menurunkan tingkat kebahagiaan.

Kesimpulan

Dari berbagai faktor tersebut, jelas bahwa daya beli yang menurun tidak hanya memengaruhi kondisi ekonomi masyarakat tetapi juga kebahagiaan mereka. 

Kebahagiaan yang diukur oleh laporan "World Happiness Report 2024" ini tampaknya merupakan indeks semu yang menyembunyikan kenyataan pahit yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun