Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilkada dan Spiral Masalah Pembangunan: Menjawab Kecemasan Global dengan Kepemimpinan Lokal

1 Agustus 2024   10:39 Diperbarui: 1 Agustus 2024   10:45 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada dan Spiral Masalah Pembangunan: Menjawab Kecemasan Global dengan Kepemimpinan Lokal

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sebagai momen penting dalam menentukan arah masa depan Indonesia lima tahun ke depan. Kemeriahan pesta demokrasi ini menggambarkan harapan rakyat dalam memilih pemimpin yang mampu membawa perubahan dan kemajuan bagi masyarakat dan negara. 

Namun, di balik euforia demokrasi ini, terdapat berbagai tantangan serius yang harus dihadapi oleh Indonesia, yang semakin terperangkap dalam spiral masalah yang kompleks yang mengancam keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat. Tantangan terbesar tersebut adalah peningkatan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim dan peningkatan suhu bumi. Dampak dari perubahan iklim ini sangat luas, termasuk ketersediaan lahan, kesehatan, kemiskinan, dan kerawanan pangan. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa, kebutuhan akan energi menjadi faktor utama yang mendukung aktivitas manusia, mulai dari industri, pembangkit listrik, pertanian, hingga transportasi. 

Sektor-sektor ini membutuhkan energi dalam jumlah besar dan berkontribusi pada peningkatan emisi CO2, metana, dinitrogen oksida, dan gas lainnya. Karena sektor ini masih didominasi oleh bahan bakar fosil seperti batu bara, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (Kompas, 2024). 

Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa suhu bumi telah meningkat secara signifikan selama beberapa dekade terakhir. Proyeksi ke depan menunjukkan bahwa perubahan iklim akan semakin nyata dan menimbulkan ancaman serius terhadap keberlanjutan hidup manusia. Dampak perubahan iklim yang paling meresahkan adalah kekeringan yang semakin meluas dan krisis pangan. Permasalahan ini memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat (Kompas, 2024). 

Masalah deforestasi juga menjadi ancaman besar bagi Indonesia. Deforestasi terjadi akibat perambahan hutan untuk keperluan pertanian dan industri. Hilangnya tutupan lahan dan atribut-atribut hutan menyebabkan hilangnya struktur dan fungsi hutan itu sendiri. Hutan hujan yang berfungsi sebagai penyerap karbon alami semakin berkurang, dan hal ini berkontribusi pada peningkatan emisi CO2 global. 

Proyek Strategi Nasional (PSN) Joko Widodo seperti Food Estate dan proyek strategis skala luas lainnya sering kali dikritik sebagai proyek yang merusak hutan. Praktik deforestasi untuk proyek-proyek ini juga memicu perubahan iklim. Isu ini menjadi perdebatan hangat dalam debat calon presiden dan wakil presiden pada Februari 2024.

Alih fungsi hutan yang terus-menerus merugikan ekosistem sosial dan lingkungan memicu konflik antara pembangunan dan pelestarian alam. Perampasan tanah masyarakat adat juga menjadi sorotan dalam agenda reformasi agraria. Bayang-bayang kemiskinan masyarakat desa dan ketimpangan terus menghantui Indonesia (tirto.id, 2024). 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia masih cukup tinggi, sekitar 9,36 persen. Meskipun terdapat pertumbuhan ekonomi yang prospektif, kesenjangan antara kaya dan miskin semakin melebar. Sebagian besar kekayaan terkonsentrasi di tangan sejumlah kecil orang (Kompas, 2024).

Selain itu, korupsi menjadi masalah utama yang menghambat kemajuan nasional. Praktik korupsi tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. 

Sistem oligarki kapitalistik yang melibatkan elite politik dan bisnis menjadi penyebab utama korupsi, deforestasi, perampasan tanah, dan masalah lainnya. Spiral masalah ini merongrong kemampuan masyarakat untuk mewujudkan imajinasi tentang Indonesia yang adil dan makmur (Kompas, 2024). 

Menjawab Kecemasan Global dengan Kepemimpinan Lokal Ramah Lingkungan

Oleh karena itu, pada Pilkada mendatang, penting bagi kita untuk memilih pemimpin daerah yang tidak hanya memiliki visi jangka pendek, tetapi juga mampu merumuskan strategi jangka panjang yang komprehensif. 

Pemimpin yang mampu melakukan reformasi struktural secara mendasar dan melindungi seluruh bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Kita memerlukan pemimpin yang dapat menjawab tantangan kebangsaan dengan komitmen yang ambisius, strategi yang jelas, dan langkah-langkah yang terukur.

Pemimpin yang mampu membawa masyarakat menuju masa depan yang lebih baik adalah mereka yang dapat merajut imajinasi tentang generasi emas, bukan generasi cemas. 

Pemimpin yang dapat menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan, serta memperjuangkan keadilan sosial. Pemimpin yang memiliki visi untuk mengatasi perubahan iklim, deforestasi, kemiskinan, dan ketimpangan sosial.

Dengan demikian, pada tanggal 14 Februari mendatang, mari kita gunakan hak pilih kita dengan bijak. Pilihlah pemimpin yang mampu membawa perubahan positif bagi Indonesia. 

Pemimpin yang dapat mengatasi tantangan perubahan iklim, melindungi hutan, mengurangi kemiskinan, dan memerangi korupsi. Pemimpin yang memiliki visi jangka panjang untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik, adil, dan makmur.

Indonesia membutuhkan pemimpin daerah yang berani mengambil langkah-langkah nyata untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Pemimpin yang mampu melakukan reformasi struktural yang mendasar dan melindungi kepentingan seluruh rakyat Indonesia. 

Pada akhirnya, pemimpin yang kita pilih pada Pilkada mendatang haruslah mereka yang memiliki visi dan strategi untuk menjawab sejumlah tantangan dengan komitmen yang ambisius dan langkah-langkah yang terukur untuk merajut imajinasi tentang generasi emas, bukan generasi cemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun